Sepulang kuliah, Gika memutuskan pergi ke kantor Raguna karena tidak ada pelajaran tambahan hari ini. Gadis itu pulang lebih awal dikarenakan para dosen sedang ada acara yaitu berkunjung ke rumah sakit untuk menjenguk seorang cucu dosen yang baru melahirkan. Hal itu menjadi kesempatan emas bagi Gika untuk memulai rencananya yaitu mengejar cinta Daddy Raguna. Meskipun ia tahu kalau Raguna akan menjemputnya tepat waktu dan bisa saja ia menghabis waktu di kafe bersama dengan Pika, tetapi Gika lebih memilih pergi ke kantor Raguna karena ia ingin menghabiskan waktu bersama Raguna. Ya, meskipun ia tahu kalau Raguna sibuk, tetapi nanti 'kan ia bisa menghabisi waktu dengan memandangi wajah tampan daddy-nya.
"Mana Daddy?" tanya Gika pada seorang wanita yang duduk di meja depan ruangan Raguna.
"Ada di dalam, Pak Raguna sedang sibuk. Mungkin kamu bisa menemuinya nanti," ujar wanita yang merupakan sekretaris Raguna. Agak tidak suka dengan keberadaan Gika, si gadis kecil pembuat masalah sekaligus suka mencari perhatian atasannya.
Gika hendak berjalan menuju pintu kerja Raguna, tetapi dengan cepat si tante genit bernama Laily itu mencekal pergelangan tangan Gika.
"Minggir, Tante! Saya mau masuk! Mau ketemu Daddy!" Gika menyentak kasar cekalan tangan itu.
"Sudah saya katakan kalau Pak Raguna sedang sibuk, Gadis Kecil. Jangan ganggu dia, kamu bisa bertemu dia nanti. Proyek yang sedang dikerjakan Pak Raguna itu sangat penting, jangan mengacau!" Laily mendelik ke arah Gika, benar-benar tidak suka dengan gadis keras kepala yang sayangnya anak angkat atasannya.
"Mau proyek sepenting apapun, Daddy tidak akan membiarkanku menunggu lama! Minggir, Tante! Jangan halangi saya!" Gika mendorong tubuh Laily hingga wanita itu tidak lagi menghalangi pintu.
"Daddy! Aku datang!" teriak Gika sambil membuka pintu ruangan Raguna lebar-lebar.
Dapat Gika lihat kalau Raguna sedang sibuk dengan laptop dan berkas-berkas di mejanya, gadis itu langsung masuk ke dalam ruangan itu yang disusul oleh Laily.
"Maaf, Pak. Tadi saya sudah berusaha melarang Nona Gika masuk, tapi dia terus memaksa dan mendorong saya." Mendengar perkataan Laily membuat Gika memutar bola matanya malas, dasar muka dua! maki Gika dalam hati.
"Tidak apa-apa, kamu bisa kembali bekerja, Laily." Raguna mendongak, mengalihkan tatapannya dari berkas-berkas dan laptop di mejanya pada Gika dan juga Laily.
"Baik, kalau begitu saya permisi dulu, Pak." Laily membungkuk hormat kemudian pergi dari hadapan Gika dan Raguna.
"Daddy!" panggil Gika langsung menghampiri Raguna.
"Hai, Queen. Kenapa datang ke sini tidak memberitahu Daddy?" tanya Raguna ketika Gika sudah berada di dekatnya.
"Surprise untuk Daddy!" ujar Gika membuat Raguna tertawa.
"Sudah-sudah, ayo duduk dulu di sana. Ada beberapa pekerjaan yang harus Daddy selesaikan, nanti Daddy akan menemanimu setelah pekerjaan Daddy selesai." Raguna menunjuk sebuah sofa panjang yang terletak di pojok ruangan.
"Jadi Daddy lebih mementingkan pekerjaan daripada aku?" tanya Gika memasang wajah cemberutnya.
"Bukan begitu, Queen. Kamu jelas saja lebih penting dari pada apapun, tapi pekerjaan Daddy juga penting. Kalau Daddy tidak bekerja, bagaimana bisa Daddy membayar gaji karyawan, hmm?" Gika masih cemberut, nampak tak suka dengan apa yang Raguna katakan walau pada kenyataannya apa yang dikatakannya itu benar.
"Daddy bisa meminjam pada bank untuk membayar gaji karyawan Daddy," ujar Gika.
"Meminjam uang di bank bukankah juga harus dibayar, Queen. Bukankah kamu lebih mengerti itu ketimbang Daddy?" tanya Raguna sambil tersenyum.
"Daddy jangan mengejek aku," ujar Gika semakin kesal.
"Daddy sama sekali tidak mengejek kamu, Queen. Sudahlah, kita akan kembali berbicara saat Daddy sudah selesaikan pekerjaan ini." Raguna akhirnya diam dan hal itu membuat Gika semakin kesal.
"Padahal aku sudah meluangkan waktu untuk memberikan surprise pada Daddy karena kedatanganku ini, tidak disangka Daddy sibuk dengan pekerjaan itu. Kalau tahu begini lebih baik aku tadi menunggu di kafe saja, selain bisa mengobrol dengan Pika, aku juga bisa menatap para cogan yang memanjakan mata." Gika bergumam pelan, tetapi gumaman itu terdengar jelas di telinga Raguna karena Gika masih berada di dekat Raguna dan belum duduk di sofa seperti permintaan pria itu tadi.
"Fokus pada kuliahmu dulu, Queen, jangan berpacar-pacaran dengan laki-laki brengsek itu," ucap Raguna tanpa melihat ke arah Gika.
"Kenapa Daddy melarangku? Daddy sudah menolak cintaku tadi, jadi Daddy tidak berhak melarangku lagi." Gika bersedekap dada, menatap kesal Raguna yang masih sibuk.
Raguna menghela napas, pria itu mendongak. Menatap Gika yang wajahnya masih masam.
"Jangan bercanda lagi dengan Daddy, kamu bukan anak kecil lagi, Queen. Kamu jelas paham apa maksud perkataan Daddy. Sudah, kita akan bicara lagi, sekarang kamu duduk saja di sofa itu!" Raguna berucap dengan tegas, matanya memandang Gika dengan tajam.
"Aku sama sekali tidak bercanda, Daddy! Seharusnya Daddy paham aku!" Kesal, Gika bahkan menggebrak meja hingga membuat Raguna terkejut.
"Gika! Duduk di sofa sekarang!" ujar Raguna tegas membuat Gika kesal.
"Daddy sungguh menyebalkan!" Gika menghentakkan kakinya di atas lantai kemudian pergi menuju sofa, gadis itu duduk di sana dengan perasaan kesal.
Padahal, baru beberapa jam yang lalu Gika mengatakan pada Pika kalau ia tidak akan menyerah dalam mengejar cinta Daddy angkatannya itu. Nyatanya, baru dibentak sedikit saja Gika sudah takut. Gika memang penurut, ia tidak berani melawan orang yang dia sayangi. Apalagi itu Raguna, orang yang menyayanginya sejak kecil, memberikan cinta dan kasih sayang padanya seperti anak pria itu sendiri.
"Aku tidak akan menyerah! Akan aku kejar cinta Daddy sampai dapat!" Itulah tekad Gika dalam hati, matanya tak lepas dalam memandangi Raguna.
"Daddy bilang kalau cintaku pada Daddy itu bercanda, maka akan aku buktikan kalau aku sama sekali tidak bercanda," ujar Gika dengan suara kencang, sengaja agar Raguna dapat mendengarnya.
"Jangan ganggu Daddy, Gika, kerjakan saja tugasmu. Daddy tahu kamu hari ini punya tugas kuliah, meskipun pulang cepat, kamu harus mengerjakan tugas itu tepat waktu." Raguna membalas tanpa melihat ke arah Gika.
Gika terkejut mendengar perkataan Raguna, merasa heran dengan Raguna yang sering tahu mengenai tugas dan kesehariannya di kampus.
"Bagaimana Daddy bisa tahu?" tanya Gika yang tak dapat menyembunyikan keterkejutannya.
"Daddy selalu tahu tentang kamu, Queen." Raguna menatap Guna sambil tersenyum.
"Enggak adil! Kenapa bisa Daddy tahu apa-apa tentang aku sedangkan aku sendiri enggak tahu tentang Daddy!" protes Gika.
"Itu karena kamu anak angkatku, bukankah seorang ayah akan sangat banyak tahu tentang keseharian putrinya?" tanya Raguna.
"Daddy! Aku ingin jadi istrimu! Aku enggak mau lagi dianggap anak angkat Daddy! Anggap aku sebagai seorang wanita dewasa Daddy!" teriak Gika.
Raguna diam, pria itu hanya menggelengkan kepalanya. Menganggap semua yang dikatakan Gika hanya bercanda karena Gika terlalu kecil untuk memahami hubungan cinta itu apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faster, Daddy!
Romance*** "Daddy! Aku mencintaimu!" teriak Gika bersungguh-sungguh. Pria yang dipanggil 'daddy' itu pun menoleh ke arah Gika dan menatap gadis itu tidak percaya. "Kamu mencintaiku? Apakah kamu tidak salah? Aku ini sahabat ayahmu! Tidak seharusnya kamu me...