Gika masih asik bermain bersama anak-anak di taman bermain layaknya seorang gadis yang tak pernah menikmati masa kecilnya dengan riang, sementara itu Raguna terus mencari keberadaan Gika. Pria itu mengecek semua tempat yang sekiranya kemungkinan besar Gika tuju. Di tengah perjalanan, Raguna baru teringat kalau ia memasang chip di kalung yang Gika pakai berisi lokasi di mana keberadaan Gika. Hal itu membuat Raguna menghentikan mobilnya sejenak untuk membuka ponselnya, pria itu langsung membuka lokasi di mana Gika berada. Saat sudah tahu tempatnya, Raguna langsung menuju tempat di mana Gika berada. Ternyata putrinya itu berada di taman bermain anak-anak, agak heran bagi Raguna karena Gika tadi hanya jalan kaki, mana mungkin bisa secepat itu pergi ke sana. Ditambah di tempat mereka tadi sangat jarang ada taksi yang lewat.
"Ayo, tarik yang lebih kuat lagi supaya ayunannya bisa terbang lebih tinggi lagi," ucap Gika pada Kaviar yang sedari tadi memang membantu Gika bermain ayunan.
"Jangan terlalu tinggi, nanti kau bisa terjatuh." Kaviar tidak mau menuruti permintaan Gika, ia ingin menjaga Gika. Kalau sampai ia membuat Gika celaka maka mana mungkin dua ayah dari Gika bisa merestuinya untuk mendekati Gika.
Sebelumnya Kaviar tidak pernah seserius ini dalam mendekati seorang gadis dan memang tak ada satu gadis pun yang menolaknya kecuali Gika, tetapi Gika berbeda. Entah mengapa hatinya menginginkan Gika lebih dari ia menginginkan gadis-gadis lain yang sempat menjadi kekasihnya. Entah ini adalah obsesinya ataukah ia benar-benar jatuh cinta pada Gika?
"Ayo dong, tarik agak jauh, Kav. Kau tadi ingin mengajakku bermain ini, mengapa kau tak mau menuruti permintaanku?" Gika nampak kesal karena Kaviar tidak mau menuruti keinginannya. Gika tidak peduli kalau orang lain nanti menganggapnya sebagai orang yang tidak pernah menikmati masa kecilnya dengan bahagia. Sudah lama ia tidak bisa bermain dengan sebahagia ini, karena biasanya daddy dan ayahnya terpaku posesif sehingga saat kecil dulu Gika terlalu dikekang dan tidak diperbolehkan terlalu lama bermain dengan anak seusianya.
"Ya sudah, tetapi kamu harus pegangan yang kuat. Aku tak mau kamu kenapa-kenapa," ujar Kaviar.
"Sungguh perhatian sekali dirimu, Kaviar." Gika berniat menggoda Kaviar, tetapi ia tetap melakukan apa yang Kaviar katakan yaitu memegang tali ayunan itu dengan erat.
"Aku memang perhatian, maka dari itu kau tak akan rugi jika menerimaku menjadi kekasihmu, Gika," ujar Kaviar.
"Ck, lagi-lagi itu yang dibahas. Apa kau tak memiliki pembahasan lain selain itu? Sampai kapanpun aku tak mau jadi kekasihmu." Entah mengapa, Kaviar sama sekali tidak sakit hati mendengar perkataan Gika. Ia malah tertantang untuk membuat hati Gika luluh, Gika bukan gadis murahan yang dengan mudahnya menerima cinta seorang pria. Butuh perjuangan agar bisa menaklukkan hati Gika, maka Kaviar akan berjuang untuk Gika.
"Jangan bicara begitu, Gika, kau saat ini mungkin bicara begini. Tetapi lihat saja nanti, aku yakin kau akan menjadi kekasihku." Gika mengabaikan kata-kata penuh tekad dari Kaviar, gadis itu lebih memilih menikmati kebahagiaan saat ini, seakan masa kecilnya kurang bahagia.
Megantara yang baru saja tiba di taman bermain itu terdiam saat melihat Gika sedang asik bermain ayunan bersama seorang lelaki yang sama sekali tidak ia kenali. Mata Raguna menyipit, tak suka melihat apa yang ada di depan matanya itu. Tanpa kata, Raguna langsung menghampiri Gika dan lelaki itu hingga membuat mereka terkejut.
"Gika, ayo kita pulang sekarang!" Raguna berkata agak tegas.
"Daddy ...." Gika terkejut bukan main saat melihat keberadaan daddy-nya.
"Bagaimana bisa Daddy tahu aku di sini?" tanya Gika.
"Bukan hal sulit untuk menemukan keberadaanmu, Queen, ayo kita pulang sekarang!" Raguna menarik tangan Gika hingga gadis itu turun dari ayunan.
"Tidak mau, aku tak mau pulang bersama Daddy. Aku ingin pulang bersama Kaviar!" Karena masih kesal pada Raguna, Gika menghempaskan tangan Raguna dan malah pergi menghampiri Kaviar. Gika bersembunyi di balik punggung Kaviar hingga membuat Raguna yang melihatnya pun kesal.
"Gika, jangan main-main. Ayo kita pulang sekarang!"
"Mohon maaf, Om, kalau memang Gika belum mau pulang jangan dipaksa. Om jangan khawatir, saya nanti akan mengantar Gika pulang dengan selamat." Saat Kaviar berupa, Raguna langsung menatap lelaki itu sinis.
"Jangan ikut campur, seharusnya kamu malu pada dirimu sendiri karena membawa putriku pergi tanpa izin!" Raguna berkata demikian hingga membuat Kaviar terdiam seribu bahasa, Kaviar mana tahu kalau ternyata Gika sedang menghindari daddy-nya.
"Daddy, berhenti bicara begitu pada Kaviar. Yang ingin dibawa oleh-nya itu adalah aku, jangan salahkan dia!" Raguna terperangah saat mendengar Gika membela Kaviar.
"Ayo kita pulang sekarang!" Raguna berjalan menghampiri Gika, pria itu menarik pergelangan tangan Gika agak kasar hingga membuat Gika meringis karena merasa perih.
"Lepaskan, Daddy!" teriak Gika.
Kaviar yang melihat itu jadi tak tega, lelaki itu membantu Gika melepaskan tangannya dari Raguna. Raguna yang melihatnya pun kesal karena lelaki seusia Gika ini berani sekali ikut campur dengan urusannya.
"Aku tidak bisa diam saja jika Om memperlakukan Gika dengan kasar," ujar Kaviar.
"Tahu apa kamu tentang ini? Lebih baik urusi dirimu!" Raguna tetap menarik tangan Gika dan mengajaknya pergi, belum ia melangkah, Raguna kembali berbalik untuk menatap Kaviar.
"Satu hal lagi yang harus kau ketahui, aku tak akan pernah membiarkan putriku dekat dengan playboy sepertimu. Jadi, jauhi Gika, jangan pernah cari kesempatan untuk mendekatinya! Ingat itu baik-baik!" tukas Raguna penuh peringatan kemudian pergi dari sana dengan Gika.
"Sepertinya perjuanganku akan sulit," gumam Kaviar sambil menatap kepergian Raguna dan Gika.
"Lepaskan, Daddy! Aku tak mau pulang bersamamu," ucap Gika terus saja berontak.
Raguna sama sekali tidak mempedulikan kata-kata Gika, pria itu terus berjalan sambil menarik tangan Gika. Kemudian sesampainya di mobilnya, ia langsung memaksa Gika masuk. Sata Gika ingin kabur, Raguna dengan cepat mengunci pintunya sehingga Gika pasrah karena percuma saja ia berjuang untuk kabur kalau pada kenyataannya ia tidak akan bisa.
"Kau sadar apa yang kau lakukan tadi itu salah, Gika?" Raguna langsung menegur Gika.
"Salah dari mananya, Daddy?"
"Pergi meninggalkan Daddy bersama pria asing itu tanpa kabar, kau masih tidak mau menyadari kesalahanmu itu?" Gika malah melengos, karena menurutnya Raguna terlalu berlebihan. Tadi yang salah adalah Raguna, tetapi ia yang kini disalahkan.
"Yang lebih salah itu Daddy, Daddy selalu menganggap kalau perasaanku ini sebuah candaan. Apakah itu lucu bagi Daddy? Kalau Daddy memang tidak mau menerimaku. Maka, biarkan aku bahagia dengan orang lain. Jangan mencampuri urusan percintaanku, aku tahu yang terbaik untukku!"
"Tidak, kamu sama sekali tidak tahu yang terbaik untukmu. Kamu terlalu polos, Gika, Daddy tidak mau kau sampai salah ambil langkah. Fokus saja pada kuliahmu, jangan harap kamu bisa lepas dari pengawasan Daddy. Daddy tidak akan membiarkan kamu menjalin hubungan dengan pria manapun!" tukas Raguna membuat Gika terperangah.
"Daddy sungguh egois! Aku benci Daddy!" Gika memilih memalingkan wajahnya, sepanjang perjalanan ia memilih diam tak bicara satu patah katapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faster, Daddy!
Romance*** "Daddy! Aku mencintaimu!" teriak Gika bersungguh-sungguh. Pria yang dipanggil 'daddy' itu pun menoleh ke arah Gika dan menatap gadis itu tidak percaya. "Kamu mencintaiku? Apakah kamu tidak salah? Aku ini sahabat ayahmu! Tidak seharusnya kamu me...