02 - SAMUDERA ALMERO.

24 6 1
                                    

Kalau ada permasalahan kata,
Mohon koreksinya.

Siap mengarungi kisah
"Unknown Reason?"

Jangan lupa follow dan votenya.

Jangan lupa follow dan votenya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

02 - SAMUDERA ALMERO

Semenjak di bangku menengah pertama, sifat Samudera mulai terbentuk mengikuti jejak sang ayah. Keras kepala dan semena - mena entah bermula dari masalah apa, ia tidak begitu tahu.

Seperti pagi ini, rasa seenaknya ingin menguar begitu saja ketika perjalanan menuju sekolah terjebak macet.

Ingin sekali Samudera berteriak keras pada pengguna kendaraan yang menutupi jalan untuk segera minggir. Namun, sepertinya diam dengan menggerutu menjadi aktivitas di pagi ini.

"Kenapa nggak jalan - jalan sih Pak? Sam nggak mau ya di hukum untuk kesekian kali," Samudera seolah berujar kepada sopirnya, namun ia berniat menyindir Rafa
- Papinya.

Rafa yang tengah sibuk dengan layar ipad hanya diam. Walaupun ia tahu ucapan Samudera tertuju kepadanya.

"Kalau kayak gini terus, Sam bisa di keluarkan dari sekolah lo, Pi," pancing Samudera.

Rafa mematikan layar ipad , lalu melirik Samudera sekilas. Ia sudah mengerti kearah mana yang menjadi pembicaraan oleh Samudera.

"Papi akan pastikan kalau kamu nggak bakalan di keluarkan," Rafa menepuk bahu Samudera.

"Tapi tetap aja, Sam sudah beberapa kali telat, kan Papi tahu kalau peraturan di LIS begitu membagongkan," decak Samudera.

LIS : Loversland International School.

Rafa membuka pintu mobil di sebelah Samudera, mempersilahkan untuk keluar.

Samudera menatap Rafa bingung, "Papi ngusir Sam?"

"Iya, kamu harus berangkat menaiki ojek di sebelah sana," tunjuk menggunakan dagu pada seorang laki - laki berjaket hijau.

Samudera menoleh pada abang - abang ojek di depan sana. Padahal ia berharap telat dan bisa di keluarkan dari sekolah mengerikan itu.

"Ayo turun, katanya nggak mau di hukum," Rafa tersenyum mengejek pada putranya.

Samudera melirik kesal. Ia turun dengan berwajah masam, belum lagi ia harus berdesak-desakan dengan banyak orang. Asap kendaraan menyeruak di indra penciuman, Samudera berjalan hati - hati karena banyak sekali kendaraan yang saling berdempetan.

"Kalau bukan bokap gue, udah habis tuh orang," umpat Samudera terus menerus.

Tangannya terulur guna membayar tarif pada laki - laki berjaket hijau, dengan tulisan tak asing - bernama hojek.

Laki - laki berkisar umur dua puluh keatas menolak uang yang diberikan, "nggak usah mas, tadi saya sudah dibayar lebih dari ini," tolaknya halus - melirik uang dua puluh ribu tanpa minat.

"Sama Papi saya?" tebak Samudera.

Tukang ojek itu mengangguk, tapi Samudera kekeh untuk membayar, "buat tambahan mas, silahkan di terima,"

"Oh yaampun nggak usah mas, kebetulan saya agak bosan dengan uang dua puluh ribu. Saya juga bersyukur banget, punya uang berwarna merah lima lembar pagi ini,"

Samudera mengernyit, nih orang curhat apa ngeledek dirinya? Samudera menarik uluran uangnya dan memasukkan ke dalam saku kembali. Sebelum masuk, ia melemparkan tatapan mematikan, membuat tukang ojek itu langsung menarik pedal gasnya.

"Ngacir kan lo, dasar kere. Cuma punya uang lima ratus ribu aja gayanya setinggi langit," sarkas Samudera dengan menyugar rambut tebalnya.

Samudera membenarkan letak headband putih yang tersemat, lalu melanjutkan langkahnya. Ia melirik sekeliling risih, apalagi suara bak jeritan malam muncul dari mulut rombeng para siswi yang menatap dirinya terang - terangan.

"Aaaaa, ganteng banget!"

"Anjing!" pekik Samudera ketika suara cempreng mengejutkan diri dari belakang - telinganya langsung berdenging hebat. ia menoleh cepat pada gadis bergaya mencolok.

"Woy, gila ya lo teriak di telinga gue?!" Samudera membentak dengan mengusap telinganya yang terasa sakit. Amarah yang sedari tadi ia tahan, langsung ia keluarkan pada gadis aneh ini.

Gadis itu malah diam seraya memilin ujung rambut panjangnya. Di tatap tajam seperti itu, gadis tersebut semakin menunduk malu - malu.

Samudera bergidik ngeri, apalagi melihat warna lipstick merah menyala, dia ini mau ke sekolah apa mau ngelenong? pikirnya.

Selain peraturan sekolah yang aneh, ternyata muridnya tidak kalah aneh. Dia lebih baik di hukum membersihkan area kamar mandi yang paling jorok di Loversland - terletak di area gudang belakang. Baru kali ini ia menyesal tidak terlambat.

Ia berusaha lari sekuat tenaga menghindari keramaian. Astaga, apakah ini kualat dari Rafa, karena telah mengumpat dia beberapa menit lalu? Kalau memang iya, Samudera akan memohon ampun pada laki - laki itu.

Iya, kalau perlu ia akan bersujud pada Papinya.

Tapi kalau dirinya ingat. Menyadari kalau daya ingatnya sangat minim, membuat ia meringis malu.

Ah... Lebih baik ia menyegarkan otaknya yang begitu mengepul seperti mengeluarkan asap sedari tadi.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Unknown ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang