3. Love at First Sight?

623 135 25
                                    

"Aku harus memanggilmu apa?" Troy berusaha menatap wajah cantik Zanna dalam gemerlap lampu disko dan riuhnya pesta dari sofa di seberang meja. Ia tidak pernah terpanggil untuk mendekati wanita sebelumnya, tetapi pesona Zanna berhasil menguapkan keangkuhannya. Dari semua wanita yang ia temui di pesta Halloween, hanya Zanna yang berhasil mengusik logikanya.

Zanna tersenyum tipis lalu berkata, "Kamu melihat aku mengenakan cosplay apa, 'kan? Panggil saja aku dengan nama karakter ini."

"Bukankah setiap orang punya nama meskipun mereka mengenakan kostum?" Troy berusaha mendesak Zanna untuk mengatakan namanya.

"Shakespeare said, what's in a name? That which we call a rose, by any other name would smell as sweet." Zanna bertahan tidak ingin menyebutkan namanya.

"Kamu penggemar Romeo and Juliet," duga Troy sambil melayangkan senyuman kagum.

"Bukan. Aku penggemar William Shakespeare tapi aku juga menyukai komik DC." Zanna membantah dugaan Troy. Ia lalu membalas senyuman Troy dan membuat jantung pria itu hampir berhenti berdenyut saking terpesona.

Setelah berusaha keras mengatur tempo emosi bahagianya, Troy berkata, "Suatu kebetulan kita menyukai komik yang sama. Ngomong-ngomong, apa kamu merasa bosan di sini?"

"Sedikit."

"Mau kutunjukkan sesuatu yang bisa membuat rasa bosanmu hilang?" Sejujurnya Troy hanya ingin menunjukkan keindahan kota Jakarta di waktu malam dari atap gedung apartemen milik Lands Corp. Hanya itu saja. Namun, ia melihat keraguan di mata Zanna ketika wanita itu mengalihkan pandangannya ke lantai dansa dan memperhatikan teman-temannya yang sedang asyik menikmati alunan musik. Zanna seolah-olah sedang meminta persetujuan mereka supaya bisa pergi dengannya.

Sesaat kemudian Zanna membuka mulutnya. "Aku—"

"Tidak apa-apa kalau kamu tidak mau," potong Troy berusaha meralat tawaran gilanya. "Sorry, jika aku membuat kamu berpikir—"

"Aku mau." Zanna memotong dengan cepat. "Asalkan kamu tidak memperlihatkan hal yang aneh-aneh dan seram, aku setuju," lanjutnya.

Senyum penuh kemenangan mengembang di wajah Troy. "I promise I won't do it."

Troy membawa Zanna keluar dari kemeriahan pesta kostum. Ia melajukan mobil hitam berlogo bantengnya ke gedung apartemen yang diketahui sebagai salah satu gedung apartemen terbaik di Jakarta.

Angin menerpa begitu kencang di ketinggian. Tangan Zanna menggenggam erat besi pembatas dan tatapannya memindai gedung-gedung pencakar langit di sekitarnya. Cahaya lampu yang dipancarkan dari gedung-gedung tinggi itu bagai hutan beton yang bersinar. Pemandangan di bawah sana tidak kalah indah. Gemerlap lampu dari kota yang tidak pernah tertidur membuat Zanna berdecak kagum.

"What do you think?" tanya Troy sambil bersandar ke besi pembatas.

Zanna masih memfokuskan pandangannya ke belantara hutan beton yang berkelip cantik. "It's amazing."

"Ini yang mau kutunjukkan padamu." Troy menjelajahi wajah Zanna dengan pandangannya. "Suasana malam yang cantik seperti kamu."

"Rayuan gombal kamu tidak akan mempan." Zanna melirik Troy sambil tersenyum.

Troy tertawa pelan. "Aku hanya mengatakan pendapatku."

"Apakah itu kolam renang?" Zanna mengalihkan pembicaraan ketika matanya menemukan kolam renang outdoor berkonsep modern resort beberapa puluh lantai di bawah tempatnya berdiri.

"Yep. Di lantai enam. Mau melihatnya?"

"Boleh."

Troy menarik pelan tangan Zanna untuk menuruni anak tangga lalu memasuki lift. Tiba di lantai enam, Troy membawa Zanna untuk melihat pemandang kolam renang yang letaknya menjorok ke depan ke luar area hunian.

CEO MeresahkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang