Chapter 10. Penyebabnya adalah masa lalu

188 26 8
                                    

TO BE OR NOT TO BE
.
.
.
.
.
Golden Maple
°•°•°•°•°•°•°•°•°
Di sebuah rumah yang begitu gelap tanpa satu pun lampu penerang. Seseorang tengah terbaring lemah dengan napas yang terasa mencekik. Wajahnya telah dipenuhi dengan percikan darah dan bagian dada telah meluber air kental berbau anyir berwarna merah. Sedang di depan pria itu ada pria lain yang tengah berjongkok menatapnya.

Pisau penuh darah di letak di pipi pria yang telah mencoba ingin berbicara tersebut. Pandangan pria ini menatap satu titik dalam bilik kamar. Seperti meminta pertolongan pada seseorang.

"Ho----ho----hoseok-ah. Ap---pa dowajwo eughhh."

Pria ini bangkit dan akan mengecek apa yang dilihat manusia sakaratul tersebut. Yang sebenarnya dilihat dalam bilik tersebut ialah; Jung Hoseok yang bersembunyi di balik pintu. Anak berusia 12 tahun itu menutup mulutnya dengan tangan agar tidak ketahuan.

Uhuk! Uhuk!

"Appa kau di mana?"

Hoseok terkejut. Ia mendengar suara adiknya di luar.

"Mmm, Ahjussi? Kenapa kau di sini?"

"Ahh, Yoongi-ya, Paman merindukanmu. Bagaimana kabarmu?" tanyanya dengan lemah lembut lalu pria itu berjongkok di hadapan Yoongi yang kala itu masih berusia 5 tahun.

"Baik. Ahjussi, apa kau lihat Appa?" Pria itu menampilkan wajah sedihnya dan memeluk tubuh mungil itu. Yoongi dapat dengan langsung melihat sang ayah yang mengulurkan tangannya.

"K-k-k-ka!" (Pergi)

"Mianhae, Yoongi-ya, tapi ayahmu ingin mengakhiri hidupnya sendiri. Ikutlah dengan Paman. Paman akan menjagamu, hm?"

Yoongi menangis saat tau ayahnya terluka cukup parah. Orang ini, yang berada di depan Yoongilah yang melukai. Pria yang bekerja-sama dengan ayahnya. Seorang Mafia paling berkuasa di Seoul. Kembali Yoongi dipeluk untuk mencoba menenangkan bocah tersebut.

Tar!

Eukh!

Sebuah pot batu dipecahkan di atas kepala pria itu. Tentu oknum tersebut langsung ambruk sambil mengerang memegang kepalanya. Tangan si pucat langsung ditarik dan dibawa lari oleh sang kakak. Menuruni tiap anak tangga walau Yoongi telah menolak dan menjerit meminta ayahnya. Hoseok tetap memaksa sang adik mengikuti langkahnya untuk keluar dari rumah itu.

Gemuruh dan kilapan langit hadir di sela-sela kegelisahan Hoseok yang mengajak adiknya pergi. Pria ini amat sangat marah dan menggenggam pisau. "Aku akan membunuhmu---Jung Hoseoook!"

Teriakan itu menggelegar di segala sudut rumah. Sementara Hoseok dan Yoongi telah keluar dari rumah mereka dan masuk ke dalam hutan. Di sebuah rumah yang terpencil. Walau besar dan megah, tapi sudah rawan karena dihinggapi pembunuh berdarah dingin. Di tengah hujan lebat dan gemuruh petir, Hoseok berhenti pada sebuah pohon besar.

Melepas genggamannya dan meringkuk menangis. Hoseok menjadi saksi segalanya. Semua yang dilihatnya barusan seperti mimpi buruk. Apa yang bisa dia lakukan di usia terbilang muda ini? Selain bisa bersembunyi tangan melihat kejahatan.

"Aaaaaaaaa!" Hoseok menjerit sejadi-jadinya, di antara rintikan hujan.

"App-----paaaaa!" -Yoongi.

Anak 12 tahun ini menoleh pada adiknya. Ia pun menggenggam tangan dingin itu. Bibir Yoongi terlihat pucat pasih, Hoseok pun memeluk sang adik dengan dekapan yang erat. Mendinginkan jiwa yang gelisah tersebut.

"Yoongi-ya! Jangan menangis. Kita bisa menghadapi ini, hm?" Yoongi menggeleng.

"Yoongi mau Appa."

To Be Or Not To Be [VHOPE] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang