𝟏𝟑

820 3 0
                                    

*
*

" Ha, nasib baik ada elektrik balik. Yeayy! " jerit Elisavera.

Elisavera ke dapur untuk menyiapkan tugas nya sebentar tadi. Dalam perjalanan matanya melilau mencari mamanya. Terdetik hati nak ke bilik tidur bersebelahan biliknya.

" Oo, dah tidur rupanya."

Suis penghawa dingin dihidupkan ke 18°© lalu diselimutkan tubuh mamanya itu. Kelihatan mamanya sedang nyenyak dibuai mimpi. Dahi Puan Irene dikecup lembut.

Elisavera keluar dari bilik mamanya. Dengan berhati-hati tombol pintu dipulas.

" Awak belum tidur? "

Dengan perasaan yang terkejut wajah Danny ditatap dengan amarah.

" Kalau iya pun janganlah kasi terperanjat kita. " Elisavera mendengus kasar.

" Hmm, okay. Sorry. "

" Ha, nak apa? "

" Saya ada nak cakap something. "

Wajah Elisavera yang marah bertukar serius sambil mencari sesuatu di mata hitam Danny yang berkilau.

" Tea or coffee perhaps? " tanya Elisavera.

" Tea please. " Danny tersenyum.

Beberapa minit kemudian, mug berisikan teh disuakan kepada Danny. Elisavera duduk berhadapan Danny.

" Ada apa? "

" I know, I should not. Too early for that. " Danny tertunduk sayu.

" Awak, just spill the tea. "

Danny menyuakan sepucuk surat kepada Elisavera.

" What is this? "

" Bukalah. I think you should read it. "

Lipatan kertas dibuka perlahan. Sekali imbas Elisavera tahu itu adalah tulisan Daniel. Satu persatu ayat dibaca di dalam hati.

Kertas dilipat semula, air mata menitik pada sekeping coretan tadi. Pandangan Elisavera kini pada wajah Danny. Dia tahu itulah permintaan terakhir suaminya.

" Can I think about this? "

" Sure. " Danny menggenggam jari jemari Elisavera lalu membelai lembut rambut gadis pujaannya itu.

" Can I? " Elisavera menunjuk ke arah kamarnya untuk meminta diri ke biliknya.

Elisavera menarik jari jemarinya yang digenggam sebentar tadi.

Danny hanya mengangguk lemah.

*
*

Malam itu Elisavera membaca doa sebelum tidur meminta agar diberi petunjuk. Adakah dia perlu menunaikan wasiat suaminya itu?

***

" Good morning pretty. "

" Oh,  hi. " Elisavera menekup mulutnya.

" Saya dah siapkan breakfast untuk awak. "

Danny menghampiri Elisavera yang masih kelihatan mamai dengan rambutnya yang kusut masai.

Danny mengecup perlahan dahi Elisavera lalu memandang wajah gadis pujaannya yang sedang bingung.

" I've not decide yet..."

Danny meletakkan jari telunjuknya di bibir Elisavera. Elisavera terpaku. Lidahnya kelu. Sementara matanya bertaut pada kilauan anak mata Danny.

Tubuh Elisavera dipeluk erat oleh Danny. Otak Elisavera mengatakan tidak namun tubuhnya masih tidak menerima arahan daripada otaknya. Dia selesa berada dalam dakapan Danny.

THE SECOND CHOICEWhere stories live. Discover now