10. Confused

210 15 0
                                    

"Jeno!" Sapa balik Jeamin, begitu melihat Jeno.

"Ngapain ke sini? Jemput Jaemin?" Tanya Jeno, melihat keadaan sekitar.

Jeamin menganggukkan kepalanya, begitu mendengar pertanyaan Jeno. "Tadinya sih begitu. Tapi Jaemin langsung buru-buru pulang, Eomma dan Appa sedang menunggu di rumah." Jelas Jeamin.

"Ke sini naik apa?" Tanya Jeno.

"Tadi sih naik taksi. Aku langsung ke sini, begitu orang tua-ku ada di rumah. Tidak mungkin aku menyambut mereka berdua." Jawab Jeamin.

"Pulang bersama denganku saja. Aku akan mengantarmu sampai rumah." Ajak Jeno, yang terdengar seperti perintah.

"Ah tidak. Aku bisa pulang sendiri. Lagipula aku tidak langsung pulang ke rumah Jen." Seru Jeamin, menolak ajakan Jeno. Ia tidak mungkin pulang sekarang, di saat kedua orang tuanya sedang ada di rumah.

"Aku tidak akan langsung membawa-mu pulang. Kau ingin kemana emang? Jangan berpergian sendiri." Peringat Jeno. Ia tidak mungkin membiarkan seorang wanita berpergian sendiri, di saat pikirannya sedang kalut; menurut Jeno.

Jeamin menatap Jeno ragu. Ia sungguh tidak enak, kalau menyetujui ajakan Jeno. Siapa tau Jeno lelah bukan?

"Eum~~~ tidak--"

"Tidak ada bantahan Jeamin." Ujar Jeno, memotong ucapan Jeamin. Lalu menarik tangan Jeamin menuju parkiran sekolah.

Sampai di samping motornya. Jeno langsung memasangkan helmet miliknya kepada Jeamin.

"Bagaimana dengan dirimu?" Tanya Jeamin, menatap Jeno yang tidak memakai helmet.

"Jangan memikirkan aku. Memang sudah seharusnya seorang wanita yang lebih dulu memakai helm." Jawab Jeno, yang langsung naik ke atas motornya.

"Ayo." Seru Jeno, menatap Jeamin supaya Jeamin naik.

Jeamin pun langsung naik di belakang jok motor Jeno. Jeno pun segera menjalankan motornya pergi, meninggalkan area sekolah, begitu Jeamin naik ke atas motornya.

Di sepanjang perjalanan, tidak ada percakapan lebih di antara Jeno dan Jeamin. Jeno yang sedang fokus menyetir, sementara Jeamin yang sedang menikmati perjalanan.

Sampai akhirnya mereka tiba di salah satu street food Jakarta. Di mana banyaknya jajanan yang menanti.

Jeno memarkirkan motornya, tepat di tukang parkir liar. Tidak ada parkir khusus di sini. Dan setelah memarkirkan motornya, Jeno dan Jeamin pun segera memilih jajanan yang mereka inginkan.

"Tapi kau tidak apa-apa kan?" Tanya Jeno, menatap Jeamin yang tengah memakan jajanannya.

Yup, setelah memilih jajanan, mereka langsung duduk di kursi pinggir jalan. Di sini, tidak di sediakan meja khusus.

"Tidak apa-apa. Kau lihat sendiri bukan? Aku masih bisa pergi ke sini, tandanya aku baik-baik saja." Jelas Jeamin.

"Dan bagaimana dengan Jeamin? Kau mengizinkan Jaemin bertemu dengan kedua orang tuamu?" Tanya Jeno.

"Ibu dan Ayahku sangat menyayangi Jaemin. Aku tidak bisa melarang apabila mereka ingin bertemu anaknya. Mereka tidak akan pernah menyakiti Jaemin." Jelas Jeamin, dengan mimik wajah yang langsung berubah menjadi sendu.

Jeno meringis begitu melihat perubahan raut wajah Jeamin. Ia langsung mengusap punggung belakang Jeamin. "Maafkan aku." Ujar Jeno yang merasa menyesal karena telah menanyakan itu.

Jeamin terkekeh, lalu menatap Jeno. "Minta maaf untuk apa? Karena telah bertanya seperti itu? Tidak apa-apa Jeno. Aku memang sedih, tapi aku menerima semuanya kok. Aku hanya seorang anak yang tidak mempunyai kelebihan apapun, dan hanya bisa menyusahkan kedua orang tuaku. Bahkan aku telah menejerumuskan Jaemin, yang lebih memilih untuk tinggal bersama denganku, daripada dengan kedua orang tuaku." Balas Jeamin, dengan senyuman yang terpantri di wajahnya.

"Itu tandanya Jaemin sayang kepadamu. Kalian berdua kan kembar, dia tidak mungkin meninggalkan kembarannya sendirian. Katanya, anak kembar itu memiliki ikatan yang kuat." Jelas Jeno, agar Jeamin tidak sedih dan menyalahkan dirinya sendiri.

Jeamin tersenyum lebih lebar, begitu mendengar ucapan Jeno. "Dia memang sayang sekali kepadaku." Ujar Jeamin.

"Cha. Sudah selesai kan? Aku akan mengajak-mu ke suatu tempat." Seru Jeamin, yang sudah beranjak dari kursinya.

"Mana kunci motor-mu? Aku yang akan membawanya." Pinta Jeamin.

Jeno menatap Jeamin ragu. Ia tidak yakin kalau Jeamin bisa menyetir motor. "Kau sungguh?" Tanya Jeno.

"Yak! Kau meragukan diriku? Aku ini pengendara hebat! Bahkan valentino rossi saja kalah denganku." Ujar Jeamin, yang langsung mengambil kunci motor yang ada di saku baju Jeno.

"Ayo!" Seru Jeamin, yang sudah lebih dulu jalan.

Jeno hanya bisa menggelengkan kepalanya, dan mengikuti Jeamin dari belakang.

Sampai akhirnya mereka tiba di depan motor Jeno. Jeamin langsung memakai helmet punya Jeno, dan langsung naik ke atas motor Jeno. Sementara Jeno kasih ragu.

"Cepat-lah! Keburu maghrib." Titah Jeamin, yang membuat Jeno naik ke atas jok belakang motornya.

Dan motor pun jalan, ke tempat yang Jeamin tuju.

***

Sudah setengah jam lebih Jeamin menghabiskan suaranya di Karaoke, bersama dengan Jeno.

Jeno juga tidak habis pikir, kalau misalkan Jeamin mengajaknya pergi ke karaoke.

Jeno juga tidak menyangka bahwa Jeamin ini bisa bernyanyi dan juga nge-rapper.

"Ah, kayaknya gue harus ke toilet dulu deh." Ujar Jeamin, yang langsung pergi keluar dari ruang karaoke, menuju toilet.

Tinggallah Jeno sendiri di dalam ruangan. Jeno lebih memilih untuk duduk di sofa, seraya menunggu Jeamin yang sedang pergi ke toilet.

Sedari tadi pikirannya tidak tenang. Ia terus kepikiran mengenai Jaemin yang tengah bertemu dengan orang tuanya.

Apakah Jaemin baik-baik saja? Orang tuanya tidak berkata macam-macam yang membuat Jaemin sakit hati kan? Dan masih banyak pikiran negatif yang bersarang di pikirannya.

*drt drt* suara deringan ponsel, sukses membuat lamunan Jeno buyar.

Suara yang berasal dari tas ransel yang di bawa oleh Jeamin, sukses menarik perhatiannya.

Jeno mengerutkan dahinya begitu mendengar deringan dari dalam tas Jeamin. Padahal ponsel Jeamin ada di atas meja. Tapi kenapa ada deringan lain di dalam ponsel. Apakah Jeamin mempunyai 2 ponsel?

Jeno takut itu telepon penting, atau telepon dari Jaemin. Jadi, dia memutuskan untuk membuka tas Jeamin.

Tujuan utamanya untuk mengambil ponsel pun terhenti sejenak, ketika dirinya menemukan seragam milik Jaemin yang berada di dalam tas Jeamin.

Kenapa bisa seragam milik Jaemin ada di dalam tas ransel Jeamin?

"Yak! Apa yang kau pikirkan!" Gumam Jeno, membuyarkan pikiran anehnya.

Jeno langsung melanjutkan kegiatannya, dalam mencari ponsel yang ada di dalam tas Jeamin.

Lagi-lagi Jeno di buat terkejut, begitu melihat ponsel Jaemin yang ada di dalam tas Jeamin.

"Kenapa bisa seragam sama ponselnya ada di Jeamin? Kemana Jaemin sebenarnya?" Gumam Jeno yang makin penasaran akan hal ini.

Niatnya ingin mencari tau pun tertunda, ketika mendengar suara seseorang yang membuka pintu ruangan.

Tanpa tunggu lama, Jeno memasukkan kembali ponsel yang ia pegang, ke dalam tas milik Jeamin. Lalu menutup tas Jeamin kembali.

"Sudah selesai?"

SAME BUT NOT SAME - NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang