"Mau mampir gak?" Tanya Jeamin kepada Jeno, begitu mereka tiba di depan rumah milik Jeamin.
Karena tidak ada jawaban dari Jeno, Jeamin memutuskan untuk mendekatkan wajahnya ke wajah Jeno, dan mengecup bibir Jeno.
Jeno yang bibirnya tiba-tiba di cium pun terkejut. Ia langsung membuyarkan lamunannya, yang sedang menatap rumah Jeamin, yang ternyata sama dengan rumah Jaemin.
Sebenarnya ada hubungan apa di antara Jeamin dan Jaemin? Apakah mereka kembar?
"Heum, harus di cium dulu ya baru sadar." Ujar Jeamin.
"Eoh--eum--apa?" Tanya Jeno kikuk, begitu mendengar ucapan Jeamin.
Jeamin terkekeh melihat tingkah kikuk Jeno. "Mau mampir gak? Hitung-hitung sebagai ucapan terima kasih." Ujar Jeamin, yang bertanya kembali kepada Jeno.
"Emangnya boleh?" Tanya balik Jeno.
"Lah, kenapa gak boleh?" Seru Jeamin.
Jeno menggelengkan kepalanya. "Ya gapapa. Gue cuma nanya aja. Emangnya boleh?" Tanya Jeno sekali lagi.
"Gapapa-lah! Kan gue yang ngajak lo. Udah ayo turun." Seru Jeamin, yang langsung keluar dari mobil Jeno.
Jeno pun turun dari mobilnya, setelah Jeamin turun. Dia juga mengikuti Jeamin dari belakang, yang sudah lebih dulu jalan.
Sampai di dalam rumah Jeamin, Jeno langsung di suruh duduk di sofa ruang tamu. Sementara Jeamin bergegas ke dapur, untuk mengambilkan Jeno minum.
Jeno yang di tinggal Jeamin pun tidak menghilangkan kesempatan ini. Dia langsung menelusuri ruangan ini. Setelah Jeamin menyuruhnya untuk menganggapnya sebagai rumahnya sendiri.
Jeno mengigit bibir bawahnya kesal, karena tidak menemukan foto di dalam ruangan ini. Apakah keluarga Jeamin tidak pernah berfoto keluarga?
Padahal Jeno sangat penasaran dengan Jeamin dan juga Jaemin.
"Jeno!" Panggilan dari ruang tamu, membuat Jeno menghentikan langkahnya untuk menelusuri rumah ini lebih dalam.
Jeno lebih memilih untuk kembali keruang tamu, di mana Jeamin sudah menunggunya.
"Habis darimana?" Tanya Jeamin yang sedang menyesap es yang ada di tangannya.
"Habis dari toilet." Jawab Jeno, yang langsung duduk di samping Jeamin.
"Gue gak tau lo sukanya apa. Tapi karena cuaca lagi panas, gue bikinin lo es." Ujar Jeamin.
"Gue suka apa aja kok. Makasih ya." Seru Jeno, dan keadaan kembali hening, setelah Jeamin membalas ucapan Jeno.
"Btw, lo tinggal sendiri di sini?" Tanya Jeno, membuka obrolan.
"Engga kok. Gue tinggal sama kembaran gue." Jawab Jeamin yang nampaknya tidak tau maksud dari pertanyaan Jeno.
Sedangkan Jeno langsung tersenyum akan jawaban Jeamin. Berati dugaan bahwa Jeamin dan Jaemin kembar itu benar adanya.
"Kembaran lo? Namanya siapa? Dan kenapa gak tinggal sama orang tua lo?" Tanya Jeno.
"Namanya Jaemin. Kita gak tinggal sama orang tua, karena mereka sibuk. Selain itu, kita berdua pengen hidup mandiri." Seru Jeamin, yang setengah berbohong kepada Jeno.
Sebenarnya bukan itu alasan utama Jeamin dan Jaemin tinggal sendiri. Ayah dan Ibunya yabg menyuruh Jaemin untuk tinggal bersama dengan mereka. Sementara Jeamin di usir dari kehidupan mereka berdua. Tapi karena Jaemin menolak dan bersikukuh untuk tinggal bersama Jeamin, ya jadi mereka berdua tinggal bersama.
Lagipula kedua orang tua mereka sangat sibuk. Tidak ada waktu untuk Jaemin dan juga Jeamin. Hanya Jeamin yang Jaemin punya. Jadi, lebih baik Jaemin tinggal bersama Jeamin.
"Jaemin? Jaemin anak Neo School bukan?" Tanya Jeno lebih jauh, untuk lebih memastikan lagi.
Jeamin yang mendengar hal itu pun kaget. Bagaimana Jeno bisa tau Jaemin?
"Kok lo tau sih? Lo cenanyang ya?" Tanya balik Jeamin, seraya bergidik ngeri.
"Yakali. Kembaran lo satu sekolah sama gue." Ujar Jeno.
"Oalah. Punya temen juga dia." Seru Jaemin.
"Loh, emangnya dia gak punya temen?" Tanya Jeno penasaran, yang langsung di balas gelengan kepala oleh Jeamin.
"Mana punya dia. Dia itu orangnya introvet banget. Gak tau introvet, atau memang jauh dari keramaian dunia. Dia itu gak pernah punya temen. Cuma gue doang yang dia punya. Pernah sekali gue suruh dia nyari temen. Tapi dia malah bilang kalo dia gak butuh temen." Seru Jeamin.
"Bukan gak butuh temen! Dia malah bilang kalo dia gak butuh manusia. Dia bisa hidup dengan sendiri. Emang udah gila Jaemin itu! Gak tau apa ya kalo mati itu perlu orang lain buat mandiin sama nguburin dirinya. Gak mungkin kan dia kuburin dirinya sendiri." Sambung Jeamin, seraya menggelengkan kepalanya begitu mengingat ucapan Jaemin.
"Kenapa bisa gitu?" Tanya Jeno yang semakin penasaran.
Jeamin yang mendengar itu pun hanya bisa menjawab dengan kedihan bahu. "Gue juga gak tau. Lo temennya aja gak tau, apalagi gue yang kembarannya. Jaemin itu tipikal orang yang gak akan pernah cerita tentang masalahnya." Ujar Jeamin.
"Lah tapikan lo kembarannya? Masa iya gak tau apa yang di alami kembaran lo sih. Terus sekarang kemana Jaeminnya?" Sahut Jeno, menatap heran Jeamin.
"Mana gue tau. Kan gue udah bilang, dia itu gak pernah mau cerita. Palingan dia lagi ada di perpustakaan. Atau lagi molor di kamar. Biasanya kalo lagi tidur, paling susah di banguninnya dia." Balas Jeamin, dengan helaan nafas kasar.
"Oalah, ibarat kayak lagi cosplay meninggal ya?" Ujar Jeno yang langsung di balas anggukkan kepala oleh Jeamin.
"Kalo lo, lo sendiri sekolah di mana?" Tanya Jeno.
"Gak sekolah gue." Balas Jeamin.
Jeno terkejut bukan main begitu mendengar jawaban Jeamin. Bisa-bisanya sesantai itu pas bilang kalau dirinya gak sekolah.
"Kenapa emang?" Tanya Jeno.
"Kenapa apanya? Ya emang udah gak sekolah. Lo tau sendiri kalo gue udah gak perawan. Orang tua gue gak ngijinin buat sekolah juga. Katanya buang-buang duit mereka kalo sekolahin anak goblok kayak gue." Balas Jeamin.
"Tapikan seenggaknya lo harus sekolah, biar lo bisa kerja Jeamin." Ujar Jeno, yang coba menasehati Jeamin.
"Yang sekolah aja belom tentu dapet kerjaan Jen. Di Jakarta mah gak perlu ijazah! Yang penting mah cantik sama gatel. Sekarang mah bakat bukan prioritas Jen. Sekarang mah kalo ngelamar kerja, yang di tanyain tuh bukan lulusan plus punya bakat apa. Tapi dapet info dari siapa?Kalo nyebutin dari internet, pasti lamaran lo di bedain." Balas Jeamin.
"Ya kan tetap aja Jeamin. Kalo bukan lulusan sma, lo bakalan lebih susah dapat kerjaan."
"Ya kalo gak dapet kerjaan bener, tinggal cari kerja yang gak bener aja. Ngelonte misalnya. Lagipula ngelonte kayaknya gampang. Tinggal tiduran, ngangkang, plus ngedesah, abis itu di bayar deh. Mana bayaran lonte lebih gede daripada kerja kantoran. Apalagi kalo dapetnya sugar daddy." Jawab Jeamin asal, yang sukses membuat Jeno terdiam.
Jeno gak tau harus ngebalas ucapan Jeamin kayak gimana.
Sementara Jeamin hanya bisa tersenyum menatap Jeno. "Omongan gue terlalu vulgar ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SAME BUT NOT SAME - NOMIN
FanfictionCERITA INI KHUSUS UNTUK NOMIN SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK MENYUKAI SHIPPER INI? DIHARAPKAN UNTUK TIDAK BACA CERITA INI! TAPI JIKA KALIAN MEMAKSA UNTUK MEMBACA CERITA INI? JANGAN BERKOMENTAR NEGATIVE DI KOLOM KOMENTAR / DI KEHIDUPAN PRIBADI PARA M...