Apa yang lebih buruk dari penghuni lantai 12 yang tidak memiliki kekuatan? Jika kalian berpikir kelimanya akan saling menjauh setelah perayaan ulang tahun Daniel, salah! Takdir sangat kejam!
“Baik, silakan berkelompok dengan teman sebangku kalian. Saya minta tugas ini kalian selesaikan nanti sore. Salah satu bisa menemui saya di kantor untuk menyerahkan hasilnya.”
Tanpa pamit untuk mengakhiri kelas, seorang guru yang merupakan ras Penyihir keluar dari kelas secepat kilat.
Daniel menatap ke samping kirinya, Steve dan Terry. Lalu di samping kanannya, Ben dan Kamal. Apakah dia boleh mengutuk sistem tempat duduk di sekolah ini? Siapa yang punya ide untuk menempatkan lima orang dalam satu meja panjang? Siapa?! Katakan pada Daniel!
“Terry, kau bisa mengerjakan tugas ini?” tanya Ben memecah canggung mereka.
“Tidak. Ini terkait mantra jarak jauh dan kekuatan dari ras Tulang.”
Yah, inilah kesialan mereka. Duduk bersama, dengan lima ras berbeda. Ini tidak adil, kenapa tempat duduk lain hanya ada dua atau tiga ras saja? Kenapa hanya mereka yang terkena kesialan ini?
“Bagaimana jika kita diskusikan di asrama saja? Kita boleh, kan?”
Mereka mengangguk dan mengikuti Steve keluar dari kelas. Sepanjang koridor mereka menjadi pusat perhatian, walaupun itu secara diam-diam. Bagaimana tidak? Lima orang yang menarik dan tampan, ditambah mereka adalah hot topic. Satu, seorang pangeran kekaisaran. Dua, seorang pewaris keluarga Isefell dari Fallen Angel. Tiga, seorang pewaris keluarga Wishter dari Penyihir Putih. Empat, anak angkat keluarga Ossismo yang disalahpahami. Lima, satu-satunya siswa ter-bully dengan masa lalu kelam.
Sejak hari pertama sekolah dimulai, kelimanya tidak pernah berpisah dan selalu menjadi pusat perhatian. Entah karena mereka berisik atau karena tingkah mereka.
Tolong jangan salah paham terhadap mereka. Walaupun di awal kelimanya terlihat sangat canggung atau tidak bisa menjadi teman, waktu beberapa hari di asrama sudah cukup membuat mereka berbagi sel otak. Abaikan soal kata-kata Steve tentang kepercayaan, bahkan tanpa kepercayaan mereka akan selalu saling membutuhkan.
Tidak perlu mengungkit hari pertama atau hari-hari sebelum masuk sekolah. Lihatlah kelakuan mereka kali ini, rencana untuk pulang ke asrama dan mengerjakan tugas harus terhalang.
“Kiri! Yang sebelah kiri!”
“Jangan dengarkan dia! Ke kanan! Itu di kanan!”
“Kiri! Matamu buta, hah?!”
“Kau yang buta! Jelas-jelas itu di kanan!”
“Yah! Berhenti berdebat! Kalian saja yang naik!”
Daniel meringis saat Steve melompat dari pohon dan memarahi Ben juga Kamal. Ini idenya saat melihat banyak buah apel yang matang di pohon itu, tapi yang bersemangat adalah keduanya. Steve juga mau saja saat disuruh untuk memanjat, padahal Steve baru saja melepas kacamatanya karena lelah dan pusing, jadilah dia tidak bisa melihat dengan jelas buah mana yang sudah matang atau belum.
“Huh, seandainya kita tidak usah memanjat, kenapa juga pohon ini sangat tinggi?”
“Iya, jika kau bisa mengendalikan tumbuhan maka ini mudah. Tapi tidak ada ras di sini yang bisa–“
“Aduh!” pekikan Daniel membuat empat pemuda lainnya menengok. Terry membuka sedikit mulutnya melihat beberapa buah apel yang jatuh di sekitar mereka. Semuanya merah dan matang.
Lupakan penjelasannya soal ras yang bisa mengendalikan tumbuhan, lebih baik mereka segera mengambil buah-buah ini lalu pergi.
“Hey Daniel, apa yang kau lakukan sampai buahnya jatuh?” tanya Kamal memakan satu apel itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nap of A Star
Fantasy[PROSES TERBIT] 💙💙💙💙💙 Niel hanya seorang pelajar yang bahkan tidak ingin hidup lagi, tapi seekor kucing odd eye membawanya pada dunia yang berbeda. Di sana ia memiliki kekuatan aneh, juga misi membangunkan bintang yang tertidur. Inspiration by...