"Kenapa Daddy malah memalingkan muka? Aku bertanya pada Daddy," ujar Gika saat Raguna tak mau menatapnya.
"Eum ...." Ragu-ragu Raguna menatap Gika, hingga kemudian ia benar-benar menatap gadis itu.
"Tadi Daddy berniat mencium keningmu sebelum Daddy pergi, Queen." Raguna beralasan.
"Daddy mau pergi ke mana? Apa Daddy akan pergi ke luar kota?" tanya Gika. Biasanya kalau daddy-nya bertindak seperti itu, daddy-nya pasti akan pergi beberapa hari untuk menyelesaikan pekerjaan. Sudah bersama selama dua puluh tahun lebih membuat Gika paham dengan daddy-nya.
"Iya, besok Daddy harus pergi ke Malang. Ada proyek baru di sana dan Daddy harus hadir," jawab Raguna.
"Berapa hari Daddy di sana?" tanya Gika.
"Satu minggu."
"Apa!? Daddy akan pergi selama satu minggu di sana!?" teriak Gika.
"Aku mau ikut dengan Daddy, aku tak mau membiarkan Daddy di sana sendirian," ujar Raguna.
"Tidak bisa, Queen, kau harus berangkat kuliah. Kalau kau ikut Daddy, bagaimana dengan kuliahmu? Kau tidak berniat bolos 'kan?"
"Boleh ya aku bolos untuk minggu ini, Daddy? Aku ingin menemani Daddy di sana," ucap Gika setengah merengek.
Gika saat ini seakan lupa kalau tadi ia sempat marahan dengan Megantara, membayangkan daddy-nya akan pergi ke kota itu sendirian membuat Gika takut. Kalau nanti pulang-pulang daddy-nya membawa pacar bagaimana? Gika tidak akan pernah rela, daddy-nya hanyalah miliknya. Yang berhak berada di samping Raguna hanya dirinya, bukan wanita lain.
"Tidak, Daddy tidak akan pernah mengizinkan kau untuk bolos, Queen." Raguna berkata dengan tegas, sebenarnya ia tidak rela meninggalkan Gika sendirian. Ia takut tanpa pengawasannya, para lelaki akan dengan mudah mencari perhatian Gika. Namun, ia tetap harus pergi besok karena proyek ini sangat penting, ini semua demi keuntungan perusahaannya.
Gika langsung cemberut, hal itu membuat Ragunan duduk di tepi ranjang.
"Mau jalan-jalan malam ini sebelum Daddy pergi besok?" tawar Raguna.
Gika mengangguk, "Gendong, Daddy," pinta Gika dengan manja sambil menjulurkan tangannya ke arah Raguna.
"Kau sudah dewasa, tetapi masih saja manja pada Daddy." Meskipun berkata begitu, Raguna tetap menggendong Gika dari depan.
"Ingin digendong sampai mana?" tanya Raguna.
"Sampai dapur, Daddy, aku haus." Mendengar itu membuat Raguna menatap Gika kesal.
"Kau ingin membuat pinggang Daddy patah dengan menggendongmu menuruni anak tangga?" tanya Raguna membuat Gika tertawa.
"Aku lupa kalau Daddy sudah tua, tenaganya tidak sekuat yang muda," kekeh Gika.
"Kau meremehkan tenaga Daddy ya? Baiklah, Daddy akan menggendongmu sampai bawah." Raguna mulai menuruni anak tangga sambil menggendong Gika.
"Daddy, jangan! Turunkan aku, aku tak mau kalau sampai pinggang Daddy patah, aku ikutan terjatuh," ujar Gika merasa panik. Gadis itu bahkan memeluk leher Raguna erat, benar-benar takut kalau ia terjatuh.
"Kau tenang saja, Queen, Daddy ini masih kuat. Kau jangan meremehkan Daddy," balas Raguna.
Dengan mulus, Raguna menuruni anak tangga sambil menggendong Gika. Sesampainya di dapur, Raguna langsung mendudukkan Gika di atas kursi meja makan.
"Bagaimana? Daddy kuat 'kan?" tanya Raguna.
"Iya, Daddy sangat kuat se—"
KREKKK ....
"Suara apa itu, Daddy?" tanya Gika.
"Tidak, bukan apa-apa." Raguna meringis sedikit ketika merasa kalau pinggangnya encok gara-gara menggendong Gika.
"Daddy yakin?"
"Iya, katanya Queen mau minum. Perlu Daddy tuangkan air untukmu?"
"Tidak perlu, Daddy, aku bisa sendiri." Gika langsung menuangkan air ke dalam gelas kemudian meminumnya hingga tandas.
"Daddy juga mau minum?" tanya Gika yang dibalas anggukan oleh Raguna.
"Minumlah, Daddy, aku akan ke kamar untuk ganti pakaian." Dengan santainya Gika menaiki anak tangga menuju kamarnya, mengabaikan raut wajah Raguna yang melongo.
"Kalau kau ingin naik tangga lagi, untuk apa kau meminta Daddy menggendongmu tadi, Queen!?" tanya Raguna setengah berteriak agar Gika dapat mendengarnya.
Gika menoleh ke arah daddy-nya sambil tersenyum manis, "Anggap saja yang tadi hukuman karena siang tadi Daddy membuatku kesal, masih mending Gika tidak meminta Daddy menggendong Gika kembali naik," ujar Gika kemudian memasuki kamarnya.
Raguna menghela napas, menghadapi Gika memang harus benar-benar sabar. Terkadang putrinya itu memang suka jahil begini, beberapa kali Raguna mendapatkan kejahilan dari Gika.
Setelah berganti pakaian, Gika menuruni anak tangga dan berjalan menuju ruang keluarga karena ia yakin daddy-nya menunggunya di sana. Benar tebakannya, Raguna dan ayahnya sedang mengobrol di sana. Entah apa yang mereka obrolkan, Gika sama sekali tidak paham dan memang ia berniat untuk tidak paham.
"Daddy, ayo kita pergi!" ajak Gika membuat kedua pria yang sedari tadi mengobrol pun menatapnya.
"Kau sudah siap?" tanya Raguna.
"Iya, apa Daddy tidak lihat aku sudah terlihat sangat cantik malam ini?" Gika berlagak seperti seorang model papan atas membuat dua pria yang sedari tadi menatapnya pun terkekeh pelan.
"Mengapa kalian menertawakanku? Apa aku terlihat lucu?"
"Tidak, Queen, kau terlihat sangat cantik sekali," ujar Raguna yang tidak ingin membuat putri angkatnya itu kembali ngambek.
"Kak, aku izin membawa putrimu keluar," ujar Raguna pada Tuan Nelson.
"Sudah baikan kalian sekarang?"
"Ayah, kenapa bertanya begitu?" Gika setengah merengek.
"Ayah pikir akan sangat lama membujukmu, Gika, daddy-mu itu sangat khawatir kalau kau tidak akan memaafkannya. Ternyata di luar dugaan, kau memaafkannya dengan cepat," kekeh Tuan Nelson.
"Jangan menggodanya, Kak, nanti kalau sampai Gika marah lagi padaku. Pasti aku tidak akan bisa pergi ke luar kota dengan tenang," ucap Raguna.
"Baiklah, pergilah kalau begitu. Jaga Gika baik-baik, Guna, jangan lupa bawa dia dengan selamat."
"Kau pikir aku ini siapa, Kak? Aku ini daddy Gika, jelas saja aku akan menjaganya dengan baik. Kau tenang saja, saat Gika bersamaku dia akan aman. Aku akan membawa Gika pulang sebelum jam dua belas," ujar Raguna.
"Baguslah."
Raguna dan Gika akhirnya pergi, dengan membawa mobil sedan hitamnya, Raguna membelah jalanan dengan kecepatan sedang.
"Kau ingin Daddy bawa ke mana, Queen?" tanya Raguna.
"Kenapa Daddy bertanya padaku? Seharusnya Daddy sudah menentukan kita akan pergi ke mana. Aku tak tahu ingin pergi ke mana," jawab Gika.
"Daddy takut salah menentukan tempat, Queen."
"Ck, katanya Daddy tahu kesukaanku apa. Masa tempat yang aku suka dan tak aku suka, tidak tahu? Daddy sebenarnya benar-benar Daddy Guna-ku atau bukan?" tanya Gika.
"Jangan marah-marah dulu, Queen, Daddy tadi hanya bercanda. Daddy tahu tempat mana yang kau suka, kau meragukan Daddy?"
"Mana pernah aku meragukan Daddy, yang sering meragukanku itu Daddy." Gika mengatakan itu penuh makna.
Raguna hanya diam saja, pria itu sibuk mengemudikan mobilnya hingga akhirnya mereka tiba di sebuah tempat di mana Gika sedari tadi ingin ke sana. Tempat itu adalah pantai, tempat yang awalnya ingin mereka kunjungi ketika tidak ada pertengkaran yang terjadi tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faster, Daddy!
Romance*** "Daddy! Aku mencintaimu!" teriak Gika bersungguh-sungguh. Pria yang dipanggil 'daddy' itu pun menoleh ke arah Gika dan menatap gadis itu tidak percaya. "Kamu mencintaiku? Apakah kamu tidak salah? Aku ini sahabat ayahmu! Tidak seharusnya kamu me...