CHAPTER 6

308 24 1
                                    

Jun meletakkan bekal yang akan dibawa Cia ke meja makan, ia juga membawa semangkuk bubur yang baru saja selesai ia buat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jun meletakkan bekal yang akan dibawa Cia ke meja makan, ia juga membawa semangkuk bubur yang baru saja selesai ia buat. Bubur itu Jun taruh di sisi meja dimana Travis duduk.

"Makan ini, gue ambilin obat dulu."

Travis mengangguk pelan, ia duduk dengan menyenderkan dirinya pada kursi meja makan dengan sedikit ringisan. Matanya terpejam merasakan bagian ulu hati yang terasa begitu nyeri dan tidak hanya itu saja, dadanya-pun terasa seperti terbakar.

Sakit maag-nya sedang kambuh. Kemarin nafsu makannya yang hilang karena Cia, membuat Travis tak makan sedikitpun semalaman dan akibatnya ia rasakan keesokan paginya.

"Abang Avis?" Cia yang baru saja datang dari kamar langsung duduk dimeja makan disamping Travis dengan tatapan binggung.

Panggilannya yang tak mendapat respon membuatnya sedikit khawatir. Abangnya itu memejamkan matanya dengan satu tangan berada dia area perut bagian atas.

"Abang?" Cia menepuk pelan pundak Travis.

"Em?" Travis membuka matanya perlahan kemudian menatap kearah Cia dengan sayu.

"Kenapa?"

"Gara - gara lo bocil, gue jadi kayak gini." Jawabnya lemas.

"Kok gue?!" Cia membulatkan matanya terkejut dengan tuduhan sang abang.

"Cepetan makan, Avis. Terus minum obat lo ini." Jun datang ditengah percekcoka  kedua adiknya.

"Abang Avis kenapa, abang?" Cia bertanya kepada Jun yang meletakkan sebuah botol kecil berwarna putih berisi obat maag yang biasa Travis minum.

"Maag-nya kambuh, semalem nggak makan katanya."

"Gara - gara lo bocil!" Travis melirik kearah Cia sebelum ia meraih sendok bubur yang ada di hadapannya.

Ekspersi wajah Cia seketika berubah, ia merasa bersalah. Akibat bercandanya kemarin membuat sang abang jadi sakit begini.

"Abang, maaf..."

Travis menoleh lagi saat mendengar suara parau sedikit bergetar dari adik perempuan yang duduk disampingnya. Adiknya itu sudah berkaca - kaca, sekali saja berkedip air mata yang menggenang akan terjun bebas ke area pipinya.

"Iya, dimaafin. Udah ah, gak perlu pakek nangis segala." Travis tersenyum lembut sambil mengusap pucuk kepala Cia dengan lembut.

"Cia minta maaf, abang. Janji besok gak akan gitu lagi. Maaf, udah bikin abang Avis sakit." Cia mengusap matanya yang berair.

"Iya, abang udah maafin. Gih sarapan, keburu telat nanti kekampusnya."

Cia mengangguk lesu, ia dengan malas memakan sarapan buatan Jun yang sudah berada dihadapannya.

"Makan yang bener, Avis!" Jun menegur Travis yang terlihat malas - malasan menyendok bubur yang ada dihadapannya.

Yang mendapat teguran malah membekap mulutnya kemudian berlari ke kamar mandi yang tak jauh dari dapur.

RODRIGUEZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang