Helaan nafas yang terus di keluarkan Jeno, membuat Jay yang ada di sampingnya, menatap Jeno dengan heran.
"Kenapa sih lo? Daritadi buang nafas mulu, udah kayak punya beban banyak aja lo." Ledek Jay, yang terus menatap Jeno yang sedang bergulat dengan pikirannya sendiri.
"Jaemin." Satu kata yang keluar dari mulut Jeno, sukses menghadirkan gelak tawa dari Jay.
"Jadi, daritadi lo mikirin Jaemin?" Tanya Jay, menatap Jeno tak percaya.
Jeno menganggukkan kepalanya dengan malas. "Udah 3 hari gue gak ketemu Jaemin. Udah 3 hari dia gak sekolah. Di rumahnya juga gak ada." Ujar Jeno, yang bingung akan keberadaan Jaemin.
Yup, sudah 3 hari belakangan ini Jaemin tidak masuk sekolah. Sudah 3 hari semenjak menginap di rumah Jaemin, Jeno tidak bertemu Jaemin. Malahan, ia sering bertemu dengan Jeamin.
Bertanya dengan Jeamin juga percuma. Jeamin juga tidak tau di mana keberadaan Jaemin.
Katanya, Jaemin sering bertingkah seperti ini. Palingan dia butuh waktu sendiri, setelah mendengar perkataan menyakitkan dari kedua orang tuanya.
Tapi tetap saja perasaan Jeno tidak tenang, setelah mendengar penjelasaan Jeamin. Ia sangat merindukan Jaemin, walaupun wajah Jaemin sama dengan Jeamin.
Jeno lebih nyaman bersama dengan Jaemin. Berbeda ketika dirinya bersama dengan Jeamin.
Walaupun Jeamin easy going dan terbuka dengan Jeno. Ah, lebih tepatnya sangat terbuka kepada Jeno, sampai-sampai mereka berakhir tidur bersama.
Berbeda dengan Jeamin yang terkesan kaku, galak, tertutup dan misterius. Tapi tetap saja Jeno lebih nyaman berada di dekat Jaemin.
"Kenapa gak tanya sama Renjun aja?" Usul Jay, yang membuat Jeno membuyarkan lamunannya, dan menatap Jay dengan tatapan penuh tanya.
"Renjun?" Tanya Jeno, memastikan bahwa pendengarannya tidak salah.
Jay menganggukkan kepalanya. "Katanya, lo pernah lihat Jaemin bicara berdua sama Renjun. Mereka berdua telihat akrab bukan?" Ujar Jay, mengingatkan kembali perkataan Jeno waktu itu.
Yup, Jeno bercerita tentang dirinya melihat Jaemin tengah berbicara sama Renjun, dengan kilatan penuh rasa kesal dan marah.
"Coba aja lo tanya. Kali aja Renjun tau keberadaan Jaemin." Usul Jay sekali lagi.
Jeno terdiam sejenak. Memikirkan kembali ucapan Jay, sebelum dirinya mengambil keputusan apa yang akan ia lakukan.
"Ck! Lama lo!" Ujar Jay, yang langsung mendorong Jeno ke depan, begitu Renjun jalan melewatinya.
"Eh Jeno, lo kenapa?" Tanya Renjun yang langsung membantu Jeno, yang tengah oleng dan ingin terjatuh, akibat dorongan Jay.
Jeno meringis, lalu menatap Jay dengan tatapan penuh ancaman. Berbeda dengan Jay yang hanya mengedihkan bahunya acuh.
"Jeno mau ngomong sesuatu sama lo Njun." Ujar Jay, karena kesal melihat Jeno yang terus terdiam.
Renjun yang mendengar itu pun menaikkan kedua alisnya penasaran. "Oh ya? Mau ngomong apa?" Tanya Renjun penasaran, dan lagi-lagi Jeno hanya diam.
"Tentang Jaemin." Sahut Jay sekali lagi, membantu Jeno.
Renjun terdiam mendengar nama Jaemin yang terlontar dari mulut Jay. "Jaemin? Kau dekat dengan Jaemin?" Tanya Renjun, menatap Jeno yang sedang terdiam.
Jeno menganggukkan kepalanya. "Kau tau dimana keberadaan Jaemin sekarang? Sudah 3 hari dia tidak masuk sekolah. Aku cari ke rumahnya juga tidak" Tanya Jeno, yang akhirnya berani membuka suara.
"Kau sudah tau di mana Jaemin tinggal?" Tanya Renjun lagi, dengan tatapan terkejut. Membuat Jeno menganggukkan kepalanya, dan menatap Renjun dengan heran.
Kenapa harus terkejut sih? Memangnya Renjun tidak tau di mana Jaemin tinggal?!
Mendengar balasan Jeno, Renjun langsung menariknya. Meninggalkan area kantin, menuju ruang seni. Ruangan yang tidak di gunakan, karena tidak ada kegiatannya hari ini.
"Kau sudah ke rumah Jaemin? Lalu apa yang kau temukan di sana? Apakah Jaemin ada di dalam rumah?" Pertanyaan berentet yang keluar dari mulut Renjun, begitu dia duduk di hadapan Jeno.
"Bukankah aku sudah katakan kalau aku sudah pergi ke rumahnya. Aku tidak menemukan apapun di sana. Jaemin tidak ada di sana, melainkan kembarannya; Jeamin." Jelas Jeno, menatap Renjun dengan tatapan jengah. Kenapa wanita yang ada di hadapannya ini suka sekali mengulang pertanyaan yang sama.
Renjun yang mendengar jawaban Jeno, langsung menghela nafasnya secara kasar. "Hah~~ rupanya kau belum tau apa-apa." Ujar Renjun.
"Belum tau apa-apa? Apa maksud-mu?" Tanya Jeno, menatap Renjun penasaran.
"Kau belum tau siapa itu Jeamin dalam kehidupan Jaemin." Jawab Renjun, seraya menyenderkan pundaknya di kursi yang sedang ia duduki.
Jeno tercengang mendengar ucapan Renjun. "Aku tau. Jeamin itu kembarannya Jaemin. Bukankah sudah aku katakan tadi?" Ujar Jeno yang kesal kepada Renjun.
Helaan nafas begitu panjang, keluar dari mulut Renjun, begitu mendengar ucapan Jeno. "Aku tau dan sangat paham apa yang kau ucapkan." Seru Renjun.
"Sebelum aku menceritakan semuanya kepadamu tentang Jaemin. Aku ingin bertanya kepadamu terlebih dahulu." Sambung Renjun.
"Apakah kau sudah berteman lama dengan Jaemin?" Tanya Renjun, menatap Jeno dengan serius.
Jeno menganggukkan kepalanya. "Sudah beberapa bulan belakangan ini. Sekitar 3 bulan lebih." Jawab Jeno.
Renjun tersenyum mendengar jawaban Jeno. "Aku bersyukur bahwa Jaemin telah berubah. Kau tau? Jaemin tidak pernah mempunyai teman sedari kecil." Jelas Renjun.
"Jadi aku mohon. Setelah kau mendengar semua kebenaran tentang Jaemin, kau tidak akan meninggalkannya. Berjanji-lah kepadaku, baru aku akan memberi tau-mu." Pinta Renjun.
"Tentu saja. Aku tidak sekolot itu untuk meninggalkan seseorang hanya dari cerita saja." Jawab Jeno penuh keyakinan.
"Semoga saja." Balas Renjun dengan senyuman tulusnya.
Renjun benar-benar berharap Jeno berpegangan teguh pada janjinya.
"Jadi, katakan apa yang ingin kau katakan tentang Jaemin." Ujar Jeno, yang sudah sangat siap mendengar ucapan Renjun.
"Kau sudah pernah bertemu dengan Jaemin?" Tanya Renjun sekali lagi, yang membuat Jeno berdecak kasar, namun tetap menganggukkan kepalanya.
"Kau juga sudah pernah bertemu dengan Jeamin?" Tanya Renjun kembali, yang sukses membuat Jeno kesal.
"Yak! Kalau kau mau bertele-tele seperti ini, sebaiknya kau tidak usah memberi tau-ku." Ujar Jeno, yang sudah beranjak dari duduknya, dan ingin pergi meninggalkan Renjun.
"Apakah kau sudah bertemu keduanya secara bersamaan?" Satu pertanyaan yang keluar dari mulut Renjun, sukses membuat langkah Jeno terhenti.
Melihat keterdiaman Jeno, membuat Renjun tersenyum. "Di lihat dari sikap-mu yang seperti ini. Aku yakin kalau kau belum pernah bertemu dengan Jaemin dan Jeamin secara bersamaan." Ujar Renjun.
"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan?" Tanya Jeno, yang kembali duduk di hadapan Renjun.
"Kenapa kau tidak bertemu dengan Jaemin dan Jeamin? Bukankah kau bilang kalau kau sudah ke ruamhnya. Kau bilang kalau Jaemin dan Jeamin itu kembar. Tapi kenapa kau tidak biaa melihatnya secara bersamaan?" Ujar Renjun, yang sukses memancing kesabaran Jeno.
"Berbicara-lah yang jelas! Jangan bertele-tele, Huang Renjun!" Geram Jeno.
"Jaemin dan Jeamin adalah orang yang sama, Jen."
KAMU SEDANG MEMBACA
SAME BUT NOT SAME - NOMIN
FanficCERITA INI KHUSUS UNTUK NOMIN SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK MENYUKAI SHIPPER INI? DIHARAPKAN UNTUK TIDAK BACA CERITA INI! TAPI JIKA KALIAN MEMAKSA UNTUK MEMBACA CERITA INI? JANGAN BERKOMENTAR NEGATIVE DI KOLOM KOMENTAR / DI KEHIDUPAN PRIBADI PARA M...