24. Friends don't Kiss

399 93 14
                                    

Mama turut merasakan atmosfer di kamar Troy. Wanita bersanggul anggun itu masuk ke kamar Troy dan duduk di sampingnya. "Kamu harus mendengarkan nasihat Papa dan Abangmu, Troy. By the way, di bawah ada Grace. Mama tidak bisa memberinya izin menemui kamu tanpa memberitahu kamu dulu. Mama takut kamu masih belum mau menemui teman-teman kamu sementara ini."

"Tidak apa-apa, Ma. Dia bisa menemui Troy."

Mama bangkit berdiri. "Oke. Mama akan minta Grace ke mari."

"Thank you, Ma."

Senyum lembut Mama terkembang di wajahnya sebelum meninggalkan kamar Troy.

"Kamu istirahat saja ya. Papa turun dulu." Papa menyusul Mama meninggalkan kamar Troy.

Hanya berselang beberapa menit, Grace sudah berada di kamar Troy. Model cantik itu tanpa basa-basi langsung menghampiri Troy dan memeluknya. "Kamu keterlaluan, Troy, enggak ngabarin aku."

"Auw! Sakit tahu!" Troy mengaduh sambil berusaha melepas pelukan erat Grace.

"Ups, sorry." Bukannya meminta maaf dengan tulus, Grace malah cengengesan.

Troy memberengut kesal. Namun, Grace sepertinya tidak terpengaruh dengan raut wajah jengkel Troy. Pandangannya kemudian berpindah haluan ke arah Joe lalu memberikan pelukannya untuk pria itu.

"Kapan datang, Joe?" tanya Grace setelah duduk di samping Joe.

"Beberapa hari yang lalu," kata Joe dengan santai.

"Kalian tuh bener-bener ya. Ada kejadian begini, aku tidak diberi tahu." Grace melipat tangan di atas perutnya. Kekecewaan terpancar di matanya. "Kalau tidak heboh di media, aku enggak bakalan tahu."

Joe menoleh ke arah Grace. "Kalau aku beritahu, kamu nanti bikin heboh. Bisa-bisa bukan hanya makhluk di dunia nyata yang kepo sama kasus ini, tapi makhluk dunia lain juga ikutan kepo."

Grace memukul pelan lengan Joe sambil mengerucutkan bibirnya. "Ya, enggaklah! Enggak segitunya juga kali."

"Yang benar? Kamu kan "ember"," canda Troy.

Grace melotot. Ia tidak terima dengan ejekan Troy. Grace bangkit lalu menyerbu Troy dengan cubitan-cubitan kecil di lengan pria itu.

"Ampun, Grace. Jangan kayak gini ah, nanti kena lukaku! Sakit, you know." Troy mengangkat tangan tanda menyerah.

"Oh, tidak akan." Grace naik ke atas ranjang Troy dan memosisikan dirinya di belakang pria itu. Dari belakang Troy, Grace berhasil mencubiti lengan Troy lagi.

"Ya, ampun! Kalian berdua kayak bocah TK aja sih," celetuk Joe yang sebenarnya tidak peduli dengan tingkah Troy dan Grace.

"Dia hobi banget ngeledek aku, Joe. Dia pantas mendapatkan pembalasan." Grace terus melancarkan aksi pembalasannya sementara Troy sudah kerepotan menghadapi wanita itu.

"Grace, udah dong! Kamu bikin aku tambah sakit." Troy memohon, bukan memohon, tapi memperingati Grace dengan sedikit berteriak.

"Oh, tidak bisa. Ampun, enggak! Ampun, enggak!" Grace melingkarkan tangannya ke tubuh Troy seperti gaya pegulat yang sedang berusaha menjatuhkan lawannya.

"Bang, tolongin dong!" teriak Joe yang sudah kewalahan menghadapi Grace dan melindungi luka-lukanya yang belum kering dari serangan wanita itu.

Alih-alih menolong, Joe justru menyeletuk, "Bodo amat."

"Ehem." Dehaman Mama secara otomatis menghentikan keriuhan yang terjadi.

Mata Troy, Joe, dan juga Grace kompak tertuju pada Mama dan Zanna yang sudah berdiri di ambang pintu. 

CEO MeresahkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang