3. Who is She?

344 27 0
                                    

"Makasih ya." Ujar Jaemin, yang langsung memberikan helmetnya kepada Jeno.

"Sama-sama." Balas Jeno, mengambil helmet yang di berikan Jaemin.

"Hati-hati." Ujar Jaemin, yang langsung pergi meninggalkan Jeno.

Jeno hanya menghela nafas kasar, begitu Jaemin masuk ke dalam rumah.

Setelah beberapa menit begelut dengan pikirannya, Jeno langsung pergi menjalankan motornya. Meninggalkan perkarangan rumah Jaemin.

Sementara Jaemin, dia sudah ada di depan kamarnya saat ini.

"Loh, ngapain lo di sini?" Tanya Jaemin, begitu melihat ada seorang wanita yang sedang duduk di kursi riasnya, yang sedang mengatur rambutnya sendiri.

"Pengen liat aja. Kamar lo tuh ada apa aja. Gue lihat kamar lo membosankan sekali. Padahal kita kembar." Ujar Jeamin.

Jaemin yang mendengar itu pun mendengus kasar. Meletakkan pemberian Jeno serta tas sekolah miliknya, di atas sofa kamarnya. Lalu menaruh bokongnya di atas ranjang miliknya.

"Kembar gak semuanya harus sama Jea. Kalo kamar lo penuh dengan make up yang sangat banyak. Beda sama gue." Balas Jaemin.

"Oh iya. Tadi pulang sama siapa? Gue lihat lo di antar sama cowo. Pacar lo?" Tanya Jeamin.

"Bukan! Baru juga kenal tadi." Jawab Jaemin.

"Kenapa gak coba?" Tanya Jeamin.

"Coba apa?" Tanya Jaemin, menatap Jeamin bingung.

"Pacaran. Enak tau! Lo harus coba." Ujar Jeamin yang sukses membuat Jaemin bergidik ngeri.

"Jangan aneh deh! Gue gak suka hal kayak gitu." Ujar Jaemin.

"Lo gak suka pria? Lo lesby ya?" Tunding Jeamin, yang saat ini sudah ada di depan kembarannya.

Jaemin yang mendengar itu pun langsung menoyor kembarannya. "Jangan asal ngomong bisa gak sih? Gue gak suka hubungan kayak gitu. Lo tau sendiri kan orang tua kita kayak apa. Tapi bukan berati gue gak suka pria, atau lesby ya! Gue masih suka pria." Ujar Jaemin, seraya menujukkan foto Oppa korea kesukaannya.

Jeamin yang melihat itu pun langsung berdecak tidak suka. "Dia tau lo hidip juga kagak. Udah deh, cari yang nyata aja Jaemin! Biar hidup lo gak membosankan. Lagipula, gak semua hubungan kayak orang tua kita." Jelas Jeamin.

"Coba untuk membuka hati buat pria lain Jaemin. Lo perlu seseorang yang ada di samping lo." Sambung Jeamin.

"Kan ada lo, kembaran gue. Lo pasti akan selalu menemani gue kan?" Ujar Jaemin, seraya menaik turunkan alisnya.

"Gak selamanya gue bisa nemenin lo Jaemin. Lebih baik gue main, daripada harus nemenin orang yang sangat membosankan kayak lo!" Balas Jeamin, dengan nada yang mengejek.

"Dengerin kata gue aja sih! Coba buka hati buat orang lain. Kayaknya gue liat dia pria baik." Sambung Jeamin.

"Baru juga pertama kali ketemu. Lo juga baru liat dia dari jauh. Bisa-bisanya lo bilang dia baik." Ujar Jaemin, seraya memutarkan kedua bola matanya malas.

"Terus, ke mana motor lo?" Tanya Jeamin, tidak ingin melanjutkan obrolan mereka. Karena menurut Jeamin percuma. Jaemin ini sangat keras kepala.

"Rusak. Makanya gue bisa ketemu dia, karena dia bantuin gue. Dia stutin motor gue sampe bengkel. Nemenin gue, dan anterin gue pulang karena kalau nunggu kelamaan." Jawab Jaemin.

"Oh gitu. Ya udah cepet ganti baju, abis itu masak buat kita makan." Titah Jeamin yang langsung beranjak dari duduknya.

"Kenapa harus masak sih? Delivery aja." Protes Jaemin.

"Kita harus hemat Jaemin. Sekarang tanggal tua. Eomma sama Appa juga belom kirim uang jajan bulanan kita." Peringat Jeamin, lalu pergi keluar dari kamar Jaemin.

---

"Lo mau ke mana Jea?" Tanya Jaemin, begitu melihat Jeamin yang sedang berkaca, seraya merapihkan bajunya.

Jeamin yang melihat kedatangan Jaemin pun langsung berbalik. "Gimana Jae, baju gue udah bagus belom?" Tanya Jeamin.

Jaemin menganggukkan kepalanya. "Bagus. Tapi apa gak terlalu terbuka? Lagipula lo mau kemana?" Tanya Jaemin.

"Mau pergi sama temen gue lah! Gue pulang malem. Lo gak usah nungguin gue ya. Gue udah bawa kunci cadangan." Ujar Jeamin, yang langsung mengambil tas kecil miliknya.

Jaemin hanya menatap kepergian Jeamin.

***

Jam 12 malam. Di mana para insan manusia biasanya sedang tertidur, berbeda dengan Jeno yang saat ini tengah berkumpul bersama dengan teman-temannya, di salah satu bar terkenal di kota Jakarta.

"Lo ngeliatin apaan sih?" Tanya Jay, teman Jeno yang satu-satunya masih sadar. Sedangkan yang lainnya sudah pada teler, alias mabok.

"Itu kayak Jaemin gak sih?" Tanya Jeno, yang masih memastikan pandangannya.

Jay yang mendengar ucapan Jeno pun mengerutkan dahinya heran. "Jaemin? Jaemin anak sekolah kita yang aneh itu?" Tanya Jay.

Jeno menganggukkan kepalanya. "Iya. Jaemin temen sekolah kita. Coba liat deh." Tanya Jeno, seraya menunjuk ke arah wanita yang sedang berjoget di floor.

Jay langsung mengalihkan pandangannya. Menatap arah tunjukkan Jeno. "Eh iya. Mirip cog! Tapi masa iya sih Jaemin? Gak mungkin Jaemin dateng ke tempat kayak gini Jen! Lo tau sendiri sih Jaemin kan anak baik-baik." Ujar Jay, yang menyangkal kalo wanita yang di tunjuk Jeno adalah Jaemin. Ya walaupun emang mirip kayak Jaemin.

"Iya gue tau Jaemin anak baik-baik, dan tidak menunjukkan kalau dia bakalan dateng ke tempat kayak gini. Tapi itu beneran kayak Jaemin, Jay!" Ujar Jeno.

"Iya gue tau. Tapi gak mungkin ah itu Jaemin." Kekeh Jay yang masih sama dengan pendiriannya.

"Tapi kenapa dia mirip banget sama Jaemin?" Tanya Jeno.

Jay mengedihkan bahunya acuh. "Mungkin salah satu kembar 7 di dunia. Kayak lo sama Eric aja. Kalian bukan saudara kembar. Beda orang tua juga. Tapi lo sama Eric sama banget. Bahkan gue sempet ngira lo saudar kembar." Ujar Jay.

"Atau mungkin dia saudara kembarnya Jaemin?" Tanya Jay.

"Bisa jadi." Sahut Jeno.

"Kalo lo penasaran dia Jaemin atau bukan? Kenapa gak samperin aja?" Usul Jay.

Jeno langsung menolak usulan Jay. Tentu saja penolakan Jeno membuat Jay bingung. "Loh kenapa? Daripada penasaran kagak jelas kayak gini? Lebih baik lo samperin sana." Bujuk Jay sekali lagi.

Karena pada dasarnya Jay juga penasaran. Namun ia enggan untuk menghampiri Jaemin. Dia sudah di tolak, masa iya dia samperin lagi?

"Gak ah. Gue takut dia risih. Lagipula gue sama dia baru pertama kali bertemu." Ujar Jeno.

Helaan nafas kasar keluar dari mulut Jay. "Ya sudah. Itu sih terserah kau. Kau  mau menghampiri atau tidak? Itu hak-mu!" Ujar Jay pasrah. Ia langsung pergi ke dance floor, dengan segelas minuman yang ia pegang.

Sementara Jeno terus menatap seorang wanita yang mirip dengan Jaemin. Dengan berbagai banyak pertanyaan yang ada di pikirannya.

SAME BUT NOT SAME - NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang