Apakah Jeno akan menyerah kepada Jaemin yang sangat sulit di dekati? Jawabannya tentu saja tidak!
Buktinya sudah seminggu belakangan ini Jeno terus berusaha mendekati Jaemin. Berangkat ke sekolah bersama, pulang bersama, dan bahkan main bersama di kala luang.
Ya walaupun awalnya Jaemin menolak, dan bahkan mengusir Jeno karena risih. Tapi karena usaha Jeno, lambat laun Jaemin mengiyakan semua tawaran Jeno. Entah karena usaha, atau Jaemin yang tidak ingin ribet dan mendengar semua ocehan Jeno.
Terlihat saat ini mereka baru saja tiba di depan rumah Jaemin, setelah Jeno membawa Jaemin ke toko buku serta jalan-jalan menelusuri kota Jakarta.
"Makasih." Ujar Jaemin yang langsung melepaskan helmet milik Jeno, dan langsung masuk ke dalam rumahnya.
Yup, Jeno memang belum memasuki tahap masuk ke dalam rumah Jaemin. Jaemin belum menawarkan Jeno untuk masuk ke dalam. Jadi ya mau tidak mau Jeno harus menunggu. Walaupun ia sangat penasaran dengan isi rumah Jaemin. Termasuk wanita yang saat itu ia temui di club; yang sangat mirip dengan Jaemin.
Jeno pun langsung menjalankan motornya pergi dari halaman rumah Jaemin. Sedangkan Jaemin melangkah masuk lebih dalam ke rumahnya.
"Ibu, ayah? Kalian ngapain di sini?" Tanya Jaemin, menatap kedua orang tuanya yang tengah duduk di sofa ruang tengah.
"Kamu darimana saja nak? Kenapa baru pulang?" Tanya Yoona, ibu Jaemin yang langsung menyambut Jaemin.
Yoona ingin memeluk Jaemin, tapi Jaemin langsung menghindar, dan menepis tangan Yoona. "Kalian mau apa?" Tanya Jaemin to the point.
"Kenapa kamu seperti itu? Kenapa tidak menyambut kami?" Tanya Yoona, menatap Jaemin dengan tatapan sedih.
Jaemin mendecak kesal begitu melihat ibunya yang tengah bermain drama. "Cepat katakan apa tujuan kalian. Lalu pergi dari sini. Kalian tidak pandai untuk berbasa-basi. Apalagi kesini hanya untuk menanyai kabarku, dan hari-hariku di sekolah." Ujar Jaemin, yang masih berfokus kepada topik utama.
"Kenapa sikap-mu makin tidak sopan? Apakah ini semua karena Jeamin?" Tanya Siwon yang akhirnya membuka suaranya.
"Jangan membawa-bawa nama Jeamin di antara kita!" Peringat Jaemin.
"Ck! Ini pasti karena dia. Dia benar-benar membawa pengaruh buruk kepada kamu! Seharusnya kamu jangan tinggal dengannya!" Ujar Siwon.
Jaemin meremat bukunya, begitu mendengar ucapan Siwon. "Cepat katakan tujuan kalian! Aku tidak ada waktu. Aku harus belajar untuk ulangan besok." Ujar Jaemin, dengan nada yang masih sama.
"Ck! Masih saja membela manusia tidak berguna itu." Ujar Siwon yang kesal akan anaknya.
Jaemin tidak mengubris perkataan yang keluar dari mulut Siwon. Bagaimana bisa Siwon berkata seperti itu kepada anak kembarnya sendiri?
"Oke kalau tidak ada yang kalian bicarakan. Aku akan naik ke kamarku. Kalau sudah selesai? Tutup pintunya rapat-rapat!" Ujar Jaemin yang lebih memilih untuk pergi, daripada harus meladeni ucapan kedua orang tuanya.
Namun belum sempat melangkah ke tangga, suara ayahnya sukses membuat Jaemin berhenti.
"Datanglah ke pertemuan keluarga besar Na." Ucap Siwon.
Jaemin mendesis ketika mendengar ucapan ayahnya. "Ayah tau persis apa jawaban-ku." Ujar Jaemin, yang saat ini sudah membalikkan tubuhnya, guna menatap sang ayah yang saat ini tengah menatapnya.
"Ayah tidak menerima jawaban-mu untuk tidak datang? Kalau kau tidak mau datang? Ayah akan melakukan tindakan buruk kepada dirimu. Ayah akan memisahkan dirimu dengan Jeamin." Ancam Siwon, dengan eajah datarnya.
Jaemin memutarkan kedua bola matanya jengah. "Selalu menggunakan kekuasan untuk menyelesaikan masalah. Persis apa yang di lakukan keluarga Na." Desis Jaemin yang masih bisa di dengar Siwon dan Yoona.
"Datanglah sayang. Ibu tidak mau hubungan keluarga kita hancur. Ibu mau kamu berdamai dengan masa lalu dan semuanya." Ujar Yoona.
"Ibu sama Ayah bisa berkata seperti itu, karena Ibu sama Ayah tidak pernah merasakan apa yang Jaemin rasakan." Seru Jaemin. Menatap kedua orang tuanya dengan kilatan marah. Mengingat kejadian itu saja, membuat Jaemin kesal setengah mati.
"Ah iya. Kalian kan memang tidak punya malu. Kalian akan melakukan apa saja demi uang dan warisan. Tidak memperdulikan anak kalian." Sambung Jaemin. Menatap kedua orang tuanya dengan tatapan remeh.
"Tidak usah khawatir. Aku akan datang untuk Jeamin." Tambah Jaemin, lalu pergi dari hadapan kedua orang tuanya.
Masuk ke dalam kamarnya, dengan cara membanting pintunya dengan keras. Agar kedua orang tuanya bisa mendengar kemarahan yang sedang ia hadapi.
Sampai di dalam kamar, Jaemin langsung duduk di meja riasnya. Mengusak surai wajahnya dengan kasar.
Sampai pada akhirnya ia mendengar suara pintu terbuka. Menampilkan Jeamin yang baru saja keluar dari kamar mandi. Seperti khas orang baru bangun tidur.
"Kau ini sedang ada masalah apa? Kenapa menutup pintu dengan keras seperti itu?" Tanya Jeamin, yang langsung duduk di pinggiran ranjang. Menatap Jaemin dengan penuh tanda tanya.
Namun bukannya menjawab, Jaemin malah mengalihkan topik pembicaraan, dengan bertanya kepada Jeamin. "Kau baru saja bangun tidur?" Tanya Jaemin.
Jeamin mengangguk kecil. "Iya. Sehabis pulang sekolah, aku langsung masuk ke dalam kamar-mu. Aku kira kamu sedang ada di kamar. Tapi ternyata tidak ada. Kamu dari mana saja? Kenapa jam segini baru pulang?" Tanya Jeamin.
"Tertidur di kamar-ku lagi Jea? Aku baru saja dari toko buku." Seru Jaemin, seraya menunjukkan buku yang baru saja ia beli.
Jeamin mengerut heran begitu melihat buku Jaemin dengan keadaan tidak rapih. "Iya seperti itu. Kau sedang ada masalah?" Tanya Jeamin lagi.
"Kenapa?" Desak Jeamin, agar Jaemin bercerita.
"Aku tidak apa-apa. Cuma lagi kesal aja." Jawab Jaemin, agar Jeamin tidak terus bertanya.
"Masalah apa? Ibu dan Ayah lagi? Mereka memaksa-mu untuk hadir ke acara pertemuan keluarga besar Na?" Tanya Jeamin.
"K--kok kamu bisa tau sih? Kamu cenayang ya?" Tanya Jaemin yang terkejut. Karena Jeamin menebaknya dengan benar.
Jeamin terkekeh melihat Jaemin tergagap dan sedikit terkejut akan tebakannya. "Nana, nana. Tentu saja aku tau masalah-mu! Masalah-mu itu cuma dua? Ibu dan Ayah-mu yang mengajak-mu untuk pindah. Atau mereka yang mengajak-mu untuk menghadiri acara keluarga." Ujar Jeamin.
"Kenapa tidak hadir saja sih Na?" Tanya Jeamin.
Yup, Jeamin suka memanggil Jaemin dengan sebutan Nana. Sedangkan Jaemin memangil Jeamin dengan sebutan Nini.
"Untuk apa? Aku bukan bagian dari keluarga mereka." Ketus Jaemin.
"Kau masih takut bertemu dengan mereka? Mau aku wakilkan saja?" Tanya Jeamin, menatap Jaemin yang sudah membalikkan tubuhnya untuk menatap dirinya.
"Mewakilkan diri-ku? Kau ingin menghancurkan acara keluarga itu?" Tanya Jaemin.
Jeamin mengedihkan bahunya acuh. "Tidak tau. Tapi kalau kau mau? Aku akan melakukannya."
"Lalu membuat Ibu dan Ayah semakin membenci-mu? Tidak akan!" Seru Jaemin. Menolak saran Jeamin.
Jeamin terkekeh ketika melihat raut panik Jaemin. Padahal mah Jeamin tidak apa-apa kalau Ibu dan Ayahnya semakin membencinya. Karena pada dasarnya, Jeamin tidak pernah ada ruang untuk kasih sayang Ibu dan Ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAME BUT NOT SAME - NOMIN
FanfictionCERITA INI KHUSUS UNTUK NOMIN SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK MENYUKAI SHIPPER INI? DIHARAPKAN UNTUK TIDAK BACA CERITA INI! TAPI JIKA KALIAN MEMAKSA UNTUK MEMBACA CERITA INI? JANGAN BERKOMENTAR NEGATIVE DI KOLOM KOMENTAR / DI KEHIDUPAN PRIBADI PARA M...