[6]

1.4K 276 12
                                    

Jangan lupa vote (๏_๏)● HAPPY READING ●

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote (๏_๏)
● HAPPY READING ●

Bugh

Satu pukulan kembali mengenai wajah remaja yang kini terduduk di bawah kaki nya.

Matanya memerah, entah karena menahan air mata atau karena kecewa. Perasaan marah, benci, dan kecewa ketika pandangan nya mengarah pada anak yang sayangnya adalah darah daging nya sendiri.

"Kau membuat ku malu, sialan!"

"Anak tidak berguna!"

"Maaf"

Plak

"Apa maaf mu itu bisa menghilangkan berita buruk yang tersebar hah?!"

Bugh

Bugh

Pukulan dan tendangan terus mengenai tubuh remaja yang kini sudah meringkuk kesakitan diatas tanah.

•••••

Ryanzee yang berada di tubuh Akarsana terbagun karna rasa sakit yang disebabkan oleh mimpi tentang kehidupan nya dulu.

Dingin nya AC malah membuat tubuh Akarsana berkeringat. Mimpi buruk yang ingin ia lupakan kenapa terbawa di kehidupan kedua nya?

Sekarang bahkan masih pukul 1 dini hari.

Rasa haus menghampiri tenggorokan kering nya, saat melihat nakas disamping ranjang ternyata tidak ada gelas yang dulu selalu ia siapkan berjaga-jaga ketika haus tengah malam seperti ini.

Akarsana turun dari ranjang untuk mengambil air di dapur dengan piyama tidur nya. Lorong menuju lift begitu gelap karna semua orang mungkin sudah tertidur dan menyisakan beberapa bodyguard saja yang berjaga.

Kenapa disaat seperti ini jarak dapur lebih jauh?

"Gelap sekali" gumam Akarsana memperhatikan ruang tamu dari lantai 3.

"Ada setan nya tidak ya?"

Sedang asik memperhatikan area gelap yang lain Akarsana melihat objek hitam bergerak menuju pintu kamar ber cat putih yang bersebelahan dengan ruang kerja nya.

"Maling?"

Terlalu fokus memperhatikan, Akarsana tidak sadar bahwa kini ia hampir sampai di dapur dan semakin dekat dengan objek hitam tersebut.

Ada dua orang yang tengah berusaha membuka pintu ber cat putih itu.

"Kalian maling?" Dengan bodoh nya Akarsana malah memberikan pertanyaan konyol seperti itu.

Kedua orang itu berbalik memperhatikan Akarsana dan saling memberikan padangan seolah memberi kode.

"Aduh! Anj-" perkataan nya terpotong saat merasakan dingin di area leher.

"Diam atau pisau ini menggores leher anda"

"Wah gabisaa!! Leher ini nanti jelek karna bekas luka." Teriaknya dalam hati. Mana berani ia berucap seperti itu disaat ada benda tajam yang siap melukai leher nya.

Akarsana memilih mengangguk saja biar cepat.

Dua orang itu menuntun Akarsana ke arah pintu ber cat putih tadi. Ah ternyata pintu itu menggunakan sensor wajah.

"Berdirilah dengan benar!" Ucap salah satu dari mereka

"Ck. Singkirkan dulu pisau nya" dengan kesal Akarsana sedikit mendorong lengan yang berada didepan leher nya.

Ting

Pintu akhirnya terbuka setelah mendeteksi wajah Akarsana.

"Kalian saja yang masuk, saya mau minum, haus." Dengan santai Akarsana berbalik kembali berjalan ke arah dapur.

Dua orang tadi saling pandang seolah heran dengan sikap Akarsana yang terlalu santai dan tidak menyerang mereka.

Setelah memastikan Akarsana benar-benar pergi ke dapur akhirnya mereka berdua segera menjalankan tugas yang sempat terhenti karna kedatangan Akarsana.

Mereka mulai membuka satu persatu  laci yang menyimpan banyak nya dokumen penting perusahaan milik keluarga Eilan.

Salah satu dari mereka mengambil map merah yang berada dibawah tumpukan dokumen.

"Aku menemukan nya" pria itu mengacungkan berkas yang berada di tangan nya.

"Ayo pergi"

Bugh

Bugh

•••••

Matahari pagi mulai terlihat.

Disebuah kamar seorang pria terlihat masih betah berada di alam mimpi sampai tidak menyadari bahwa sekarang sudah pagi menjelang siang.

Mata itu akhirnya terbuka karna terpaan sinar matahari. Pria tersebut melemaskan otot tubuh nya yang terasa kaku dan pegal.

"Ugh pegal sekali" ucap nya dengan suara serak

Pria itu adalah Akarsana. Ia menggerakan beberapa bagian tubuhnya yang terasa sangat pegal padahal ia tidak melakukan hal berat selama di mansion ini.

Krek

"Sampe bunyi gitu"

Akarsana seperti melupakan sesuatu, tapi apa?

Eh? Siapa yang membawa nya ke kamar? Pikir nya dalam hati.

"Bukan kah semalam aku di dapur? Kenapa sekarang di kamar?"

"Atau mereka? Ah kayak nya aku jalan sendiri ke kamar"

Dari pada pusing memikirkan hal tidak penting lebih baik ia mandi dan mulai merawat wajah tampan ini.

_TBC_

Note : kalian hanya perlu memberikan vote disetiap bab nya untuk menghargai penulis :)

200 vote untuk next

AKARSANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang