BAB 14

4 1 0
                                    

“Aduh sakit! Bisakah kau lebih pelan?!”

“Pelan kau bilang?! Coba kau berada di posisi kami! Panik mencarimu sampai harus masuk ke kolam lagi! Kau tahu, bahkan Steve hampir mati karena menolongmu!”

Kamal menunduk mendengar omelan Ben. Ini salahnya, tapi tetap saja dia tidak suka saat Ben menyalahkannya begini. Dia sadar, dan tidak perlu orang lain untuk mengatakan itu di depannya.

Di sisi lain, Ben tidak bisa untuk tidak terus mengomel. Teman mereka hampir mati karena kecerobohan Kamal yang entah bagaimana bisa terjebak di saluran air kolam. Saluran itu cukup besar dan berada di dinding mengarah ke sungai. Saluran ini biasanya digunakan untuk mengisi air kolam setelah pengurasan. Karena sudah lama tidak dirawat, pintu teralis besi yang menyaring kotoran itu macet setelah Kamal masuk.

Terry yang menemukannya dahulu, tapi dia tidak begitu kuat untuk menarik agar pintu itu terbuka. Maka dari itu Steve menguatkan dirinya dan bersama Daniel berusaha mengeluarkan Kamal. Mengingat ketakutan Steve, tepat setelah dia mengerahkan seluruh tenaganya dan pintu terbuka, dia pingsan.

Jadi, di sinilah mereka sekarang. Kamar ke-enam.

Ben mengobati lengan dan bahu Kamal yang memar saat berusaha membuka pintu teralis. Sedangkan Daniel dan Terry sibuk mengganti baju Steve dan berusaha membuatnya sadar. Dengan bantuan Snowie mereka bisa mencapai asrama tanpa kendala apa pun.

“Ben, berhenti mengomel. Kita harus mendapatkan Embun Salju untuk menyadarkan Steve.”

Ben membelalak mendengarnya. Embun Salju membawa aroma yang menyegarkan dan bisa mengendurkan otot yang tegang. Fungsi lainnya, itu membawa oksigen bersih untuk penderita sesak, membersihkan paru-paru lebih tepatnya.

“Apakah terjadi sesuatu pada paru-parunya?” tanya Daniel pada Terry.

“Tidak, mungkin sedikit kemasukan air. Tapi kita tetap butuh supaya tubuhnya rileks. Ototnya dan sarafnya sangat tegang dan itu menghambat aliran darah ke otak sehingga dia masih tidak bisa sadar.”

Ini membuat Terry hampir gila. Mereka tidak punya obat yang memadai, trauma ringan Steve juga ternyata tidak seringan yang dia bayangkan. Dia menolak usulan Daniel tentang memanggil dokter melalui Paman Silva, itu bisa membuat mereka ketahuan!
Lebih lagi, Terry merasa bersalah karena tidak cukup kuat.

“Hah, kalau kita punya orang yang bisa mengendalikan tumbuhan, kita bisa minta dia untuk menumbuhkan pohon Anggrek Beku,” ucap Kamal terdengar putus asa.

Anggrek Beku adalah tanaman penghasil Embun Salju. Kecuali para Elf atau Penyihir, tidak ada yang bisa mendapatkan sumber daya dari tanaman itu. Untuk bisa menumbuhkan Anggrek Beku pun adalah kesulitan, butuh lima tahun penuh sampai Anggrek Beku mencapai usia matang.

Di sudut sofa, Snowie hanya bermalas-malasan sambil menjilati kaki berbulunya. Dia tahu, tapi dia tidak akan mengatakan apa pun.

Di sisi lain, Daniel benar-benar cemas. Di permukaan dia terlihat cukup tenang, tapi hati dan pikirannya tidak. Adegan di mana Prince Daniel terbaring di pelukannya berseliweran, rasa dingin saat dia menyentuh kulitnya pun dia rasakan saat tangannya menggenggam tangan Steve. Apakah adegan itu akan terulang? Apakah dia akan kehilangan lagi?

Jika saja, Anggrek Beku itu bisa tumbuh sekarang juga.

“Ah! Apa ini?!”

“Hei! Ini Anggrek Beku! Oh lihat, dia matang!”

Pekikan Kamal dan Ben memecah lamunan Daniel. Terry lebih sigap, dia langsung turun dari ranjang dan mendekati dinding yang memiliki gambar formasi itu. Terlihat jelas di tengah formasi tumbuh anggrek dengan bunga besar berwarna biru. Samar-samar di sekitar bunga itu terdapat lapisan uap tipis yang dingin. Saat Terry mengulurkan tangannya, bunga itu bergoyang pelan dan memuntahkan cairan menyerupai gel beserta serat-serat tipis yang dingin.

Nap of A StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang