6. Clam Down

186 21 0
                                    

"Eung~~~" suara lenguhan yang keluar dari mulut Jeamin, dengan netra yang perlahan terbuka.

Jeamin menatap sekitar, seraya mengatur itentitas cahaya yang ada di dalam ruangan ini.

Selain itu, Jeamin juga berfikir mengenai kejadian yang telah ia lalui tadi malam.

"Ini dimana?" Gumam Jeamin, yang sangat asing dengan ruangan yang saat ini sedang ia tempati.

Ini bukan kamarnya. Apakah ini kamar hotel? Tapi siapa yang mengantar dia pulang?

"Sshh." Ringisan yang keluar dari mulut Jeamin, ketika memaksakan untuk duduk, di saat dirinya belum siap.

Kepalanya benar-benar pusing saat ini, karena efek dirinya yang minum sangat banyak tadi malam.

Sepertinya dirinya membutuhkan sesuatu untuk meredahkan pengarnya.

Masih di atas ranjang yang entah milik siapa, Jeamin masih berpikir tentang kejadian tadi malam yang telah ia lewati.

Sampai akhirnya ia sadar kalau saat ini dirinya tengah telanjang. Jeamin langsung memeriksa keadaan tubuhnya.

Dan ya  banyak sekalu ruam keungunan di tubuh Jeamin. Tapi itu tidak membuat Jeamin panik. Seperti dia sering melakukan hal itu.

"Kali ini siapa lagi Jea?" Gumam Jeamin, yang lebih memilih menyerah untuk mengingat kejadian tadi malam.

Jeamin memutuskan untuk beranjak dari tidurnya. Bergegas pergi secepatnya, sebelum orang yang telah menghabiskan waktu bersamanya datang.

Ia tidak mau repot akan hal ini. Ibarat one night stand, membuat Jeamin tidak memperdulikan hal ini.

Setelah memakai baju, dan mengambil barang yang ia bawa tadi malam. Jeamin segera pergi dari ruangan ini

Namun baru saja dirinya membuka pintu, di hadapannya sudah ada lelaki bertubuh besar, dengan membawa nampan berisi makanan dan segelas  air putih.

Otomatis Jeamin mundur kebelakang, begitu melihat laki-laki yang ada di depannya.

"Rupanya kau sudah bangun Jeamin?" Ujar sang laki-laki itu, yang sukses membuat Jeamin bingung.

Bagaimana bisa orang yang ada di hadapannya, mengenal namanya? Padahal Jeamin itu tidak pernah memberi tau nama aslinya, walaupun dia tengah mabuk berat.

"L--lo?! Lo siapa? Kenapa lo bisa tau nama gue?" Tanya Jeamin yang tergagap di awal, karena gugup.

"Nama gue Lee Jeno, masa iya lo lupa? Dan bagaimana bisa gue gak tau nama lo, sementara lo sendiri yang memberi tau nama lo ke gue." Balas Jeno.

Jeamin mendelik begitu mendengar ucapan Jeno. "Jangan mengada deh! Gue gak pernah ngasih tau nama asli gue. Sekalipun gue mabuk berat!" Peringat Jeamin.

"Well, berati gue yang pertama. Btw lo baik-baik aja? Sorry tadi malem gue gak bisa kontrol." Ujar Jeno, seraya menatap tubuh bagian bawah Jeamin.

Jeamin yang di tatap seperti itu, langsung mengambil bantal milik Jeno, dan melemparnya ke Jeno. "Mesun anjing!" Ujar Jeamin.

Jeno terkekeh mendengarnya. "Cuma pengen mastiin aja." Bala Jeno acuh.

"Santai aja sih. Kayak perawan aja gue baru di jebol gitu dong sakit." Sahut Jeamin.

"Oh berati sering dong?" Goda Jeno yang sebenarnya terkejut dengan ucapan Jeamin.

Jeno tau kalau Jeamin sudah tidak perawan, sewaktu ia jebol tadi malam. Tapi ia tidak menyangka kalau Jeamin bakal seceplos ini.

Jeamin langsung mengedihkan bahunya. "Gak tau juga gue. Gak inget kalo ini sering atau enggak. Soalnya gue kayak gini pas lagi mabok berat aja, dan gak sering juga gue berakhir sex setelah mabok. Gue orang yang milih-milih juga! Gue gak bakalan berakhir sex, kalau partner gue jelek." Ujar Jeamin, yang mulai mendekati Jeno.

"Oh berati gue ganteng dong?" Tanya Jeno dengan nada menggoda.

"Cuma orang buta yang bilang lo jelek. Kalo lo jelek? Gue gak mungkin sex bareng lo. Btw, ini apa? Buat gue?" Tanya Jeamin yang mulai memakan roti buatan Jeno, tanpa menunggu jawaban Jeno.

"Buat apa nanya kalo lo makan duluan, sebelum gue jawab?" Ujar Jeno, di iringi dengusan kasar.

Jeamin yang mendengar itu pun terkekeh di sela makannya. "Cuma formalitas doang. Btw, gue gak biasa makan ginian pas abis mabok." Cerita Jeamin.

"Tapi walaupun udah gak perawan, gue masih enak bukan? Buktinya tanda lo di mana-mana." Ujar Jeamin, seraya menunjukkan hasil karya Jeno yang berada di perpotongan lehernya.

"Ya bisa di bilang gitu. Btw, lo gak nutupin itu?" Tanya Jeno.

"Buat apa di tutupin?" Tanya balil Jeamin, yang sepertinya sangat acuh dengan tanda yang ada di lehernya.

"Lo gak malu emang?" Tanya Jeno speechless.

"Buat apa malu sih? Hal kayak gini wajar kali. Lagipula ngapain di tutupin? Lebih baik tampil apa adanya, daripada jadi orang lain, supaya banyak orang yang deket." Ujar Jeamin.

"Ya kan tapi ini Indonesia Jeamin. Hal kayak gini masih tabu. Gimana kalo orang lain bicarain lo?" Tanya Jeno.

"Ya bagus, berati dosa gue berkurang karena gibahan mereka. Asal lo tau Jen, ini emang Indonesia, tapi kita ini lagi di Jakarta! Hal kayak gini gak tabu lagi di Jakarta. Gue yakin banyak cewe Jakarta yang udah gak perawan. Cuma ya karena ketutup hijab atau kelakuan baik nan munafik mereka aja." Ujar Jeamin.

"Ya kan tapi---"

"Cha! Makan gue udah selesai. Gue pamit balik ya! Makasih atas tumpangan dan makanannya. See you later Jeno!" Pamit Jeamin, yang langsung pergi dari kamar Jeno.

Jeno sempat terdiam sejenak, lalu menyusul Jeamin yang lebih dulu pergi.

Menuruni tangga yang ada di rumahnya. Lalu berjalan menuju ruang keluarga.

Di ruang keluarga, ia melihat Jeamin yang tengah terdiam di tengah-tengah.

"Lagi ngapain sih?" Tanya Jeno, yang sukses membuat Jeamin tersentak kaget.

"Lo ngagetin gue tau gak! Ini kenapa rumah lo gede banget sih? Mana gelap banget, udah kayak rumah yang ada di wattpad. Gue gak nemuin pintu keluarnya!" Protes Jeamin, menatap Jeno kesal.

"Ya lagi kenapa main pergi aja?" Tanya Jeno.

"Jadi lo nyalahin gue?" Sunggut Jeamin dengan nada ketusnya.

Jeno menggelengkan kepalanya. "Lo gak salah. Rumah gue yang salah. Ayo gue anterin pulang." Ujar Jeno, yang langsung memegang tangan Jeamin, dan menutun Jeamin keluar.

Jeamin di buat speechless, begitu dirinya tiba di bagasi milik Jeno. Terdapat banyak mobil di bagasi Jeno yang luas ini. Apakah mobil ini di pakai, atau cuma di jadikan koleksi dan bahan pajangan?

"Lo jualan motor sama mobil Jen?" Tanya Jeamin, menepuk pundak Jeno dari belakang.

Jeno sempat meringis sejenak karena tepukan Jeamin. "Yakali gue jualan. Ada request mau pake yang mana gak?" Tanya Jeno.

Jeamin yang mendengar itu pun langsung mensejajarkan posisinya, lalu menoleh. Menatap Jeno dari samping. "Emangnya boleh?" Pertanyaan polos dari mulut Jeamin.

"Ya boleh-lah. Emangnya mau pake apa?" Tanya Jeno.

"Lamborghini Huracan yang warna hitam itu." Ujar Jeamin, seraya menunjuk mobil yang ingin mereka naiki.

"Lah, lo tau soal mobil?" Tanya Jeno yang sedikit terkejut.

"Gak tau semua sih. Cuma beberapa aja. Kecuali Lamborghini, gue tau semua merk lamborghini. Mobil impian gue itu!" Ujar Jeamin.

"Gue gak tau kalau lo suka lambo." Seru Jeno.

"Kan kita baru kenal. Udah ah ayo!"

SAME BUT NOT SAME - NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang