'PROLOG'

42 7 2
                                    

Bagian palpebra meskipun tertutupi oleh lapisan epikantus itu terbuka paksa. Debaran jantung berdetak lebih kencang, seolah habis menari menggila di sebuah acara konser ternama.

Sedetik kemudian, ia meringis merasakan beberapa bagian tubuhnya remuk redam. Gadis tersebut melirik sebal ke arah meja belajar atas penyebab yang tengah ia rasakan.

"Kenapa gue ketiduran di sini, sih?" keluhnya sembari merenggangkan otot yang terasa kaku.

Namun, pokok permasalahan bukanlah itu, tetapi sebuah mimpi.

Mimpi yang kerap berkunjung pada alam bawah sadarnya. Bisa gadis itu prediksi, sudah sekitar 3× datang.

"Tiga kali, lo pikir, lo obat?" gerutunya pada mimpi yang ia alami.

Entah hanya bunga tidur semata atau sebuah petunjuk, tapi ia pastikan, respon tubuhnya merasakan kerinduan menyesakkan.

Tak ayal ia merasa terganggu oleh mimpi yang tak kunjung usai. Gara - gara mimpi sialan ini, ia harus merindukan sosok hebat dengan keberadaan terlampau jauh untuk di gapai.

Sulit sekali, ketika kita mulai akrab, tapi sosok itu sudah pergi jauh di atas angan.

Gadis berponi itu menutup mulut, meredam jeritan pilu yang mulai menguar
di setiap penjuru kamar – supaya tidak ada yang mendengar, dan hanya dia yang boleh mendengarnya.

Ya, hanya dia, dan juga dunianya.

•••

Hai, selamat datang di cerita pertamaku.

Jangan lupa follow dan vote.

Ikuti cerita ini sampai akhir, ya.

•••

Palpebra : bahasa lain dari kelopak mata.

Lapisan epikantus : bagian mata yang membuat mata seseorang jadi sipit.

Penjelasan dari media google.

Unknown ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang