Chapter 2

63 36 38
                                    

     Kedua tangan Edgar memegang cangkir coklat panas sesekali mata Edgar mengawasi sekitar sambil mendengarkan lagu yang mengalun di kafe tersebut. Sudah 15 menit ia menunggu namun belum ada tanda-tanda orang yang sedang ia tunggu muncul di sekitar sana. Sesekali Edgar membaca dengan seksama buku yang ia bawa untuk di baca. Sebenarnya pikirannya tidak ada di buku tersebut. Ia hanya menatap kosong buku di tangannya sambil sesekali melirik ke arah pintu kafe yang tak jauh dari tempatnya duduk. Kafe tersebut selalu ramai saat waktu istirahat namun kali ini terasa sepi dan hanya terlihat beberapa pasangan sedang duduk sambil sibuk dengan kegiatan mereka.

     Satu jam sudah berlalu dengan cepat, Edgar merasakan tidak ada tanda-tanda bahwa orang yang ia tunggu tidak akan muncul hari itu. Ia pun akhirnya memutuskan untuk membereskan barang-barangnya yang tergeletak di mejanya. Dengan cepat ia meneguk coklat di cangkirnya yang sudah dingin dan bangkit dari duduknya. Bersamaan dengan hal tersebut, seorang perempuan masuk ke kafe itu dengan ceria menuju ke kasir untuk memesan sebuah minuman. Edgar mengawasi perempuan itu dan tersenyum pelan.

     Ia kembali duduk sambil memperhatikan perempuan itu. Perempuan itu mengeluarkan beberapa lembar uang kertas dan berjalan ke kursi dekat jendela sambil menyilangkan kedua kakinya dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Perempuan itu tidak berubah sama sekali. Terakhir kali Edgar melihatnya adalah sekitar 3 bulan yang lalu. Wajahnya yang tegas, mata bulatnya dan hidungnya yang mancung masih sama seperti dulu. Yang sedikit berbeda adalah perempuan itu sekarang berambut sebahu dengan poninya yang sedikit menutupi matanya. 

     Lima belas menit kemudian perempuan itu bangkit untuk mengambil minumannya dan mengucapkan terima kasih kepada pelayan restoran. Perempuan itu meletakkan minumnya di meja dan menemukan secarik kertas berwarna merah muda yang terlipat rapi di atas meja bersama dengan sebatang bunga kesukaannya, bunga matahari. Ia menoleh ke sekitar kafe tersebut dengan bingung dan dengan pelan duduk sambil memperhatikan surat di tangannya.

     Dengan ragu ia membuka lipatan surat tersebut dan membacanya dengan seksama. Ia terkejut dan segera memperhatikan sekitar kafe tersebut namun ia tidak menemukan sosok yang ia cari. Ia mencoba untuk membaca sekali lagi dengan perlahan. Tangannya yang menggenggam surat tersebut semakin erat hingga menyebabkan surat tersebut kusut. Ia memasukkan surat tersebut dalam kantong celananya dan menutup kedua wajahnya.

     Tak jauh dari kafe tersebut, Edgar yang berada di luar menatap perempuan tersebut dengan tatapan sendu sambil tersenyum tipis. Ia pun berjalan menjauh sambil meletakkan kedua tangannya di kantung celananya.

===     

     Clair menatap luar jendela mobil sepupunya sambil melamun. "Gimana rasanya dijemput sepupu yang terkenal ini? senang gak?" ucap Reza memecah keheningan di mobil. Clair hanya mencibir sambil memukul pelan lengan Reza dan melipat kedua tangannya di depan dada.

     "Kalau abang gak jemput aku, pasti tadi aku sudah diantar pulang sama Farrel. Kenapa tiba-tiba abang jemput sih? mengganggu suasana aja" Reza tertawa nyaring sambil mengacak rambut Clair.

     "Masih belum move on juga dari Farrel? sudah 10 tahun loh lu suka sama dia tapi gak pernah bilang. Mau sampai kapan lu nungguin dia? Farrel itu bukan tipe orang yang peka sama sekitar jadi lu harus bergerak duluan" saran Reza sambil menatap lurus. Clair hanya menghela nafas sambil menatap ponselnya

     "Tadi pagi dia datang ke kelasku cuma buat minjemin jaketnya ke aku. Gimana aku gak baper kalau dia suka bertingkah manis ke aku?" curhat Clair. Reza hanya menatap Clair dan tersenyum pelan.

     "Farrel kan sering ngelakuin hal-hal manis ke perempuan. Harusnya lu gak baper sama perlakuannya dia."

     "Ya habisnya aku kan sudah lama gak pacaran jadinya kalau diperlakuin manis kayak tadi jadi baper". Reza hanya mendengarkan curhatan Clair sambil terus memikirkan bagaimana caranya dia bantuin Clair agar dekat dengan sahabatnya.

[HIATUS] Story About ClairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang