Bab 4 | Hempaskan Jalang Pengganggu

870 18 0
                                    

Bibir Gika maju beberapa sentimeter saat melihat ayah angkatnya sibuk mengobrol dengan seorang wanita seksi yang jika Gika lihat-lihat lagi tidak ada yang kurang dari tubuh semok itu. Dibandingkan dengan dirinya yang memiliki tubuh seperti gadis biasanya, sama sekali tidak menggoda ataupun membuat pria-pria melihat penuh minat ke arahnya. Yang membuat Gika semakin kesal adalah ketika Raguna diam saja saat wanita seksi itu dengan sengaja menyentuh lengan Raguna. Sebenarnya apa yang sedang mereka bahas? Gika sangat kesal dan cemburu sekali melihat pemandangan menjijikkan itu. Kalau saja ia tidak mengerti sopan santun, sudah ia tendang itu bokong wanita jàlang yang berani-beraninya terlalu semok sehingga bisa saja membuat daddy-nya tergoda.

"Jadi, apakah kamu mau, Raguna? Semua ini juga 'kan demi kebaikan perusahaan kamu juga," ujar wanita bernama Cantika itu.

Beberapa hari yang lalu, Raguna sudah memperkenalkan Cantika sebagai temannya. Namun, Gika tidak ingin mengakui kalau wanita jàlang itu adalah teman ayahnya, wanita yang berprofesi sebagai model di perusahaan ayahnya itu lebih cocok dipanggil dengan sebutan jalang ketimbang teman ayahnya. Ditambah, setiap ada kesempatan, wanita itu selalu menyentuh lengan ayahnya hingga membuatnya gondok setengah mati. Ingin saat ini Gika menjadi seorang psikopat agar ia bisa berbuat apapun yang ia mau termasuk memutilasi wanita seksi itu.

"Cari pria yang lain saja, Cantika. Aku sama sekali tidak bisa menjadi seorang model, lagipula aku juga sibuk." Raguna langsung menolak.

"Ayolah, Guna. Hanya denganku saja, bukankah kita berteman baik?" Mata Cantika mengedip-ngedip genit membuat Gika yang melihatnya ingin muntah.

"Dasar wanita centil!" umpat Gika dengan suara pelan.

"Gika, coba bujuklah Ayahmu ini agar dia mau ikut pemotretan bersamaku." Cantika membalikkan tubuhnya untuk menatap Gika yang sedari tadi terus ngedumel.

"Dih ogah," gumam Gika.

"Tante, kalo Daddy bilang enggak mau berarti dia enggak mau. Jangan dipaksa! Lagian Daddy enggak bakat jadi seorang model," balas Gika sambil tersenyum paksa.

Mendengar perkataan Gika membuat Cantika cemberut sok imut, seketika Gika langsung mual melihat ekspresinya wajah Cantika.

"Anjir! Tuh orang ngeselin banget deh, sok godain Daddy segala." Ingin rasanya Gika mencabik-cabik tubuh Cantika yang sok seksi saat ini.

"Ayolah, Guna. Tidak ada salahnya 'kan kamu mencoba? Aku yakin kamu mempunyai potensi sebagai sepengetahuan model, dengan wajahmu yang tampan ini aku yakin kalau produk itu akan semakin laris." Cantika menyentuh rahang tegas Raguna, membuat Gika yang melihatnya semakin kepanasan.

"Dad, aku mau beli minum di luar. Daddy mau sekalian dibeliin enggak!?" tanya Gika sengaja dengan suara yang kencang.

"Boleh, tolong belikan Daddy es kopi ya, Queen." Raguna menoleh ke arah Gika.

"Ah, Tante juga mau es kopi ya, Gika," ujar Cantika ikut-ikutan.

"Iya, Tante." Gika memaksakan senyumnya kemudian gadis itu pergi dari ruangan Daddy-nya untuk mencari minuman.

Beberapa saat kemudian, Gika kembali dengan membawa tiga gelas plastik minuman. Yang satu miliknya dan yang dia itu milik Daddy-nya dan juga si jalang pengganggu itu.

"Ini minuman untuk Daddy," ujar Gika sambil menaruh satu minuman es kopi di atas meja Raguna.

"Terima kasih, Queen." Raguna tersenyum.

"Cocok sekali meminum ini di saat cuaca sedang terik, sekaligus agar tidak mengantuk juga," ujar Raguna setelah menyesap sedikit es kopinya.

"Untuk Tante mana?" tanya Cantika.

"Ini untuk Tante." Dengan sengaja, Gika mendorong gelas itu agar terjatuh di dada Cantika hingga membuat baju wanita itu ketumpahan kopi yang sangat dingin.

"A-aduh, Tante, maaf, aku enggak sengaja." Gika pura-pura menyesal, hendak membantu Cantika mengelap baju seksinya yang langsung ditahan oleh wanita itu.

"Enggak apa-apa, Tante pergi ke toilet dulu ya. Guna, aku ke toilet dulu, nanti kita akan bahas lagi." Sambil membersihkan sisa-sisa noda kopi itu, Cantika berjalan ke luar pintu.

Gika tersebut penuh kemenangan saat melihat Cantika pergi, inilah yang ia inginkan. Menghempaskan si jalang pengganggu yang berani-beraninya menggoda Daddy-nya sekaligus pria yang ia cintai.

"Kamu pasti sengaja 'kan tadi?" tanya Raguna membuat Gika menoleh ke arah sang ayah angkat.

"Iya, aku emang sengaja," jawab Gika jujur.

"Kenapa? Daddy mau marah sama aku karena udah jahatin temen Daddy?" Raguna hanya menggeleng pelan.

"Kamu memang bandel, Queen." Raguna tersenyum, pria itu mengusap lembut pundak Gika.

"Biarin bandel, lagian Daddy juga kok bisa-bisanya sih punya temen model begitu? Genit banget," ucap Gika.

"Kepribadiannya dari dulu memang seperti itu, Queen, enggak sama Daddy aja kok, tapi orang lain juga." Tetap saja Gika tidak suka, kalau dengan pria lain silakan saja itu nenek lampir, tetapi jangan dengan ayah angkatnya.

"Daddy bisa enggak cari model yang lain? Jangan dia deh, Dad, aku enggak suka." Gika langsung mengatakan apa yang ia inginkan.

"Enggak bisa begitu, Queen, Cantika sudah menandatangani kontrak perusahaan. Lagipula kontrak itu masih lama, ini juga urusan pekerjaan. Tidak ada sangkut pautnya dengan kamu, jangan marah-marah, Queen." Namun, Gika masih memasang wajah sebalnya, tangannya bahkan bersedekap.

"Daddy udah enggak sayang lagi ya sama aku? Lebih milih si Tante genit itu daripada aku," ujar Gika mulai mengeluarkan jurus andalannya ketika keinginannya tidak dipenuhi oleh Raguna.

"Baiklah, nanti setelah kontrak ini habis, Daddy enggak akan pakai dia lagi. Kamu jangan marah-marah lagi, Queen." Mata Gika berbinar penuh kebahagiaan ketika mendengarnya.

"Beneran, Dad?" tanya Gika memastikan.

"Iya." Raguna mengangguk.

Cup

"Makasih Daddy-ku, cintaku!" Gika mencium kedua pipi Raguba kemudian memeluk tubuh Raguna erat.

"Hai, aku kembali. Apakah aku mengganggu pembicaraan antara ayah dan anak?" tanya Cantika sambil memasuki ruangan Raguna.

Gika langsung melepaskan pelukannya, ia menatap Cantika tak suka. Wanita jàlang ini benar-benar pengganggu, sangat menyebalkan sekali.

"A-aduh, Daddy sakit banget!" Gika berteriak sambil memegangi perutnya hingga membuat Raguna dan Cantika panik.

"Ada apa, Queen? Apa yang sakit?" tanya Raguna khawatir.

"Kamu kenapa?" tanya Cantika mendekati Gika.

"Perut aku sakit, Daddy," ujar Gika sambil meringis.

"Ayo, kita ke rumah sakit sekarang!" Dengan panik, Raguna membopong tubuh Gika dan membawanya keluar mengabaikan Cantika yang berteriak memanggil namanya.

Sesampainya di parkiran mobil, tiba-tiba saja Gika yang tadinya meringis kesakitan tertawa kencang hingga membuat Raguna begitu bingung. Pria itu akhirnya tersadar kalau ternyata Gika tadi sedang berpura-pura, sontak ia langsung menurunkan Gika dari gendongannya.

"Ini sama sekali tidak lucu, Queen!" ujar Raguna marah.

"Ayolah, Daddy, jangan marah. Ini cuma bercanda saja, lagipula akting aku ini sangat membantu 'kan? Itu teman Daddy yang centil enggak lagi maksa Daddy jadi model bersamanya," balas Gika.

"Ayo, kita jalan-jalan saja Daddy. Dari tadi aku sudah menunggu Daddy tapi malah dikacau oleh teman Daddy itu." Gika menarik-narik tangan Raguna.

"Tapi Daddy masih banyak pekerjaan, Gika," ujar Raguna.

"Bolos satu hari tidak akan membuat perusahaan Daddy bangkrut." Akhirnya Raguna mengalah, ia mengajak Gika memasuki mobilnya hingga membuat gadis itu merasa sangat senang sekali.

Faster, Daddy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang