Pengumuman hasil audisi telah ditempel di papan pengumuman. Beberapa orang berusaha untuk membaca hasil tersebut. Edgar baru selesai latihan dan berjalan mendekati kerumunan tersebut sambil berusaha untuk membaca hasilnya.
Seketika ia tersenyum tipis karena namanya berada di urutan kedua dari 10 orang yang berhasil lolos. Seketika ia segera mencari nama Reza di ponselnya dan menelponnya. "Bro, lu hari ini ada jadwal? gue mau nraktir lu" ucap Edgar sambil berjalan menuju pintu keluar.
"Gue mau jemput Clair pulang sekolah nanti. Lu mau ikut dulu gak? setelah itu kita cabut pergi makan" ajak Reza. Edgar menimbang-nimbang ajakan Reza. "Oke kalau gitu nanti gue aja yang bawa mobil." Putus Edgar sambil menutup teleponnya.
Ia memasuki kafe tempat dia berlangganan dan duduk di kursi yang jauh dari pintu masuk. Seperti biasa ia menunggu perempuan itu sambil mengeluarkan buku catatannya untuk menulis lirik lagu.
Dua jam telah berlalu namun ia belum menemukan sosok yang ia cari. Karena ia berjanji akan menjemput Reza, akhirnya ia membereskan barang-barangnya dan pergi keluar kafe tersebut.
===
Clair berdiri cukup lama di depan gerbang sekolah sambil sesekali mencari mobil sepupunya namun nihil. Ia bersandar pada pagar sambil melihat jam tangannya. Sudah 2 jam lebih semenjak bel pulang sekolah namun tidak biasanya Reza telat saat menjemputnya. Biasanya Reza akan mengabarinya kalau terlambat namun hari ini Reza tidak berkata apa-apa.
Clair mencari nomor Reza dan menelponnya namun nomornya tidak aktif. Beberapa menit kemudian ponselnya bergetar dan menampilkan sederet nomor yang tidak ia kenal.
"Halo?" ucap Clair. "Clair, ini gue Reza. Sorry gue baru ngabarin lu karena ponsel gue habis baterai. Lu lihat mobil putih yang ada di ujung jalan gak? gue naik mobil itu sekarang" ucap Reza cepat. Clair menoleh dan melihat sebuah mobil putih sedang terparkir di bawah pohon rindang. ia pun menutup telepon itu kemudian berjalan pelan ke arah mobil tersebut. Sebelum ia sampai di mobil itu, tiba-tiba ia melihat sosok Vania sedang duduk sendirian. Clair menatap Vania bingung karena temannya belum pulang. Saat pulang sekolah Vania pamit duluan karena katanya dia sudah di jemput duluan namun ternyata sekarang Clair malah melihat Vania.
"Bang tunggu sebentar ya aku mau ketemu temanku sebentar" ucap Clair sambil meletakkan tasnya terlebih dulu di mobil kemudian berjalan mendekati Vania.
Vania sedang menunduk menunggu telepon dari seseorang dan menghembuskan nafas pelan. "Van. Kok lu belum pulang? mau bareng gue gak?" Tanya Clair sambil berjalan menghampiri Vania. Vania hanya terlonjak kaget dan menatap Clair.
"Duh kaget gue. Gausah gue gak enak sama abang lu kalau nebeng. Lagian rumah kita kan beda arah" ucap Vania.
"Beneran gapapa nih gue tinggalin lu disini? lu kalo nunggu dijemput jangan disini soalnya gak aman. Nunggu aja di dekat gerbang sana" saran Clair. Vania pun bangkit dari duduknya sambil menepuk pelan roknya kemudian menenteng tas ranselnya.
"Bang Reza udah jemput lu?" tanya Vania. Clair menunjuk "itu mobil dia yang putih. Beneran gapapa gak nih gue pulang duluan?"
Vania menatap mobil tersebut dengan dahi berkerut kemudian segera mengangguk cepat. "Serius gue. Udah buruan sana pulang" usir Vania sambil tersenyum. Dengan berat hati Clair pun balik ke mobil tersebut sambil melambaikan tangannya ke Vania yang berjalan kearah gerbang sekolah.
===
Sepanjang jalan Clair hanya menatap jendela karena suasana di mobil terasa canggung menurutnya. Reza dan Edgar yang duduk di depan asyik berbincang mengenai kegiatan mereka di kantor. Clair menghembuskan nafas pelan dan kembali menatap jendela sambil bersenandung pelan.
Edgar mengawasi Clair dari kaca spionnya dan sesekali menimpali cerita Reza. "Teman lu tadi kenapa duduk sendirian di depan sekolah?" tanya Reza tiba-tiba. "Vania bilang katanya dia belum dijemput. Sikapnya tadi cukup aneh. Padahal biasanya dia selalu pulang sendiri. Tapi sepertinya tadi dia sedang menunggu seseorang" jelas Clair. Edgar kembali memfokuskan pandangannya ke jalan dan berbelok ke kanan memasuki perumahan.
"Jangan terlalu di pikirin. Mungkin ada cerita yang belum siap dia ceritakan ke lu makanya tadi dia cukup kaget waktu lu nyamperin dia" hibur Reza. Clair hanya mengangkat bahunya pelan dan melepaskan sabuk pengaman yang dia pakai.
"Makasih ya bang Edgar sudah jemput Clair." Ucap Clair sambil tersenyum. Edgar hanya bergumam pelan dan menghentikan mobilnya di pekarangan rumah Clair. Clair pun turun dari mobilnya sambil melambaikan tangannya ke arah Reza.
"Vania teman adik gue itu bukannya mantan lu yang selingkuh itu ya?" Tanya Reza.
===
Sambil menunggu Edgar bayar, Reza pergi berjalan keluar restoran sambil mengangkat telponnya. Edgar hanya mengawasi Reza sambil menunggu kembalian dari kasir. Sebenarnya dia cukup penasaran dengan teman Clair yang tadi ia temui di depan sekolah. Bukan penasaran tapi lebih ke rindu dengan dia. Meskipun Edgar dan Vania berpacaran selama 2 bulan, Sejak mereka berdua putus, Edgar masih belum bisa move on.
Setelah berjalan ke arah Reza, tiba-tiba ponselnya bergetar. Edgar menatap layar ponselnya dan mengangkat telpon tersebut. "Hal.."
"Gar boleh tolongin gue gak? gue gak tau sekarang gue ada di mana. Gue takut banget karena jalan ini sepi" Ucap seorang perempuan dengan suaranya yang lirih menahan tangis. Edgar yang mendengar suara itu seketika panik
"Sekarang kamu ada dimana? kamu pergi ke tempat yang cukup ramai orang" Instruksi Edgar. Perempuan itu hanya menangis pelan dan terdengar bunyi nafasnya yang terengah-engah.
"Share location biar aku bisa jemput ya. Segera kirimin" Putus Edgar sambil menutup telponnya. Reza yang berada di samping Edgar menatap heran namun tidak berani untuk menganggu temannya tersebut. Setelah mendapatkan lokasinya Edgar segera buru-buru masuk mobilnya dan membuka jendela mobilnya.
"Za sorry banget gue ada urusan mendadak yang gak bisa gue tinggalin. Gue pergi dulu ya" Ucap Edgar cepat. Reza yang ingin menahan Edgar hanya bisa menghela nafas saat Edgar sudah pergi menjauh. Reza sedikit khawatir kalau dia diserang sama fansnya karena sekarang dia ada di pusat kota dan beberapa orang mulai mengenali wajahnya. Ia pun menelpon manajernya untuk menjemputnya.
===
Perempuan itu terduduk di depan toko yang tutup sambil memeluk kedua lututnya. Rambutnya berantakan, bajunya keluar dari roknya. Beberapa orang yang lewat sempat menanyakan keadaannya namun ia hanya tersenyum. Tak lama kemudian muncul mobil putih tepat di depannya.
Edgar segera keluar dari mobilnya dan berdiri di depannya sambil menatapnya. "Hai" ucap perempuan itu sambil tersenyum miris. Edgar hanya menatap perempuan itu dan menarik kasar tangan perempuan itu memaksa masuk ke dalam mobilnya. Perempuan itu hanya pasrah ditarik masuk.
"An, kenapa kamu berantakan seperti ini?" Ucap Edgar memecah keheningan. Vania hanya terdiam sambil memandang ujung kakinya. Ia tidak berani menatap Edgar.
Vania menatap pelan Edgar. Edgar hanya menghela nafas kasar dan mengambil jaketnya di kursi penumpang kemudian memberikannya ke Vania. "Pakai ini dan tenangkan pikiranmu. Penampilanmu cukup berantakan untuk dibilang baik-baik saja" Ucap Edgar.
Sepanjang jalan Vania menangis pelan dan menutupi wajahnya dengan jaket yang diberikan oleh Edgar. Edgar yang merasa canggung dengan keadaan pun menyalakan radio mobilnya. "Kenapa kamu masih baik sama aku?" ucap Vania. Edgar melirik Vania dan kembali memfokuskan pandangannya ke jalan. Ia pun memutuskan untuk menepi dan menatap Vania.
"Setelah beberapa bulan kamu hilang tidak ada kabar, kamu tiba-tiba menelponku dan minta tolong sambil menangis. Apakah harusnya aku tidak menolongmu dan mengacuhkanmu, Anne?" Sambar Edgar kesal.
Vania kembali menangis dengan pelan saat ia mendengar Edgar memanggil nama kecilnya dan menundukkan kepalanya. Edgar hanya menghela nafas dan memeluk tubuh kecil Vania. sejujurnya Edgar sangat merindukan wangi bunga dari parfum Vania.
===
Hai guysss gimana gimana nihh kurang greget gak jalan ceritanya ? Jangan lupa vote dan comment ya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
[HIATUS] Story About Clair
RomanceClair Anindya Valeria, saudara dari penyanyi terkenal, Reza Maxime sudah lama memendam rasa dengan teman masa kecilnya sekaligus kaka kelasnya Edgar Mahendra, seorang trainee dari agensi ternama yang ingin meraih mimpinya menjadi artis ternama yang...