Aku adalah anak perempuan yang selalu di tuntut untuk, jadilah mandiri, jadilah mandiri. Sejak dulu Bapak selalu bilang begitu, perempuan mandiri akan selalu terlihat kuat meski hatinya sedang hancur. Perempuan itu jangan terlalu bergantung pada laki-laki, jangan gampang percaya dengan ucapan laki-laki, harus bisa mandiri dan berdiri di kaki sendiri. Kalo yang ini, nasihat dari almarhum nenek dulu.
Dan ada satu lagi, nasihat dari teman satu geng SMA ku dulu. "Laki-laki itu serangga, mulutnya manis kelebihan gula, pendusta!"
Namanya Gretta Helena, berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti mutiara dengan cahaya yang indah dan terang. Tapi sayangnya, dia agak sedikit galak, judes, dan mempunyai pemikiran yang begitu rumit.
Dewasa itu bukan hanya di lihat dari besarnya tubuh kita, berapa tinggi kita atau pun berapa umur kita. Tapi menurut ku dewasa itu tergantung pada tolak pikirnya seseorang, ada yang masih kekanakan, terlalu realistis, dan ada juga yang terlalu simple contohnya seperti teman kenalan ku di Tinder, biasanya aku panggil Sebasta.
"Jalanin, ikhlas, gak usah banyak pikir apalagi sampai over thinking. Nikmatin aja alurnya sambil ngopi liat senja di Ancol, enak tuh!"
Ketara sekali kalau dia itu anak senja.
Dan soal dewasa menurutku ketika, bangun untuk bekerja, pulang untuk tidur, gajihan untuk keluarga, bahagia untuk di bagi-bagi dan sengsara nya rasain sendiri.
Kadang suka berpikir, kenapa menjadi dewasa itu se-melelahkan ini dan se-merepotkan ini? Rasanya kalau aku mempunyai mesin waktu kayak Doraemon, aku mau kembali ke masa kecil ku dulu, meski tidak mempunyai teman tapi lebih asik soalnya punya banyak mainan Barbie.
"Wangi, wangi, saldo rekening ke-isi gak si nih hari?"
Tanggal 10, tanggal yang di tunggu-tunggu oleh para karyawan yang menganut paham tentang "tanggal 10 adalah tanggal sakral"
Sakralnya itu ya bayar hutang, angsuran, cicilan dan traktiran.
Gaji UMR kalau gak habis buat bayar cicilan, ya pastinya buat bayar habis gajian. Pernah denger "bayar habis gajian?" Ya bisa di bilang sama saja dengan istilah Yarnen singkatan dari "Bayar habis panen"
Manusia memang begitu, selalu kurang dan selalu tidak mau kalah dengan yang lainya. Apalagi kalau harus di bandingkan dengan si saingan dalam segala hal, tidak ada kata kalah pokoknya. Dia Hedon, kita harus lebih Hedon.
"Bunyi bank digital gue udah kedenger nih, tring!, tring!, gitu gak si bunyinya?" Timpal Teh Shena.
"Yah, tanggal sepuluh kan jadwalnya para lembaran merah biru itu lewat, punten ... Gitu kan?" Teh Halinka, Admin output line 1F-G ikut menambahi.
Aku mengangguk setuju, kata dari "gaji" itu hanya sebatas formalitas semata.
because in reality hari ini gajihan, dua puluh hari ke depan sudah mendadak menjadi fakir miskin kembali.
"Gue banyak bayaran banget nih satu bulan, rungkad Gusti ..." Aku memijat pangkal hidungku pelan, menghitung kembali bayaran-bayaran yang mesti di selesaikan bulan ini.
Benar kata Teh Halinka, uang gaji itu hanya sekedar mampir sebentar sebelum berlayar jauh lagi. Aku kira setelah terjun ke dunia kerja, aku bisa sedikit demi sedikit nabung untuk masa depan. Tapi nyatanya boro-boro nabung, jajan aja kadang masih kurang.
Di tambah lagi aku harus ikut menyumbang kebutuhan sehari-hari di rumah, yang setiap bulannya itu bisa lebih dari uang gaji yang di dapat. Kenapa? Problemnya ada di Bapak juga Adik aku sendiri. Bisa di bilang terlalu boros, tidak tahu untuk apa itu uangnya yang pasti setiap akhir bulan ketika uang ku sedang ngepas, Bapak sering bilang "De, uangnya masih? Besok Bapak udah gak punya uang lagi buat adikmu jajan."
Mau gak di kasih tapi kasihan, orang tua sendiri kan? Tapi, kalau di kasih uang tabunganku hilang lagi dan lagi. Bumerang sebenarnya.
Jadi dewasa itu melelahkan ya, nyesel dulu pernah ngomong pengen cepet-cepet gede biar bisa nyari duit sendiri, yang pada realita nya begitu melelahkan dan hampir gila sama keadaan.
🍍🍍🍍
"Ayok balik!"
Aku menolehkan kepala ku ke belakang, tersenyum kecil kala melihat sosok Ariano berada tepat di belakangku. Meski aku tahu, bukan aku yang dia ajak bicara tapi vibes nya itu seperti aku yang dia ajak pulang bareng.
"Kerja mulu Mang, jamnya pulang ya pulang lah!"
Ya Allah, suaranya itu loh.
Mang Adi tertawa renyah, menepuk pundak Ariano pelan. "Bisa aja lo Ar, kerjaan gue masih banyak kali."
Dan seketika aliran darah ku melemah, detak jantung pun sudah terdengar jelas di telinga. Gugup, salting dan baper menjadi satu ketika melihat sebuah tawa di balik masker milik Ariano dengan jelas dan pertama kalinya, ingat itu, garis bawahi pertama kali nya!
"Del! Lo mau balik apa mau nginep?"
Aku tersadar dari lamunan, cengengesan tak jelas pada Teh Shena.
"Balik lah, dikira gue penunggu pabrik apa."
"Yah, siapa tahu Lo pengen nungguin ini pabrik, takut di bawa keong ntar malem."
"Ngaco!" Ucapku keras, membuat Ariano yang sedang berjalan di belakang berdehem pelan.
Mata kami bertubrukan di kala ia mendahului ku sembari melirik tepat ke arahku. Mata indah dan teduh itu akhirnya sudah berhasil aku pandangi secara dekat dan terang-terangan. Ingin rasanya aku menjadi satu-satunya orang yang bisa menatap mata itu setiap harinya, tanpa ada rasa canggung di dalamnya.
Tapi aku sadar, aku siapa.
Karena terkadang sesuatu yang indah di ciptakan bukan untuk di miliki, cukup di pandangi dari jauh dan di syukuri kalau dia ada disana. Dan di kagumi secara diam-diam karena lebih pantas untuk di kagumi bukan di miliki.
"Khemmm... Mata jaga mata."
Aku mendengus kesal, Teh Shena ini perusak suasana sekali. "Matamu melemahkan ku saat pertama kali ku lihatmu ..." Senandungku di perjalanan menuju gerbang bersama Teh Shena.
"Dan jujur, ku tak pernah merasa. Ku tak pernah merasa begini..." Sambung Teh Shena.
Yah bagaikan teman lama, kita sudah sangat akrab sekali. Satu frekuensi dan memang sudah cocok ya jadinya seperti ini. Gila satu, gila semuanya. Kafir satu, kafir semuanya. Tidak patut untuk di contoh.
"Perkenalkan kita adalah the fals group!" Seru Teh Shena ketika sudah berada di luar produksi.
Hari sudah sore dan malam pun akan segera datang, badan pegel pengen rebahan, diri pun butuh hiburan.
"Eeeeee, dasar kau keong racun. Baru kenal sudah ngajak tidur..." Aku mulai bernyanyi dengan suara fals, menepuk-nepuk botol akua yang sudah ludes isinya sehingga menimbulkan bunyi yang sangat berisik.
"Hobah, serrrrrr ...."
"Mau nggak sopan santun, kau anggap aku ayam kampung!"
Yah, beginilah hidup. Terkadang hidup membutuhkan sisi gilanya agar bisa merasakan bahagia meski sesaat.
🐊🐊🐊
Aku udah beberapa hari gak update, gak ada mood banget buat nulis. Sempet ada mood nulis di hari itu, tapi pas pulang dari pabrik malah liat crush boncengan sama cewek.
Tau lah, namanya juga orang suka. Kadang ada sisi cemburu nya meski tidak berguna. HAHAHAHA.
Qmermaid
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush
Genç Kız EdebiyatıAku ingin duduk berdua, menikmati gemericik air hujan yang kembali datang menyapa. Aku ingin duduk berdua, menikmati wangi tubuh yang selalu menggoda. Aku ingin duduk berdua, menikmati Auzora yang menghilang perlahan. Aku ingin duduk berdua, menikma...