Sepulangnya Eza mengantarkan Zia di kediaman keluarga Brataja pukul 14.20, Eza langsung mengendarai mobilnya menuju ke perusahaan besar Alister, mengganti baju dengan pakaian formal dan menemui ayahnya yang sudah menunggu di ruangan miliknya.Eza tanpa mengetuk terlebih dahulu langsung menghampiri ayahnya yang sekarang menatap ke arah pintu dimana dirinya berdiri dengan dingin dan angkuh disana.
"Altezza Abercio..." Ayah Eza langsung menghampiri Eza yang masih diam, membawa anaknya ke sofa yang ada di ruangan.
"Daddy hanya mau berbicara serius dengan mu Nak,"
"Kenapa Dad?"
"Beberapa hari lagi daddy akan pergi untuk meneruskan perusahaan lain di prancis," ucapnya lalu diangguki oleh Eza.
"Jadi mulai besok Daddy menyerahkan semua perusahaan yang ada di Indonesia kepada tanganmu,"
"Dad, are you Seriously? Even I'm still in school, Eza bahkan tidak masalah jika Dad memberikan pekerjaan perusahaan kepada Eza tapi tidak jika semua perusahan milik daddy diserah tanggung jawabkan kepada Eza seluruhnya sekarang dad, I can't accept it!"
"I'm very serious about this son, bukannya nanti juga kamu akan meneruskan perusahan Alister? ingat kakek mu mewariskan semua ini padamu bukan pada Daddy atau bahkan pada adik mu,"
"Yaa Eza tau, tapi untuk saat ini Dad Eza sangat sibuk, bahkan sekolah Eza sebentar lagi akan mengadakan ujian kelulusan, I can not.."
"Maka sebab itu kamu harus bisa mengatur waktu." ayah Eza menepuk bahu anaknya dan pergi meninggalkan Eza yang emosi diruangannya.
"A fucking shit!!!" Eza marah mengepalkan tangannya dan menggebrak meja oleh tangannya.
Sebenarnya dulu Eza sangat membenci pekerjaan ini, tapi ia memang harus tetap meneruskan perusahaan keluarga Alister karena sesuai dengan yang diamanatkan oleh sang kakek bahwa Eza akan menjadi penerus keluarganya, sejujurnya ia dulu sangat menginginkan dirinya melanjutkan study menjadi Dokter bedah untuk nantinya, tapi setelah Eza menginjak kelas dua SMA entah mengapa hal itu lenyap dari diri Eza, Eza lebih menyukai bekerja di perusahaan besar yang sebentar lagi menjadi miliknya, Jiwa Eza merasa cocok dengan pekerjaan ini bahkan ia sudah dikatakan sebagai Pembisnis yang ambis.
Tok..
Tok..
Tokk...
Suara ketukan pintu menyadarkan Eza dari kemarahannya.
"Masuk,"
Suara pintu terbuka menampakan sosok pria yang merangkap menjadi Asisten dan sekertaris yang selalu membantu Eza dalam urusan perusahaan atau yang lainnya.
Brian Amarna Triatno
"Maaf tuan Altezza" Brian membungkukkan badannya ke arah Eza.
"Brian, lu gak akan terus panggil gue Tuan kan?!" Ucap Eza menatap Brian yang sebenarnya ia sudah lama berteman meskipun umur mereka terpaut sangat jauh.
"Ini di kantor Tuan Eza." Ucap Brian menunduk.
"Kalau begitu ada apa!?"
"Untuk susu yang anda pesan telah sampai tuan, saya izin bertanya dimana saya harus menyimpan semua susu itu tuan?" tanya Brian sedikit menahan kekehannya melihat Tuannya memesan begitu banyak susu Vanila.
"Arahkan dan simpan semua susu yang sudah di pesan ke dalam apartemen saya, dan kamu Brian kalau kamu ketahuan menertawakan saya, awas saja kamu!"
"Baik tuan, saya undur diri." Brian menahan kembali kekehannya lalu Di angguki Eza hingga Brian langsung keluar dari ruangan yang sekarang milik Eza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Altezza Achazia (BxB) || M-PREG (END) [Eza & Zia]‼️ [PENERBITAN PDF]
Romance‼️ Achazia atau lebih di kenal dengan Zia cowok 16 tahun XI IPS 4 mulai bersekolah dengan mencoba menjadi diri yang baru lagi di sekolah baru. Tapi sulit.... "Gue suka sama lu" "Gue tau lu juga suka kok sama gue" "Lu kenapa sihh gak jawab gue mulu"...