CHAPTER 1

557 37 4
                                    

Rumah yang terlihat mewah dari luar terlihat dingin di dalam. --Nn

•••

*
*
*

Kata sebagian orang, rumah yang terlihat mewah dari luar terlihat dingin di dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kata sebagian orang, rumah yang terlihat mewah dari luar terlihat dingin di dalam. Tapi menurutku itu tidak benar. Buktinya, rumah yang kini aku tinggali tetap selalu terasa hangat berkat keempat abang yang aku miliki. 

Meski sosok mama sudah pergi dan sosok papa selalu sibuk dengan pekerjaannya, aku tidak pernah sedikitpun kekurangan kehangatan dan kasih sayang.

Abang - abangku selalu memberi kehangatan dan kasih sayang itu lebih dari cukup kepadaku. Kami berlima, anak - anak dari papa Jo selalu menyayangi dan mencintai satu sama lain.

"Ini udah bener belum sih, udah rapi kan ya?" Cia bertanya pada dirinya sendiri. Ia sedang sibuk menatap kaca besar dihadapannya, ada bayangan dirinya sendiri yang sudah rapi  mengenakan kemeja putih dengan rok hitam.

Hari ini adalah hari pertama Cia mengikuti Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek).

"ADEK UDAH BELOM?? LAMA BANGET." Suara abang pertamanya sudah mengelegar dari sisi ruang tamu.

"Bocil buruan! Lo mau telat hari pertama?" Suara bass yang melengking ketika berteriak, dari abang keempatnya juga mulai mengintrupsinya.

"Iyaaaaaaa, sebentarr!" Cia buru - buru mengambil tas dan beberapa atribut yang perlu ia bawa.

"Cepetan dih, udah siang ini bocil!" Kini suara dari abang keduanya terdengar.

"Iyaa, sabar sih! Ini juga lagi jalan." Cia berlari kecil menuruni tangga.

"Hati - hati adek, gak usah lari gitu nanti jatuh." Suara tenang dari abang ketiganya selalu membuat Cia kembali memasang senyumnya, tidak seperti ketiga abang lainnya yang selalu saja membuatnya sedikit emosi.

"Emang ya, cuma abang Arthur yang ngertiin aku. Kalian bertiga mah bisanya ngomel mulu." Protesnya.

"Idih, dibilangin udah siang juga! Mau lo telat, terus dihukum?" Jun melirik tajam kearah Cia sebelum ia berjalan kearah dapur.

"Kan ada abang Arthur sama abang Travis. Mereka kan panitianya, ya kali mau ngehukum adeknya sendiri."

"HEI!! Enak aja lo mau menyalah gunakan abang lo ini."

"Jadi abang rela kalau aku dihukum? Gak mau nolongin gitu? Aku adek kesayangan kamu lho bang kalau lupa." Cia menatap tajam kearah Travis.

"OGAH!"

"Sumpah ya bang Avis, gue benci sama lo! Gue gak butuh dibelain sama lo! Toh masih ada bang Arthur yang bakal belain gue tanpa gue minta sekalipun. Iya kan Abang?" Cia melempar senyum semanis mungkin kearah Artuhur setelah sebelumnya menatap tajam lagi dan lagi kearah Travis.

RODRIGUEZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang