[4]

1.8K 323 20
                                    

Happy reading.

Siang berganti malam.

Matahari tergantikan oleh bulan.

Di sebuah kamar inap VVIP itu kini terisi oleh keheningan.

Seorang paruh baya berkacak pinggang melihat pemuda yang terlihat santai menikmati makan malam nya tanpa memperdulikan yang lain.

"Akarsana!" Panggil paruh baya tersebut

"Hn"

Akarsana pria itu masih asik dengan makanan tanpa memperdulikan kehadiran orang tua 'Akarsana' yang sepertinya sudah lelah memanggilnya.

"Ck. Kau ini jadi tuli setelah tertembak, huh?"

Tidak ada sahutan.

Akarsana malah menjilati jari jari lengan nya yang berlumuran saus itu.

Plak

"Iuhh menjijikan sekali kau ini!!" Decak lelaki paruh baya tadi.

"Tidak usah memukul lengan ku" Akarsana melindungi lengan yang tadi dipukul oleh Adam.

"Tidak biasa nya kau makan pakai.... tangan?" Tanya Adam penasaran. Adam tau kebiasaan apa saja yang anak-anak nya lakukan, jadi dia agak heran melihat putra ke-2 nya makan seperti itu.

"Apa salah nya? Padahal ini biasa saja tuh"

"Kau menjilat nya seperti orang kelaparan Sen" ucap Adam menghina

"Ck. Aku memang sedang lapar pak tua"

"Kurang ajar! Tua begini aku masih orang tua mu, sialan" sentak Adam kesal dengan tingkah sang anak

"Bodo wlek" ejek Akarsana sambil memeletkan lidahnya

"Apa ada kerusakan dengan otak tuan muda mu, Keenan?" Tanya Adam pada Keenan yang senantiasa berdiri

"Tidak ada tuan. Semua nya normal" balas Keenan dengan sopan

"Tidak biasa nya Sena-ku bertingkah seperti itu" heran Adam saat Akarsana tidak mengumpat saat ia memanggil dengan nama kesayangan nya

"Apa?" Tanya Akarsana saat melihat Adam memperhatikannya.

"Ck. Lebih baik kau istirahat, besok siang kau harus keluar dari tempat sialan ini."

Adam memang keras dalam mendidik anak-anak nya, agar mereka bisa menjaga dirinya sendiri. Dalam hati terdalam sebenarnya Adam sendiri begitu khawatir saat Keenan memberi informasi bahwa Akarsana tertembak, tapi apalah daya ia terlalu gengsi mengungkapkan rasa sayang nya.

"Akhirnya dia pulang juga" desah lega Akarsana saat tidak satu ruangan dengan Adam lagi

"Pria tua itu kasar sekali sama seperti anak nya" gumam Akarsana kesal

Keenan hanya menatap heran tuan muda nya. Bukankah itu artinya dia sedang membicarakan diri sendiri.

"Ambilkan aku buah itu" ucap Akarsana sambil menunjuk buah anggur

"Apa aku harus bertingkah seperti pria kasar itu?" Ucap nya dalam hati

"Ugh tapi aku tidak tau dia selalu bersikap bagaimana?"

Kening Akarsana tampak mengerut karna terlalu memikirkan banyak hal.

"Tuan seharusnya anda beristirahat, jangan terlalu memikirkan hal yang tidak penting." Ucap Keenan agak terganggu dengan ekspresi berpikir tuan muda nya.

Kalian mau tahu wajah Akarsana saat berfikir keras?

Menghayal lah agar kalian bisa melihat gambaran nya ahaha.

"Ya ya kau cerewet sekali! " ucap Akarsana kesal karna sedari tadi orang-orang menyuruh nya beristirahat padahal ia baru bangun dari tidur panjang nya.

Keenan memutar bola matanya kesal, kenapa sekarang tuan muda nya banyak bicara. Biasa nya hanya mengeluarkan deheman atau mengangguk saja seperti robot Huh.

"Saya akan berjaga diluar, jika tuan butuh bantuan tolong tekan tombol yang ada disamping ranjang anda"

Setelah mengatakan itu Keenan segera keluar dan berjaga didepan pintu ruang VVIP yang ditempati Akarsana.

Sedangkan didalam ruangan tersebut Akarsana masih memikirkan banyak hal. Mengapa ia harus masuk ke tubuh pria ini? kenapa tidak tubuh yang lain?

Kenapa tuhan seakan mempermainkan hidup nya. Jika tuhan ingin dia hidup kenapa malah memasukan jiwa nya ke raga orang lain?!

Apakah tubuh nya baik-baik saja sekarang? mati atau ia koma? Arrgg! Kepala nya malah bertambah pusing memikirkan kemungkinan yang terjadi.

Waktu berjalan begitu cepat sekarang Akarsana sedang berada diperjalanan untuk pulang.

Mobil mewah itu sudah terparkir rapi dihalaman mansion megah milik keluarga Eilan.

Akarsana, pria itu turun dari mobil dan memandang mansion didepan nya dengan kagum. Apa ini istana? Ucapnya dalam hati.

Reaksi berlebihan nya tentu saja terlihat oleh Keenan yang sedari tadi memperhatikan tingkah Akarsana yang berbeda.

"Mari masuk tuan."

Keenan mengajak tuan muda nya untuk masuk. Ia sudah tak heran melihat berbagai ekspresi diwajah yang biasa nya seperti triplek itu.

Pintu di buka oleh Keenan yang langsung menyuguhkan pemandangan pria tengah duduk di sofa ruang tamu dengan bertelanjang dada.

Lagi-lagi ekspresi kagum terlihat diwajah Akarsana. Dia mengagumi bentuk tubuh pemuda yang lebih tua dari nya itu, yah walaupun tubuh nya sendiri sama bagus nya.

"Apa yang kau lihat? "

"Tubuh- Ha? tidak ada" ucap Akarsana cepat

Sial. Kenapa ia malah mengagumi tubuh berotot pria disaat seperti ini?!

Pria yang bertanya itu malah menahan tawa ketika melihat sang adik terlihat salah tingkah.

"Keenan antar aku ke kamar." ucap Akarsana melewati pria tadi

Akarsana berjalan mendahului Keenan yang mulai mengikut dibelakang.

"Kamar anda di lantai 3 tuan." Ucap Keenan memberitahu

"Aku tahu" balas Akarsana

Keenan hanya menggeleng maklum. Pasalnya tadi tuan muda nya hampir berbelok ke arah yang salah dan sekarang malah menjawab begitu.

Mereka ber2 memasuki lift untuk ke lantai tiga.

Ting

Keenan keluar terlebih dulu dari lift dan mengarahkan pada Akarsana letak kamar nya.

"Sebelah sini tuan."

Sekarang Akarsana sudah berada didalam kamar luas bernuasa gelap dengan beberapa lukisan aneh tergantung di setiap sudut nya.

Akarsana berguling-guling diatas ranjang king size. Kamar baru yang dulu ditempati oleh Akarsana asli kini menjadi kamar nya. Ia ingin merawat kulit wajahnya yang sekarang, tapi di kamar ini bahkan tidak ada scincare satu pun.

Bibir tebal ini bahkan sedikit berwarna kehitaman, mungkin karna Akarsana seorang perokok. Haruskah ia menyuruh Keenan membeli semua keperluannya?

_TBC_

Entah kenapa tangan saya gatel banget pengen update.
Terima kasih yang sudah membaca ♡
100 vote 50 komen

AKARSANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang