Chapter 10

3 1 0
                                    

     Lagu When I Was Your Man terus melantun lembut di headsetnya. Edgar termenung mengingat kejadian saat ia tidak sengaja bertemu Vania. Ternyata Wil yang diceritakan oleh Vania saat tempo hari ia bertemu adalah laki-laki kasar yang tadi bertabrakan dengannya. Sekilas ia menilai Will menggunakan baju yang cukup rapi, berbadan tegap dengan rambutnya yang dibiarkan berantakan. Di lengannya tergambar tato yang cukup besar dan jika dilihat dengan teliti bulu mata will yang tegas dan mata WIll yang selalu menyipit memberikan kesan dingin dan tegas pada wajahnya.

    Saat tidak sengaja bertemu dengan Vania, Edgar tergerak untuk diam-diam mengikuti Vania dan Will. Will terlihat cukup kasar memperlakukan Vania. Ia dapat melihat Will selalu menarik tangan Vania dengan kencang sampai terlihat bekas merah di pergelangan tangan Vania. Vania terlihat suka memberontak dan terkadang selalu memukul Will namun tidak dihiraukan.

     Sebenarnya ia ingin sekali membantu Vania saat itu namun ia seketika tersadar dengan pertemuan terakhirnya dan ia juga bukan siapa siapa sehingga ia memutuskan untuk tidak berurusan lagi dengan kehidupan Vania. Sambil menghilangkan pikiran buruknya, ia melanjutkan untuk fokus berlatih karena ia akan tampil 1 minggu lagi

===

     "Pergelangan tangan lu kenapa? Lu gak mau cerita kenapa lu akhir-akhir ini sering gak masuk sekolah?" Tanya Clair sambil memegang lembut lengan Vania. Vania hanya tersenyum sedih sambil menarik lengannya

     "Bukan apa-apa kok. Kemarin tangan gue gak sengaja terkilir karena jatuh" jelasnya sambil menutupi lengannya yang merah kebiruan. "Mau sampai kapan lu ngerahasiain hubungan lu sama mantan lu ?" ucap Clair sambil menopang dagunya

     "Sebenarnya gue udah gak berhubungan sama mantan gue lagi, Clair."Jawab Vania pelan. "Hah jadi ini karena pacar lu yang sekarang? si Will?" Ucap Clair kaget.

     "Will gak jahat Clair. Gue kan udah bilang kalau lengan gue jadi kayak gini karena jatuh kemarin" Bantah Vania. Clair hanya menghela nafas pelan sambil berpura-pura sibuk memainkan ponselnya. 

     Ia selama ini mengira kalau Vania adalah teman dekatnya dan sudah mulai terbuka untuk menceritakan rahasianya namun ternyata ia salah. Ia pertama kali berkenalan dengan Vania saat pembagian kelas 2 dan memutuskan untuk duduk sebangku.

     Vania awalnya bersikap dingin dan dijauhi oleh teman kelasnya karena setiap berada didekat Vania, orang-orang dapat mencium bau asap rokok. Namun karena Clair tidak suka membeda-bedakan temannya iapun memutuskan untuk berteman baik dengan Vania.

     "Clair? kok lu bengong sih? Gue kan udah bilang kalau gue baik-baik aja. Lu gak perlu khawatir" Hibur Vania. Clair menatap Vania sambil tersenyum tipis "Van, gue sadar kok kalau lu masih belum bisa terbuka sama gue. Kalau lu udah siap dan udah cukup percaya sama gue, lu boleh cerita masalah lu ke gue. Gue gak maksa kok" Jelas Clair.

===

     "Sorry ya aku nelpon kamu siang-siang gini" Ucap Clair di telepon. Clair menghembuskan nafas sambil membaringkan tubuhnya di bawah pohon besar di belakang sekolahnya. Ia terbiasa menghabiskan waktu istirahatnya kalau ia malas makan siang.

     "Kemarin lu bilang hubungan kita cukup canggung. Kenapa lu sekarang malah nelpon gue? Gue sibuk latihan nih buat minggu depan" Ucap Edgar dingin. Clair hanya tersenyum mendengar ucapan Edgar. 

     Semenjak ia sering chat dengan Edgar, ia sudah kebal dengan sikap dingin Edgar dan memaklumi. Entah kenapa ia ingin menelpon Edgar untuk sekedar curhat tentang temannya. Sebagai informasi, sebenarnya Clair dan Edgar menjadi cukup dekat. Semuanya berawal dari saat Edgar yang mencoba menghibur waktu di acara ulang tahun Jessica dan kejadian saat ia bertemu dengan Edgar di depan rumah Reza. Semenjak kejadian itu hubungan mereka berlanjut semakin dekat layaknya teman.

[HIATUS] Story About ClairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang