9. Where is She?

172 16 0
                                    

"Hai Jaemin!" Sapa Jeno, di kala Jaemin tengah jalan menuju kantin.

"Hai juga." Balas Jaemin seadanya, dan langsung jalan melewati Jeno.

Tindakan Jaemin sukses membuat Jeno terheran melihatnya. Apakah Jaemin ada masalah? Apakah Jeno punya salah? Mengapa Jaemin terlihat acuh kepadanya, padahal hubungan mereka telah membaik beberapa minggu belakangan ini. Tapi kenapa sikap Jaemin kali ini seperti pertama kali mereka bertemu?

Tentu saja Jeno tidak tinggal diam. Ia mengikuti Jaemin yang sudah lebih dulu pergi ke kantin.

Jeno sedikit mengeluh karena langkah Jaemin yang sangat cepat, ibarat karyawan tengan mengambil gaji.

Sampai akhirnya mereka sampai di kantin. Jaemin yang lebih dulu pesan makanan, di susul Jeno. Setelahnya, Jaemin langsung mengambil makanan serta minumannya yang sudah jadi, lalu duduk di bangku serta menaruh makanannya di meja yang tersedia.

Begitupun juga Jeno. Jeno langsung duduk dan menaruh makanannya di hadapan Jaemin.

Melihat Jaemin yang langsung memakan makanannya pun, membuat Jeno juga langsung menyantap makanannya.

Keheningan terjadi di antara mereka berdua. Hanya ada detingan alat makan dan suara bising yang di sebabkan siswa serta siswi lainnya, yang menjadi suara di antara keheningan mereka berdua.

"Eum, apakah lo sedang kedatangan tamu bulanan?" Tanya Jeno dengan hati-hati. Dirinya sudah tidak tahan harus diam-diaman dengan Jaemin.

Jaemin langsung menggeleng. "Tidak. Kenapa emang?" Jawab Jaemin, lalu bertanya kembali kepada Jeno, dengan tatapan datarnya.

"Apakah gue ada salah sama lo?" Tanya lagi Jeno, yang terus mencari jawaban atas perubahan Jaemin.

"Tidak. Lo berbuat salah apa memangnya?" Tanya balik Jaemin, yang sukses membuat Jeno menghela nafas frustasi.

"Lantas, kenapa lo berubah?" Tanya Jeno, yang sudah tidak berbasa-basi lagi.

"Gue gak berubah. Emang ini sifat asli gue." Sahut Jaemin yang masih fokus dengan makanannya.

"Bisa gak lo natap mata gue, ketika kita sedang berbicara?" Pinta Jeno, yang terus menatap Jaemin yang tengah fokus dengan makanannya.

"Tapi gue lagi makan. Ah, lebih tepatnya kita. Kita sekarang sedang berada di kantin. Sudah seharusnya kita makan tanpa bersuara. Bukannya malah mengobrol." Balasan yang selalu realistis, yang keluar dari mulut Jaemin. Membuat Jeno benar-benar frustasi.

"Jadi, bisakah kita berbicara setelah selesai makan?" Tanya Jeno, yang masih mencoba sabar dengan tingkah Jaemin.

"Tidak bisa. Gue harus pergi ke ruang guru setelah ini." Tolak Jaemin yang benar adanya.

Tadi sebelum keluar kelas, seseorang memberi tau Jaemin, bahwa dirinya di panggil ke ruang guru, setelah selesai makan.

"Setelah habis dari ruang guru?" Pinta Jeno, yang masih tidak menyerah untuk mengobrol berdua dengan Jaemin.

"Tidak bisa. Gue harus kembali ke kelas, untuk pelajaran selanjutnya. Karena jam istirahat telah berakhir." Penolakan yang terus Jaemin lakukan, sukses membuat Jeno mendecak frustasi.

Ini langkah terakhir yang Jeno punya! Kalau Jaemin tetap menolaknya? Jeno akan menculik Jaemin, hanya untuk bisa berbicara berdua.

"Sehabis sekolah?" Pinta Jeno.

Bukannya menjawab permintaan Jeno, Jaemin malah memberikan pertanyaan kepada Jeno. "Lo sangat ingin bicara sama gue?" Tanya Jaemin, yang sudah menghabiskan makanannya, lalu menatap Jeno dengan tatapan datarnya.

Jeno menganggukkan kepalanya frustasi. "Tentu saja! Lo gak lihat sefrustasi ini gue ingin berbicara berdua sama lo?!" Ujar Jeno, dengan cepat, dan tanpa jeda.

Helaan nafas kasar keluar dari mulut Jaemin. "Baiklah kalau begitu. Sehabis sekolah kita akan bicara berdua." Final Jaemin.

"Baiklah kalau begitu. Kita--leher lo kenapa?" Tanya Jeno yang menyadari lehernya Jaemin yang sedikit memerah.

"Nyamuk. Tadi pelajaran olahraga di lapangan yang dimana, tidak ada ac di situ. Jadi ya gue gatal, dan gue garuk. Lalu timbul-lah ini." Jelas Jaemin.

"Kalau begitu aku pergi terlebih dahulu. Makanan gue sudah habis." Sambung Jaemin, yang langsung pergi dari hadapan Jeno.

Jeno hanya bisa menganggukkan kepalanya. Ia baru tau kalau Jaemin itu berdarah manis yang suka gatal.

***

Bel pulang sekolah adalah bel yang paling di tunggu-tunggu Jeno sedari tadi.

Dan akhirnya bel itu berbunyi! Langsung saja Jeno bergegas keluar dari ruang kelasnya, menuju ruang kelas Jaemin.

Ia mau menghampiri Jaemin saja. Ia tidak sabar mengobrol berdua dengan Jaemin. Sekaligus mengajak Jaemin pergi jalan-jalan bersama. Ya palingan cuma makan, dan pergi ke sebuah tempat.

Dan ya, tepat sekali! Begitu Jeno sampai di depan kelas Jaemin, Jaemin sudah ada di depan pintu dan ingin keluar.

Langsung saja Jeno sapa Jaemin dengan kikuk. "Hai!" Satu kalimat klasik yang Jeno ucapkan.

"Kita bicara di taman belakang saja ya." Usul Jaemin.

"Kenapa tidak di luar sekolah saja?" Tanya balik Jeno. Ia sangat mengharapkan bisa jalan bersama dengan Jaemin. Tapi Jaemin malah mengajaknya untuk bicara di halaman belakang.

"Gue gak bisa pergi ke luar. Ada banyak tugas yang belum gue selesaikan." Ujar Jaemin.

Daripada tidak berbicara sama sekali, Jeno lebih memilih untuk bicara di taman belakang sekolah. Alhasil Jeno menyetujui saran Jaemin untuk bicara di taman belakang sekolah.

"Jeno. Lo duluan aja ke taman belakang sekolah aja. Gue ke toilet dulu ya! Udah gak tahan!" Ujar Jaemin, yang langsung masuk ke dalam toilet, begitu melewatinya.

Jeno yang melihat itu pun hanya bisa menggelengkan kepalanya. Jadi, sedari tadi dia jalan uget-uget kayak gitu, karena kebelet pipis?

Alhasil Jeno pergi ke taman belakang lebih dulu, sesuai intruksi yang Jaemin berikan.

***

Sudah 15 menit Jeno menunggu di taman belakang, tapi Jaemin pun belum datang.

Jeno yang sudah terlanjut khawatir pun langsung beranjak dari duduknya. Ia langsung pergi menghampiri Jaemin yang ada di toilet.

Sampai di depan toilet perempuan, Jeno langsung masuk tanpa ragu. Ia tidak perduli kalau misalnya dia di pukul oleh masa, karena sembarangan masuk ke dalam toilet wanita.

Begitu sampai dalam toilet, Jeno tidak menemukan keberadaan Jaemin. Tentu saja itu membuat Jeno panik.

Jeno langsung berlari mencari Jaemin. Mencari ke semua ruangan yang ada di sekolah ini, namun Jaemin tidak di temukan juga.

Apa jangan-jangan Jaemin langsung pulang ke rumahnya, maka dari itu ia menyuruh Jeno untuk jalan lebih dulu, dengan dalih kebelet pipis?

Tapi Jaemin tidak mungkin melakukan hal itu! Jaemin tidak mungkin berdalih. Kalaupun ia tidak mau, Jaemin pasti langsung bilang kepada Jeno.

Sampai akhirnya Jeno memutuskan untuk menyerah, dan lebih memilih untuk pulang. Masalah penjelasan

SAME BUT NOT SAME - NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang