BAB 11

2 1 0
                                    

"Ambil sisi positifnya, kita tidak perlu canggung dan bisa bekerja sama di kelas pelatihan lapangan. Aku dengar di sana kita hanya bisa mengandalkan kekuatan kita."

Daniel berhenti menyuapkan kue ke dalam mulutnya hanya untuk menampar bahu Terry. "Tidak bisakah kau tidak membicarakan itu? Jika kita tidak memiliki kekuatan, lalu apa? Apa lagi yang bisa kita lakukan selain kerja sama?"

"Kau bisa mengatakan semudah itu. Tapi apa kau tidak tahu? Dua teman kita ini bisa dibilang korban bully, tidak mudah bekerja sama jika mereka bahkan tidak bisa membela diri sendiri."

Kamal tidak salah, tapi mengatakan itu di depan keduanya langsung sedikit tidak benar. Steve dan Ben juga tidak berharap mereka menjadi korban bully. Untuk kasus Ben, ini terjadi sejak dia memasuki keluarga Ossismo, semuanya karena Bertha melihatnya seperti anak perempuan. Memang belum ada kasus pem-bully-an pada Ben sejak dia masuk ke asrama atau sekolah ini, tapi tidak perlu waktu lama karena sebentar lagi mereka akan masuk sekolah seperti jadwal.

"Hei, Daniel, teman-temanmu memang bodoh, miaw. Kau juga bodoh, miaw," celetuk Snowie tiba-tiba.

Daniel kira kucing sombong itu sudah tidur, siapa yang menyangka dia masih bangun mendengarkan percakapan mereka?

"Kucing, jika kau hanya bisa menghujat, aku akan mengulitimu seperti babi!"

"Kau selalu mengancamku, miaw! Kalian itu memang bodoh, miaw! Kenapa tidak memakai alat pendeteksi kekuatan saja, miaw?!"

Kelimanya mengernyit mendengar suara cempreng Snowie.

"Percuma, aku sudah mencobanya dan itu tidak berhasil," ucap Terry mengingat masa kelam itu. Benar-benar menyedihkan bahwa dia menjadi hal tak berguna saat terpilih menjadi pewaris. Yah, itu menurutnya.

Snowie dengan masam bangkit dari acara tidurnya dan mendekati mereka. Daniel melihat kucing itu mendekatinya dan akan mengangkatnya jika saja dia tidak menggigit brutal gelang yang ia pakai.

"Bangun pohon tua! Bangun, miaw!"

"Hey kau bisa merusaknya Snowie!"

Daniel tidak bisa menarik tangannya. Snowie dengan kuat menggigit pilinan gelang itu hingga pergelangan tangan Daniel memerah karena gesekan dari gelang.

Keempat pemuda lainnya hanya bisa diam memandang bingung pada keduanya. Hingga empat pasang mata itu menangkap hal janggal dari gelang yang Daniel pakai. Pilinan gelang itu merenggang dan merambat melilit Snowie, mencekiknya dan menampar wajah penuh bulu itu.

Bukan hanya itu, kini terdengar suara asing yang saling bersahutan.

'Kucing busuk sialan!'

'Kapan terakhir kali kau gosok gigi, hah?!'

'Mulutmu penuh dosa bodoh!'

'Aku akan mencincangmu kucing busuk!'

'Babi berbulu sialan! Aku akan memanggangmu!'

Cukup lama seluruh umpatan dan adegan berdarah berlangsung. Saat itu berakhir, Snowie hanya bisa tergeletak dengan tubuh yang tak bisa digerakkan. Beberapa tempat di tubuh kucingnya kehilangan bulu hingga menjadi pitak, belum lagi hidungnya yang merah bengkak seperti tersengat lebah. Sementara kelima pohon itu kini berdiri dengan ukuran pohon muda di depan Daniel. Daun-daun berbentuk bulan dan bintang mereka melambai cantik seolah bergoyang.

"Aduh sakit, miaw. Babu jelek, kau harus membawaku untuk perawatan besok, miaw."

"Itu salahmu membuat mereka marah, Snowie. Ayo berdiri, lebih baik kau jelaskan saja daripada membuat keributan."

Nap of A StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang