BAB 08

5 1 0
                                    

Suara ringan sedikit serak yang menyapa pendengarannya membuat Daniel berhenti kebingungan. Berjarak kurang lebih dua meter dari tempatnya, sebuah kepala muncul dari balik celah pintu kamar. Wajah yang cukup tampan dengan kacamata baca dan rambut acak-acakan, itu yang Daniel tangkap.

“Ehm, halo, kau bisa memanggilku Daniel saja, aku juga murid di sini, kok.” Sungguh, Daniel ingin menjadi siswa biasa saja selama di sekolah kekaisaran ini. Sangat lelah untuk berpura-pura dan berbicara seperti Prince Daniel yang asli, padahal Prince Daniel juga kadang berbicara secara non-formal padanya.

“Itu tidak sopan, tapi baiklah. Apa kau membutuhkan bantuan, ... Daniel?”

Sedikit canggung, tapi jika yang bersangkutan sendiri yang meminta, apa boleh buat.

“Kucingku tidak ada di kamar, apa kau melihatnya?”

“Kucing magis yang tadi kau dapatkan? Aku melihatnya, tepatnya dia baru saja mencuri kue terakhirku,” jawabnya sambil cemberut.

Kenapa begitu menggemaskan? Jika Daniel tidak ingat mereka sama-sama pemuda jangkung, mungkin dia sudah lari untuk menguyel pipinya. “Hehe, aku akan menggantinya nanti. Lalu sekarang, apa kau tahu mereka, ah, dia ke mana?”

“Aku pikir dia ke bawah? Dia bilang dia kelaparan tapi kau terus tidur seperti babi yang kekenyangan.”

Daniel tidak marah padanya, tenang saja, hanya saja kenapa dia mengatakan itu dengan sangat polos? Sepertinya dia benar-benar menerapkan aku juga murid di sini pada Daniel.

“Bisa kau mengantarku ke bawah? Aku tadi tidak memperhatikan dengan baik saat kemari,” pinta Daniel pada pemuda itu.

Pemuda itu mengangguk dan meminta Daniel untuk menunggunya berganti baju. Daniel baru ingat dia belum berkenalan, bahkan pemuda itu sedari tadi hanya menjulurkan kepalanya melalui celah pintu. Pemuda yang aneh.

Namun, saat Daniel melihat sosoknya secara jelas, dia pikir dia juga akan melakukan hal yang sama jika berada di posisi pemuda itu. Jangkung, tampan, fashion yang cukup bagus, ditambah piercing unik di ujung telinga Elf-nya.

Sayangnya pemuda ini berjalan dengan menunduk dan memakai kacamata baca yang cukup tebal.

Keduanya memasuki lift yang ternyata ada di ujung kiri.

“Hey, kita belum berkenalan. Aku Daniel, seperti yang kau tahu. Siapa namamu?” tanya Daniel mengulurkan tangannya pada pemuda di sampingnya itu.

Sejenak pemuda itu hanya memandang tangan Daniel dan wajahnya bergantian. Apakah perkenalan di sini berbeda?

Namun, tidak lama untuk pemuda itu membalasnya secara ragu. “Steve.”

Satu menit Daniel menunggu, dan hanya itu yang dia dengar. “Steve? Hanya Steve?”

“Iya, aku yatim piatu. Masuk ke sini dengan seleksi nasional. Oh, aku juga mencari uang dengan menjual kue dan biskuit. Jika kau ingin mencoba, aku bisa memberikan tester gratis!”

Haha, semangat marketing yang bagus. Namun tidak, Daniel harus menemukan kucingnya dulu untuk bisa menikmati apa yang dijual Steve ini. Setidaknya informasi ini lebih dari cukup agar mereka menjadi teman. Apalagi mengingat kamar mereka yang bertetangga.

Mereka mengobrol dengan ringan dan Steve memberitahukan setiap tempat di gedung asrama ini pada Daniel.

“Kau sepertinya sudah hafal letak semua tempat di sini?”

“Aku tinggal di sini sejak dua minggu yang lalu. Panti asuhan itu ... tidak mau menunggu lebih lama jadi mereka segera mendaftarkanku untuk memasuki asrama.”

Nap of A StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang