4. Misterious

251 24 0
                                    

"Loh, ngapain lo?" Tanya Jaemin, yang terkejut dengan Jeno yang tiba-tiba sudah ada di depan gerbang rumahnya.

"Mau ngajakin lo bareng. Motor lo belum benerkan? Btw, nama gue Lee Jeno. Nama lo siapa? Kita belum kenalan kemarin." Ujar Jeno.

"Kemarin kita udah kenalan kali." Ujar Jaemin, memperingati Jeno lagi.

"Kenalan apaan? Orang baru gue yang nyebutin nama. Sedangkan lo enggak." Ujar Jeno.

Jaemin langsung membuka cardigan yang sedang ia pakai. Menampilkan name tag yang ada di dada kanan atas Jaemin. "Bisa baca kan?" Tanya Jaemin, seraya menujuk name tag miliknya.

"Na Jaemin?" Panggil Jeno basa-basi. Padahal ia sudah tau nama Jaemin.

"Yes sir. Udah ah! Back to topic! Ngapain lo repot-repot jemput gue kesini, hanya untuk ngajakin berangkat bareng? Gue bisa naik ojek online." Ujar Jaemin.

"Sayang duit lo kalo naik ojek online. Lebih baik naik motor bareng gue. Lagipula gue udah terlanjur dateng nih. Masa iya lo nolak?" Ujar Jeno, memandang Jaemin dengan tatapan sedih dan penuh harap.

Jaemin mendelik geli, tanpa sengaja ia memukul lengan Jeno. "Muka lo gak banget deh. Jangan sok imut kayak gitu! Gue gak suka." Ujar Jaemin.

"Gak mau. Lo jawab dulu kalo mau berangkat bareng gue. Baru gue ubah mimik wajah gue." Ujar Jeno, yang masih mempertahankan mimik wajahnya.

"Ck! Oke-oke! Gue bakalan berangkat bareng sama lo." Pasrah Jaemin, yang langsung mengambil helmet yang ada di hadapan Jeno.

Jeno tersenyum kala mendengar jawaban Jaemin. Ia langsung membuka jaketnya, dan memberikannya kepada Jaemin.

Jaemin menatap heran jaket Jeno dan Jeno secara bergantian. "Buat apa?" Tanya Jaemin.

"Buat lo pake. Buat nutupin rok lo." Ujar Jeno.

"Ck! Gak usah. Rok gue gak begitu pendek." Tolak Jaemin.

Bukan Jeno namanya kalo nurut sama perkataan orang. Jeno langsung mengalungkan jaketnya ke pinggang Jaemin. Mengikat jaket yang ia bawa, ke pinggang belakang Jaemin.

"Cha. Sekarang udah bisa naik." Ujar Jeno, yang membuat Jaemin tersadar.

"Sangat memaksa." Cibir Jaemin, di iringi dengusan nafas kasar.

Jaemin langsung naik ke atas motor Jeno. "Udah siap?" Tanya Jeno.

"Hm." Balas Jaemin dengan dehaman. Jeno pun langsung menjalankan motornya pergi. Meninggalkan perkarangan rumah Jaemin, menuju sekolah.

Di sepanjang perjalanan, Jeno terus bertanya kepada Jaemin. Sedangkan Jaemin selalu membalas seadanya.

Jeno benar-benar mencari topik, agar perjalanan mereka menuju sekolah tidak sepi. Tapi yang di lakukan Jaemin selalu memutuskan obrolan, dengan jawabannya yang singkat, tanpa bertanya kembali.

Sampai akhirnya mereka tiba di parkiran sekolah. Jaemin langsung turun dari motor Jeno, dan langsung membuka helmet, serta memberikannya kembali kepada Jeno.

"Makasih." Ucap Jaemin, lalu pergi dari hadapan Jeno.

"Yang sabar Jen. Orang sabar, jodohnya  Kendall Jenner." Ujar Jeno, melihat kelakuan Jaemin.

Dirinya sudah seperti ojek online bagi Jaemin. Begitu sampai, langsung di tinggal begitu saja.

"Ciee, rupa-rupanya ada yang sedang menjalani tahap pendekatan diri nih." Ledek Jay, yang entah kapan datangnya. Di belakang Jay, sudah ada Eric.

"Pendekatan your head! Gue cuma bantuin Jaemin buat berangkat bareng. Motornya lagi rusak soalnya." Ujar Jeno.

"Itu sama aja bodoh! Lagipula sejak kapan seorang Lee Jeno, jemput seorang wanita?" Seru Eric.

"Benar itu. Udah sih, bilang iya aja emangnya susah?" Timpal Jay.

"Susah. Karena emang nyatanya Jaemin susah buat di dekati." Jawab Jeno, yang langsung pergi meninggalkan Jay dan Eric.

***

"Nak!" Panggil seorang guru, begitu Jaemin ingin kembali ke kelas, sehabis dari toilet.

"Iya Bu, ada apa ya?" Tanya Jaemin.

"Bisa tolongin ibu buat taruh ini ke kelas 12-C? Ibu ada urusan terlebih dahulu, sebelum mengajar di kelas itu." Pinta seorang guru wanita, seraya memberikan map berwarna biru kepada Jaemin.

"Ah iya Bu." Ujar Jaemin.

"Makasih ya Nak. Kalau begitu Ibu pamit dulu." Ujar sang guru, lalu pergi meninggalkan Jaemin.

Jaemin hanya bisa menghela mafasnya kasar. Lalu melanjutkan perjalanan menuju kelas 12-C, yang tadinya ingin kembali ke kelasnya.

Namun, begitu Jaemin melewati ruang uks, seseorang malah mencegat jalan Jaemin.

"Apa mau-mu Huang Renjun?" Tanya Jaemin, menatap Renjun jengah.

"Nanti malam, keluarga besar dari Uncle Siwon datang. Kau datang kan Jaem?" Tanya Renjun.

"Gak akan." Balas Jaemin, yang masih berusaha keluar dari cegatan Renjun.

"Kenapa gak dateng? Dateng-lah Jaem. Halmeoni sama Haraboji ada. Udah gitu Uncle dan Aunty yang lain juga datang. Appa dan Eommaku juga datang. Termasuk Uncle Siwon dan Aunty Yoona, orang tuamu. Masa iya kamu gak mau datang?" Ujar Renjun, yang masih berusaha membujuk Jaemin untuk datang.

"Karena mereka bukan keluarga gue. Gue gak punya keluarga macam keluarga lo. Mereka terlalu besar untuk gue yang sekecil ini." Balas Jaemin.

"Lo masih kesel sama tingkah mereka ke lo? Lo masih benci Aunty Sooyoung?" Tanya Renjun.

"Sampai mati, gue gak akan maafin dia." Balas Jaemin, yang saat ini sudah menggeretakkan giginya kesal. Bahkan dia sudah meremat map yang sedang ia pegang, hanya karena mendengar satu nama yang ia benci.

"Jaem, lo gak bisa--"

"Ucapan lo sangat berisik. Tingkah lo saat ini sangat menganggu. Lebih baik lo urus urusan lo sendiri. Gue gak butuh semua nasehat lo. Sekarang minggir." Ujar Jaemin, yang langsung mendorong Renjun ke samping, agar tidak menghalangi jalannya lagi.

Setelah berhasil menyingkirkan Renjun, Jaemin pun langsung melanjutkan jalannya lagi, menuju kelas 12-C.

Tanpa Jaemin sadari kalau tindakannya tadi, di lihat oleh seorang laki-laki yang tengah berdiri tidak jauh dari Jaemin.

Lee Jeno, pria yang tidak sengaja melihat percakapan antara Renjun dan Jaemin. Walaupun dirinya tidak tau apa yang sedang di bicarakan mereka berdua. Tapi Jeno yakin kalau mereka berdua dekat dan kenal satu sama lain.

Terlebih ketika melihat Jaemin yang menyingkirkan Renjun. Jeno semakin yakin kalau mereka sebenarnya dekat. Tapi karena adanya masalah, membuat hubungan mereka renggang.

"Sebenarnya ada masalah apa di antara Jaemin dan Renjun? Kenapa mimik wajah Jaemin terlihat sangat marah tadi?" Gumam Jeno yang masih setia di tempatnya.

"Aish! Kenapa wanita bernama Jaemin itu sangat misterius sekali?!" Sambung Jeno, yang lebih memilih untuk tidak melanjutkan pikiran konyolnya. Dan lebih memilih untuk kembali ke kelas.

"Loh Jaemin, ngapain di depan kelas gue?" Tanya Jeno, begitu melihat Jaemin ada di depan kelasnya.

"Ah ini, bu Kim nitipin ini ke gue." Ujar Jaemin, seraya memberikan map biru yang ia pegang, kepada Jeno.

"Taruh di meja. Sebentar lagi Ibu Kim datang. Dia lagi ada urusan sebentar." Sambung Jaemin, lalu pergi dari hadapan Jeno.

SAME BUT NOT SAME - NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang