Chapter 22. Rumitnya masalah

156 32 8
                                    

TO BE OR NOT TO BE
.
.
.
.
.
Golden Maple
°•°•°•°•°•°•°•°•°
Jungkook mendatangi Yoongi dan memegang tangannya. Mengutarakan rasa yang dipendam. "Aku berterima-kasih padamu. Karena kaulah aku masih bisa hidup. Sebenarnya ...." Jungkook memotong ucapannya sendiri dan menatap semua orang di sana.

"Waktu itu aku pulang dengan perasaan kacau. Di Swiss aku mencoba mengakhiri hidupku. Namun aku juga takut mati. Klien menolak bekerjasama dengan perusahaanku. "

"Perusahaanku di ambang kehancuran, tapi ini tidak diketahui kakakku. Aku masih merahasiakannya bahkan sampai saat ini."

"Kakakku sangat keras, aku juga tidak ingin depresi karena omelannya. Aku pulang ke villa dengan niat untuk istirahat, tapi malah melihat kekacauan dan berpikir, villaku dimaling. Tapi nyatanya aku diculik. Seperti kabar buruk dan baik datang bersamaan."

"Saat mengetahui kalian ingin menenangkan diri. Aku sengaja terus mengikuti kalian. Dan terima kasih, mau terus menerimaku. Maaf jika mungkin aku lancang. Tapi kulakukan ini untuk berterimakasih. Aku tidak ingin bayi itu hidup tanpa ayah. Bagaimana jika nanti dia akan pertanyakan bagaimana dia bisa ada? Bukankah anak akan pertanyakan itu kelak?"

Yoongi yang mendengar itu melepas pegangan Jungkook dan pergi masuk ke kamarnya. Di sana tentunya dia menangis. Ucapan Jungkook benar. Anak ini kelak akan mempertanyakan asal-usulnya.

"Jimin-ah, aku harus bagaimana? Aku tidak sanggup menjalaninya tanpamu hiks!"

Di ruang tengah. Masih saling bertatapan tiga manusia itu. "Jadi kau mengikuti kami untuk ketenangan?" tanya Hoseok. Jungkook menganggukinya.

"Sekarang kesulitanmu sudah reda 'kan? Pergilah! Jangan urusi kehidupan kami lagi. Walaupun kau menikahi adikku dan menjadi ayah anak itu. Takkan bisa bagimu menutupi semuanya dengan mengatakan kau ayah kandungnya. Karena kau bukanlah ayahnya."

"Aku tau. Tapi aku kasihan pada Yoongi. Dia menjalani kehidupan sulit pasca mengandung sendirian. Bukankah terlalu berat bagi pria untuk hamil?" Hoseok dan Taehyung tertegun.

"Aku tidak tau. Aku tidak merasakannya," ketus Hoseok jujur.

"Huftt! Tapi aku tau posisi itu. Sangat berat hidup sendirian dan mengurus anak seorang diri nantinya. Apalagi di tengah kesibukan kalian sebagai para pembunuh."

"Kau pria yang perhatian," puji Taehyung. "Tapi sayang. Kau sudah salah bicara sejak awal. Jika kau katakan kau mencintai Yoongi dan mau menikahinya. Pria itu pasti akan memikirkan ke depannya. Tapi kau malah mengatakan kau hanya ingin menjadi ayah dari anak itu saja," tambah Taehyung.

"Kau ini bicara apa?! Walaupun dia mengatakannya, Yoongi tidak akan meluluh. Jimin, hanya Jimin yang bisa diterimanya setelah sekian penolakan. Kau pikir Yoongi orang yang mudah tersentuh? Kau salah jika menganggap itu hal sepele," kecam Hoseok kepada Taehyung.

"Bahkan pria malang itu menunggunya sejak 8 tahun. Hanya membalikkan telapak tangan yang mudah dilakukan," gerutunya kesal.

"Dia sama seperti kakaknya. Keras kepala. Tapi aku tetap cinta," sahut Taehyung.

"Itu artinya setelah aku, kau tidak akan mendua, hmm?" goda Taehyung yang langsung dapat tendangan di tulang keringnya. Spontan Taehyung hampir keceplosan menjerit sebelum ia menutup mulutnya rapat-rapat. Wajahnya merah padam menahan sakit.

"Kau!" Tunjuk Hoseok pada mata Jungkook. "Apapun alasanmu saat ini. Pergilah! Kau tidak punya harapan di rumah ini!"

Hoseok kembali ke mejanya untuk berkerja. Jungkook pun akhirnya berlalu dan mengumpulkan segala pakaiannya. Lalu kembali datang setelah selesai berkemas.

To Be Or Not To Be [VHOPE] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang