5. Unstoppable

484 126 23
                                    

"Kapan kamu dan tunangan kamu itu akan menikah?" tanya Troy dengan nada yang dibuat setenang mungkin.

"Dalam waktu dekat. Mungkin sekitar tiga sampai empat bulan lagi. Persiapannya sudah enam puluh persen." Zanna pun menjawab dengan enteng dan tanpa beban.

Sial. Rahang tegas Troy mengetat dan ia harus dua kali lebih fokus ke jalanan lantaran denyut kesal mendadak memenuhi kepalanya. Pertama kali dalam hidupnya ia merasa dikecewakan oleh hal sepele. Setidaknya, dulu Troy menganggap rencana pernikahan wanita yang pernah tidur dengannya adalah suatu hal yang tidak penting dan biasa saja. Namun, dalam kasus Zanna semua tampak berbeda. Ada tantangan tersendiri yang memacu adrenalin Troy untuk mendapatkan wanita itu meskipun Troy tidak tahu bagaimana caranya.

"Oh, begitu." Troy menyipitkan mata melihat kendaraan yang sedikit padat memenuhi jalan. "Apakah tunanganmu tahu kalau kita ...." Troy tidak melanjutkan ucapannya. Tiba-tiba saja ia merasa bodoh sudah menanyakan hal tersebut, padahal sebelumnya ia pernah mengatakan pada Zanna kalau mereka harus bekerja secara profesional.

Zanna terdiam. Ia tidak bisa bicara apa-apa selama beberapa saat, tapi kemudian ia memutuskan untuk memberitahu Troy apa yang membebani pikirannya selama ini. "Jangan sampai Radit tahu. Saya rasa kita sudah sepakat untuk tidak membahas masalah ini."

"Iya. You're right. Kita tidak seharusnya membahas masalah ini lagi. Kamu punya tunangan dan saya punya pacar. We work professionally." Troy berusaha menggiring Zanna ke opini palsunya jika ia memang tidak mempermasalahkan peristiwa di malam Halloween itu.

Sedangkan di luar pemikiran Troy, hati Zanna rasanya melesak jauh ke dalam mendengar penuturan pria itu. Sangat mudah untuk pria seperti Troy tidur dengan wanita asing sementara ia sudah punya pacar. Namun, Zanna segera meralat pemikirannya. Ia pun dengan mudah tidur dengan pria asing meskipun ia sudah punya tunangan. Parah.

Zanna sungguh-sungguh tidak bisa menikmati perjalanan pagi itu. Duduk di samping Troy dengan wajah masam sungguh menyiksanya. Ia merasa pria itu sedang membangun dinding pembatas untuk mereka. Entahlah, hanya itu yang terlintas di benaknya.

Setelah melewati perjalan yang menjemukan selama beberapa puluh menit, akhirnya mobil yang dikendarai Troy tiba di pelataran parkir VIP Lands Corp. Tidak memedulikan Zanna yang tertinggal di belakangnya, Troy berjalan dengan cepat menuju lobi. Suatu keuntungan untuk Zanna Troy meninggalkannya. Ia tidak harus bersusah payah menjelaskan kenapa ia dan Troy bisa berangkat bersama kepada mereka yang kepo. Pasalnya, hanya satpam yang berjaga di pelataran parkir itu yang melihat ia keluar dari mobil Troy. Meski begitu, ada saja karyawan lain yang tahu kebersamaannya dengan Troy. Diam-diam, Donna memperhatikan kedatangan Zanna di lobi beberapa menit setelah Troy melintasi ruang tunggu itu. Donna berusaha menghentikan langkah Zanna tepat di depan meja resepsionis.

"Zan, sini dulu." Donna mengaitkan tangannya ke tangan Zanna lalu membawa Zanna ke sudut ruangan.

"Ada apa sih, Don? Bos gue sudah jalan duluan tuh. Ntar gue kena semprot kalau telat masuk."

"Sebentar saja. Lagi pula jam kerja elu kan dimulai jam 08.00. Masih kurang sepuluh menit lagi," paksa Donna.

"Apaan sih?"

"Elu sama Radit baik-baik saja, 'kan? Semalam Radit telepon gue. Dia panik karena teleponnya elu matiin. Katanya elu marah sama dia."

Zanna menepuk dahinya. "Oh, itu. Gue sama Radit baik-baik saja. Tadi juga dia yang nganterin gue ke rumah Pak Troy."

"Mau ngapain lu ke rumah Pak Troy?" Dahi Donna berkerut dan memandang Zanna heran.

"Ada urusan sama Pak Joe."

"Pantesan elu datang bareng sama Pak Troy. Syukur deh kalau elu sama Radit baik-baik saja. Gue cuma khawatir kalian berantem lagi."

"Elu tenang saja, Don. Gue sama Radit tuh sudah berkomitmen untuk serius. Enggak mungkinlah gue bertingkah macam-macam." Untuk sesaat Zanna teringat peristiwa malam Halloween itu. Ia membohongi Donna jika ia harus pulang duluan karena pusing, padahal ia pergi bersama Troy yang saat itu berkostum Joker. Zanna merasa sangat tolol jika mengingat hal itu.

CEO MeresahkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang