Bab 6 | Daddy Bukan Ayahku!

453 7 0
                                    

Wanita-wanita centil yang tadinya bertanya demikian langsung melengos pergi begitu mendengar perkataan pedas Gika, Gika sendiri merasa puas sekali melihat wajah masam mereka. Namun, setelahnya Gika cemberut, setiap orang yang melihatnya dan Raguna pasti mengira kalau merek paman dan keponakan atau ayah dan anak. Gika tidak suka itu, ia ingin dianggap sebagai seseorang yang pantas berada di samping Raguna. Nanti jika sudah saatnya ia dan Raguna menikah, hatinya tidak akan pernah rela kalau masih banyak yang mengira ia adalah anak Raguna. Raguna memang daddy-nya, tetapi pria itu bukan ayah kandungnya. Salahkah jika Gika mengharapkan cinta ayahnya sendiri?

Raguna yang baru saja kembali dari toilet pun mengernyit ketika melihat wajah Gika yang cemberut, pria itu duduk di hadapan Gika, tetapi Gika malah melengos.

"Ada apa, Queen? Mengapa kau menatap Daddy seperti itu?" tanya Raguna.

"Tidak ada!" Gika membalas dengan ketus.

"Kalau tidak ada apa-apa, mengapa kau jadi ketus begini pada Daddy? Daddy ada salah padamu?" tanya Raguna lemah lembut.

Gika menatap daddy-nya sambil menggembungkan pipinya kemudian menghela napas panjang.

"Aku sangat kesal sekali, mengapa orang yang melihat kita selalu mengira kalau aku keponakan ataupun anaknya Daddy." Mendengar perkataan Gika membuat Raguna tertawa, tangan pria itu terulur untuk mengacak-acak rambut Gika.

"Kau memang putri Daddy, Queen. Mereka tidak salah bicara, mengapa kau jadi merajuk seperti ini karena perkataan mereka, hmm?" tanya Raguna sambil tersenyum.

"Sudah kukatakan kalau aku tak ingin dianggap anak olehmu, Daddy bukan ayahku!" Raguna terkejut mendengar perkataan Gika, pria itu menatap Gika tajam.

"Mengapa kau berkata begitu, Queen? Kau tak ingin lagi menganggap Daddy ini ayahmu? Apa kau sudah tidak menyayangi Daddy lagi?" tanya Raguna tajam. Melihat tatapan tajam sang Daddy, membuat Gika sedikit takut, tetapi Gika berusaha membuat dirinya lebih berani.

"Justru karena aku sangat menyayangimu, Daddy, makanya aku tak ingin lagi mereka menganggapku anakmu. Aku ingin mereka menganggapku wanita yang pantas berada di samping Daddy, aku ingin menjadi wanitamu, Daddy. Aku tak ingin menjadi anakmu," ucap Gika.

"Gika, jangan membuat Daddy marah dengan berkata seperti itu. Bukankah kita sudah membahas hal ini? Kau itu anak Daddy, jangan berpikir aneh-aneh." Raguna memberi peringatan pada Gika untuk tidak berbuat aneh-aneh.

"Daddy mengapa jahat sekali!? Apa salah kalau Gika jatuh cinta pada Daddy? Daddy tidak bisa melarang Gika jatuh cinta. Aku mencintai Daddy, mengapa Daddy tidak mau mengerti itu!?" Gika begitu frustasi karena Raguna selalu saja menyangkal atas apa yang telah ia ungkapkan.

"Sepertinya saat ini kau sedang lapar sehingga bicaranya melantur seperti ini, Daddy akan pesankan makanan untukmu. Spaghetti carbonara atau steak burger?" tanya Raguna menyebutkan dua makanan kesukaan Gika, tetapi Gika hanya membuang muka. Tak suka Raguna mengalihkan pembicaraan atas perasaannya yang ingin ia bahas pada pria dewasa yang sudah bertahun-tahun bedakannya itu.

Raguna pun memesankan dua makanan kesukaan Gika karena tak mendapatkan respon dari Gika, Raguna mengabaikan Gika dengan bermain ponsel, ada banyak pekerjaan yang harus diurus via online meskipun saat ini sedang libur. Gika yang malah diabaikan oleh Raguna pun merasa kesal.

"Kalau Daddy tidak mau bersamaku, maka biarkan aku menerima salah satu pria yang sudah mengutarakan perasaannya padaku. Aku ingin melupakanmu, Daddy," ujar Gika tiba-tiba.

"Tidak bisa! Daddy tidak akan mengizinkan kamu bersama salah satu dari pria tidak baik itu!" Raguna menatap Gika tajam, ia sudah mencari tahu tentang orang-orang yang menginginkan Gika menjadi kekasihnya dan pria itu semuanya memiliki sikap yang tidak baik. Raguna ingin menjaga Gika, ia tidak akan pernah membiarkan Gika salah pergaulan.

"Lantas aku harus apa, Daddy? Kau bahkan tak memberiku izin untuk memasuki hatimu. Aku lelah mengatakan kalau perasaanku untukmu itu adalah perasaan seorang wanita pada pria yang disukainya, kau sama sekali tidak mempercayai perkataanku."

"Sepertinya benar-benar ada yang salah padamu, Gika, kau harus diperiksa ke dokter setelah ini. Sudah Daddy tekankan kalau hubungan kita tak lebih dari anak dan ayah," ucap Raguna tegas.

"Kalau begitu, aku boleh menerima salah satu dari mereka untuk menjadi kekasihku."

"Tidak! Kau harus fokus kuliah, Daddy tidak ingin fokusmu menjadi terbagi-bagi." Gika kesal, Raguna mengekangnya tetapi tidak mau menerimanya.

Beberapa saat kemudian, makanan yang Raguna pesan pun tiba. Wangi spaghetti carbonara dan juga steak burger membuat Gika tergoda.

"Makanlah, Queen, Daddy tahu kau sangat lapar," ucap Raguna.

"Tidak mau!"

"Yakin tidak mau? Kalau begitu apakah Daddy harus memberikan makanan ini kepada wanita-wanita yang ada di sana?" Gika menatap meja di mana wanita-wanita yang tadi menanyakan tentang daddy-nya, perasaan Gika semakin kesal saja.

"Daddy ingin menggoda mereka ya!?" Gika langsung menuduh Raguna.

"Mengapa kau berkata begitu pada Daddy? Kau tahu sendiri Daddy orangnya seperti apa, Queen," ucap Raguna.

"Lantas, mengapa berniat memberikan makananku pada mereka? Daddy ingin mencari perhatian mereka!? Daddy sungguh jahat!"

"Tidak, Daddy sama sekali tidak begitu. Ayo, makanlah makananmu selagi hangat. Jangan berpikiran yang aneh-aneh," ujar Raguna.

"Apa perlu Daddy suapi?" tawar Raguna yang membuat Gika langsung mengangguk, hingga pria itu akhirnya menyuapi putri angkatnya dengan penuh perhatian. Semua itu tak lepas dari tatapan wanita yang ingin berkenalan dengan Raguna, Gika hanya tersenyum sinis pada mereka sambil memeletkan lidahnya mengejek mereka.

"Daddy, apa jika aku lulus kuliah tepat waktu, kau akan memberiku hadiah?" tanya Gika tiba-tiba.

"Tentu saja Daddy akan berikan, kau ingin apa? Mobil? Rumah atau kapal pesiar? Akan Daddy belikan, apapun untukmu, Queen."

"Aku tak menginginkan semua itu karena Ayah pasti bisa memberikan itu padaku," ucap Gika.

"Lantas, apa yang kau inginkan dari Daddy, Queen? Daddy berjanji akan memberikan itu untukmu."

"Aku ingin hati Daddy, aku ingin setelah lulus nanti, kita menikah Daddy. Aku tak pernah rela jika Daddy menikah dengan wanita lain, aku mencintaimu, Daddy." Gika begitu serius mengatakan itu.

"Lagi-lagi kau bercanda tentang ini, Queen." Raguna tertawa, padahal ia tahu kalau sebenarnya Gika sama sekali tidak bercanda. Ini semua ia lakukan agar Gika tidak terlalu berharap padanya, ia menyayangi Gika sebagai seorang putri, bukan wanita yang ia cintai. Karena pada kenyataannya, wanita yang bahkan sampai saat ini Raguna cintai adalah orang lain. Raguna belum bisa melupakan wanita itu, bahkan tidak berniat melupakannya.

"Apa Daddy bisa berhenti mengatakan kalau aku ini bercanda? Apa Daddy tidak bisa melihat keseriusanku mengatakan ini? Daddy tahu, butuh keberanian besar bagiku mengatakan ini pada Daddy dan Daddy dengan mudahnya mengatakan kalau aku bercanda. Daddy bukan ayahku, tidak ada yang salah dengan perasaanku pada Daddy. Yang salah adalah pikiran Daddy yang terus mengatakan kalau aku bercanda, aku benci Daddy!" Gika berdiri dari duduknya kemudian segera pergi meninggalkan Raguna.

"Gika, kau ke mana kamu!?" teriak Raguna yang sama sekali tidak dipedulikan oleh Gika.

Faster, Daddy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang