[7]

1.3K 217 13
                                    

● HAPPY READING ●

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

● HAPPY READING ●

Dulu Akarsana selalu bersikap kejam tanpa memandang gender dan jadi pribadi yang sangat dingin.

Mereka yang berani mengusiknya tidak akan pernah ia lepaskan bahkan orang tua nya sendiri.

Waktu itu, pada saat Akarsana masih duduk di bangku sekolah tepat nya kelas 7 SMP,  seorang murid pindahan menempati kursi nya dan Akarsana menghajar nya sampai murid tersebut tidak pernah terlihat disekolah lagi.

Dan lihat apa yang Akarsana lakukan sekarang.

Seorang pelayan tidak sengaja menyenggol tubuh jangkung Akarsana.

"T-tuan maafkan saya" pelayan tersebut jatuh dibawah kaki Akarsana dengan tubuh gemetar.

Namun Akarsana malah melengos tanpa melihat pelayan yang tengah bersujud di kaki nya. Sekarang ia tengah sibuk mencari keberadaan Keenan.

Para pelayan yang menyaksikan adegan dramatis tadi menghela nafas lega, setidak nya hari ini tidak ada korban kekejaman tuan nya.

Bara yang kebetulan berdiri dibelakang Akarsana mengernyit heran, sungguh tidak ada adegan berdarah? Pikir nya.

Barata atau Bara adalah kakak dari Akarsana. Usia nya hanya selisih 2 tahun lebih tua dari Akarsana.

"Hoi!" Bara berteriak memanggil Akarsana yang berjalan ke arah pintu keluar.

Bukan nya berhenti Akarsana masih terus berjalan tanpa menyahut teriakan orang dibelakang nya, lagi pula siapa yang pria itu panggil?

Bara tidak marah saat Akarsana mengabaikan nya dan berjalan cepat menyusul ke tempat Akarsana yang tengah berbicara dengan Keenan.

Percakapan mereka terhenti ketika Bara merangkul tubuh jangkung Akarsana.

"Kenapa ngga berenti pas gue panggil?" Tanya Bara

Dengan jengkel Akarsana balik bertanya pada pria yang seenaknya merangkul tubuh nya "Kamu manggil saya?"

"Ck, emang gue manggil siapa kalo bukan lo?"

"Sikap lo aneh semenjak pulang dari rumah sakit" lanjut nya

"Siapa yang a-aneh? Saya biasa saja" ucap Akarsana dengan setenang mungkin.

Bara hanya mengedikan bahu dan membawa Akarsana ke belakang rumah.

"Gue mau tanya sesuatu sama lo" ucap Bara

Akarsana diam ingin mendengar apa yang ingin ditanyakan oleh kakak Akarsana.

"Sebelum lo ke tembak kan papa kasih lo misi-"

"Terus?"

"Jangan potong omongan gue! Huft jadi gini gue penasaran kali ini misi yang kayak gimana? Udah itu aja hehe" ucap Bara dengan cengengesan tidak jelas

"Hanya itu?"

Bara mengangguk.

"Tidak tahu, saya lupa." Jawab Akarsana singkat

Setelah memberikan jawaban yang tidak memuaskan Akarsana pergi dari sana dan berjalan masuk kembali ke dalam mansion.

●○●


Setelah mengobrol singkat dengan Keenan dan sedikit gangguan dari Bara kini Akarsana sudah berada di kamar luas nya.

Pria yang tengah melihat pemandangan dari jendela kamar itu terlihat bosan, sangat bosan sampai rasanya seperti ingin mati.

Tidak melakukan apapun setelah pulang dari Rumah Sakit sungguh menyebalkan, tapi apa yang harus ia kerjakan untuk mengurangi rasa bosan nya?

Misi itu, apa perlu ia menggantikan Akarsana untuk menyelidiki sisa nya?

Tiba-tiba saja ia merasa bersemangat lagi ketika memikirkan hal tadi. Seperti nya ia memang harus segera menyelesaikan misi tersebut.

Langkah awal adalah keluar kamar dan berjalan menuju ruang kerja nya.

Beberapa bodyguard yang lewat menunduk hormat pada Akarsana dengan wajah flat nya.

Setelah sampai di ruang kerja itu Akarsana membuka pintu nya dan segera menutup hidung sebab bau menyengat yang sangat membuat orang mual. Kalian tau aroma jeruk di mobil dengan keadaan mesin menyala? Yah kira-kira seperti itu bau nya. Huwekk

Sial, siapa yang menyemprotkan aroma kematian ini?!

Setelah memanggil pelayan dan menyuruh mereka mengganti wewangian di ruang kerja nya, kini suasana didalam ruangan tersebut terasa normal.

Bajingan mana yang bisa bertahan berjam-jam dengan aroma jeruk busuk itu, huh? Ah seperti nya hanya Akarsana yang bisa.

"Ck. Seperti nya penciuman mu mati rasa ya?" Tanya Akarsana entah pada siapa.

"Bau sepekat itu saja dia masih bisa menahannya, jika saja ada perlombaan tahan lama menghirup bau sampah pria itu pasti pemenangnya." Ucap nya ngawur

Setelah menggeledah seluruh laci akhirnya ia menemukan selembar kertas biodata seseorang dengan sebuah foto balita di dalam nya.

Akarsana mengernyit kan dahi nya dengan tatapan dalam, menelisik wajah balita yang ada di atas kertas biodata tersebut.

"Hm? Sepertinya aku pernah melihat foto ini, tapi dimana ya?"

"Tapi seseorang pernah mengatakan jika wajah balita itu bisa mirip tanpa adanya hubungan."

_TBC_

Note : ada yang ga suka wangi stella?






AKARSANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang