11

35 5 0
                                    

Waktu menunjukan pukul tujuh pagi. Alarm bulan berdering tak henti. Tidur yang pulas pun terganggu suara alarm, yang membangunkannya dengan paksa. Bulan mencoba menutupi telinganya dengan selimut yang dipeluknya.

"Arrrggh ... " Bulan menipiskan selimutnya.

Bulan mencoba untuk duduk, agar rasa ngantuknya hilang. Namun tetap saja mata Bulan tertutup, kini Bulan mencoba untuk bangun dari tempat tidurnya. Lalu berjalan ke toilet, untuk siap siap berangkat sekolah.

Sesaatnya sampai di lantai bawah, sopir pribadi Bulan pun menghampirinya. Untuk mengantar Bulan ke sekolah. Tetapi Bulan menolaknya. Dengan alasan Bulan ingin hidup mandiri, meskipun orangtuanya selalu memanjakannya. Karena Bulan adalah anak satu satunya. Setelah kepergian sang kakak.

Bulan mengendarai motor vespa matic nya. Waktu menunjukan pukul 07:40 wib. Sedangkan gerbang sekolah sudah ditutup, pak satpam pun menghampiri Bulan.

"Ya Allah kamu lagi Bulan" Pak Doni menepuk jidatnya.

Sedangkan Bulan hanya terkekeh pelan.

"Ayo dong pak buka gerbangnya, bapak kan satpam terbaik di sekolah ini" bujuk Bulan.

"Loh kamu ini udah sering terlambat, kali ini saya nggak akan buka gerbangnya"

"Loh pak orang yang membantu sesama itu bisa dapat pahala loh pak"

"Pahala sih pahala, tapi nggak gitu juga"

"Bapak nggak kasian sama saya, ngebiarin saya di luar sampe pulang sekolah? Ya kalau saya sih syukur kalau nggak di buka juga gerbangnya. Tinggal saya pulang lagi, tapi kalau saya di panggil kepsek bapak tanggung jawab" jelas Bulan.

"Tanggung jawab apa?"

"Iya kan pak sekarang lagi ujian tengah semester loh bapak ini bagaimana? Nggak kasian pak sama saya bolak balik dipanggil guru bk."

"Hmm ... iya sih" Pak Doni mencoba berfikir kembali.

"Tapi ini yang terakhir kali ya, besok awas ajah kalau sampai telat lagi" sambung Pak Doni.

"Siap bapak, makasih pak doni ganteng" jawab Bulan.

Gerbang sekolah pun dibuka. Bulan memasukan motornya lalu memarkirkannya.

"Pak doni Pak Doni baik banget sampai mau bukain gerbangnya lagi" ucap Bulan perlahan.

Bulan berjalan tanpa suara, kaki nya pun diangkat perlahan agar tidak terdengar guru pengawas.

"Buset dah gue lupa kalau hari ini upacara," gerutu Bulan.

"Hari senin jangan lupa Bulan,"  jawab Bu Gia, yang merupakan pengawas upacara.

Bulan yang membelakangi Ibu Gia, mencari asal suara itu. Perlahan Bulan pun membalikan badannya, dan tidak disangka Ibu Gia sudah tepat di depan wajah Bulan. Jantung Bulan pun berdegup kencang, kali ini Bulan tidak ingin melarikan diri lagi. Karena sudah menjadi suatu perjanjian, jika Bulan telat lagi. Maka Bulan akan di hukum Ibu Gia.

"Hee ... iya Ibu"

"Kamu saya hukum, ikut saya ke ruang Bk"

Bulan mengikuti Ibu Gia dari belakang. Selalu saja ke gap sama Ibu Gia, gerutu Bulan. Sesampainya di ruang bk.

"Karena kamu telat lagi, dan ini sudah kali terakhir saya memberikan kesempatan. Dengan itu, saya memberikan hukuman ... membersihkan semua toilet di sekolah," Ucap Ibu Gia dengan tegas.

"Hah?" Bulan terkaget dan menolaknya.

"Dimulai minggu depan. Hari senin. Karena satu minggu ini kamu sedang ujian"

"Tapi .... Ibu"

"Tidak ada tapi tapi an, jika kamu nolak dan tidak melaksanakan hukuman ini. Maka saya akan menambah hukuman nya."



Saat para guru dan siswa sedang upacara, Bulan menjalankan hukumannya yaitu membersihkan toilet sekolah. Satu persatu Bulan membersihkannya. Walaupun dirinya tidak pernah disuruh oleh orangtuanya untuk membersihkan toilet. Tapi Bulan selalu melakukannya di rumahnya. Meskipun terkadang dibantu oleh asisten rumah tangganya.

Antara Bulan Dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang