Disarankan untuk membaca chapter ini sambil dengerin lagu di multimedia ya. Happy Reading.
===
Edgar beberapa kali meneguk air di botol minumnya untuk menenangkan detak jantungnya. Sesekali ia mondar mandir di ruang tunggu dan menatap jam dinding yang berjalan pelan. Ia merasakan ponselnya bergetar di sakunya.
"Gimana kabar lu bro? udah siap buat audisi hari ini?" ucap seseorang dari seberang sana.
"Gue gugup banget sampai rasanya mau mati" candanya sambil tertawa sumbang. Ia berjalan keluar dari ruang tunggu untuk mencari sedikit ketenangan dan masuk ke pintu darurat untuk duduk di tangganya.
"Gue hari ini jadi salah satu juri. Jadi anggap aja kita lagi latihan. Cukup lakuin hal yang sering lu latih" hibur Reza. Setelah berbincang sebentar, Edgar menutup ponselnya sambil menghela nafas pelan.
"Lepasin gue" Teriak seorang perempuan. Edgar menoleh ke arah tangga dan melihat seorang perempuan dan seorang laki-laki. "Gue yakin lu pasti tertarik sama gue kan makanya daritadi lu godain gue" ucap laki-laki tersebut. Edgar dapat melihat perempuan itu menampar laki-laki tersebut dan hendak untuk pergi namun ditahan oleh laki-laki itu.
Laki-laki itu dengan cepat mengurung perempuan itu di dinding dan berusaha untuk mencium perempuan itu.
"Tolong" Teriak perempuan itu ketakutan. sambil meronta-ronta perempuan itu memukuli laki-laki tersebut namun sepertinya laki-laki itu jauh lebih kuat dan terus memaksa. Edgar yang tidak tinggal diam segera menuruni tangga tersebut dengan cepat dan mendorong laki-laki tersebut.
Perempuan itu tersentak dan segera bersembunyi di belakang punggung Edgar. Laki-laki itu terlihat ketakutan melihat Edgar kemudian segera pergi keluar pintu darurat. Perempuan itu menunduk dan menangis pelan sambil menutupi wajahnya. Edgar mendudukkan perempuan itu dan mencoba untuk menenangkannya.
Ia melepas jaketnya dan meletakkan di atas kepala perempuan itu untuk menutupi wajah perempuan itu. Dengan sabar Edgar menunggu perempuan itu hingga tenang.
"Terima kasih ya kamu udah bantuin aku" ucap perempuan itu sambil melepas jaket yang diberi Edgar. Saat melepas jaket yang dipinjami Edgar, perempuan itu terkejut begitu juga dengan Edgar
===
"Lu habis dari mana? kok lu berantakan kayak gini?" Ucap Reza sambil memutar sedikit badan Clair. Clair hanya menggeleng pelan sambil tersenyum tipis. Ia tidak bisa membuat abangnya khawatir sekarang karena akan merusak konsentrasi Reza.
Clair duduk di bangku yang sudah disiapkan oleh Reza yaitu tepat di belakang kursi Reza. Hari ini Reza akan menjadi salah satu juri dari audisi besar dan Reza mengajaknya karena ingin mengenalkannya kepada salah satu atasannya.
Sepanjang audisi dimulai, Clair menatap kosong tangannya yang masih sedikit gemetaran. Kejadian di tangga darurat tadi berlangsung cepat dan tidak terduga. Kalau tidak ada Edgar, dia yakin pasti suasana akan semakin tidak terkendali.
"Peserta nomor 105 silahkan masuk" ucap salah satu juri di depan pintu. Sesaat masuklah sosok laki-laki berjaket hitam dengan dalaman baju putih polos. Dengan canggung ia berjalan ke tengah ruangan dan membungkuk sendiri sembari memperkenalkan diri.
Clair memperhatikan laki-laki tersebut sambil tersenyum tipis. Clair merasa bahwa laki-laki di depannya itu tidak seperti laki-laki berwajah seram yang ia temui beberapa jam yang lalu. Dapat dilihat Edgar menggenggam mikrofon dengan keras dan sedikit bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[HIATUS] Story About Clair
RomanceClair Anindya Valeria, saudara dari penyanyi terkenal, Reza Maxime sudah lama memendam rasa dengan teman masa kecilnya sekaligus kaka kelasnya Edgar Mahendra, seorang trainee dari agensi ternama yang ingin meraih mimpinya menjadi artis ternama yang...