Chapter 3 : Camilo

951 137 7
                                    

Okay, waktu berjalan cepat. Sekarang aku sudah mendapatkan kamarku sendiri.

Malam ini, anak bungsu Tía Pepa dan Tío Felix akan mendapatkan Karunianya. Aku ingin melihatnya namun aku juga malas keluar. Tapi kurasa aku harus melihatnya. "Ugh hush hush sana rasa malas"

"Oke agar rasa malas ini tidak kembali, apa yang harus ku lakukan?" Setelah berpikir keras, aku memutuskan untuk pergi keluar dan membantu orang-orang menyiapkan upacara pemberian Karunia nya Antonio.

"(Name), bisakah kau berikan kilauan mu disekitar sini?" Dolores menunjuk ke arah pintu Antonio. Oh? Kalau tidak salah, Karunianya pendengaran? Jadi kurasa tak heran kalau dia mengetahui nama beserta Karunia ku.

"Tentu." Aku menggenggam tanganku dan melepaskannya perlahan, lalu keluar kilauan-kilauan bagai percikan emas dari tanganku.

"Terimakasih!" -Dolores

"No problem, Dolores!" -(Name)

Dan sekarang aku melihat Camilo yang juga sedang membantu orang-orang, oh? Dia menyadari keberadaan ku? Aku melambaikan tanganku dan tersenyum tipis. Melambaikan tangan dan tersenyum tipis itu sudah cukup kan?

"Kau tahu? Ini ketiga kalinya kita bertatap muka. Tidak nyaman rasanya kalau kita tidak saling mengenal satu sama lain. Aku Camilo. Camilo Madrigal. Kau?" Camilo mendekatiku dan menarik tangan kananku lalu menciumnya.

Tanpa kusadari, bola-bola api muncul disekitar kepalaku. "Um maaf sebelumnya, Señorita? Kurasa kepalamu mengeluarkan bola api dan sekarang semakin banyak."

Aku segera menoleh kebelakang dan berusaha mengusir bola-bola api itu.

"Kau salah tingkah hanya karna aku mencium tanganmu?" Camilo berbisik ditelinga kananku selagi aku belum berbalik. Aku segera menyentuh telinga kananku dan dia menyeringai seperti biasanya.

"Diamlah! Aku belum pernah bersentuhan dengan lawan jenis sebelumnya! Wajar jika aku salah tingkah kan!?" Aku berjalan menjauh darinya, Camilo membuntuti ku dibelakang, "Benarkah? Jadi aku yang pertama?"

"Yah, kurasa." -(Name)

"Tapi aku tidak puas hanya dengan pertama." Camilo menyamakan barisan denganku,

"Apa maksudmu?" Aku menaikan satu alisku dan bertanya padanya.

Dan ini kesekian kalinya, dia menyeringai kepadaku. "Aku ingin menjadi lawan jenis pertama menyentuhmu dan terakhir." Lagi-lagi dia berbisik di telingaku, namun kali ini bedanya adalah telinga kiriku.

"Diamlah, dasar bocah freak!" Bola-bola api kembali muncul menyelimuti kepalaku. "Haha! Kau salah tingkah lagi!"

"Berhenti menggodaku!" -(Name)

"Kau sangat imut saat kau salah tingkah jadi ku pikir aku harus mengulangi nya lagi." -Camilo

"Dan kau belum menjawab pertanyaan ku tadi, Señorita." Ah aku hampir lupa. "(Name) Algaritha."

"Nama yang indah. Tapi aku lebih suka memanggil mu dengan sebutan Hermosa" Ugh dia berusaha menggodaku lagi. "Terserah" Aku sudah malas menanggapi Camilo jadi aku memilih untuk mengabaikannya.

Tak lama, ada segerombolan anak kecil yang menghampiri Camilo dan mengerumuni nya bagai semut yang mengerumuni gula.

Camilo menghibur anak-anak itu dengan berubah menjadi beberapa wujud. Dan aku hanya menunggu nya. Sejujurnya aku tidak terlalu suka dengan anak-anak jadi yah.. semoga kau mengerti.

"Maaf menunggu lama, Hermosa" Camilo menghampiri ku, sepertinya dia sudah selesai dengan urusannya. Kami kembali berjalan, "Kau suka anak-anak?" Tanyaku.

"Lumayan. Tapi sejujurnya sejak dulu aku ingin punya anak sendiri. Hey Hermosa ayo buat. Aku ingin 10"

What?! Apa dia sudah kehilangan akalnya!? Dan juga kalau ingin membuat anak kan harus.. ARGH APA YANG KU PIKIRKAN.

"Wow wow wow, sepertinya aku membuatmu salah tingkah sekaligus marah ya? Ada kembang api di atas kepala mu sekarang." Camilo berusaha mengusir kembang api yang ada di atas kepalaku.

"Itu karena kau menggodaku terus menerus." Aku menyisir rambutku dengan tanganku dan menghadap ke arah yang berlawanan dengan Camilo.

"Hey Hermosa, berapa umurmu?" Camilo tiba-tiba mengalihkan topik.

"14 tahun." Jawab ku santai.

"AP—?! 14!?" Camilo terkejut. Aku tak mengerti, mengapa dia terkejut?

"Bagaimana denganmu?" Tanyaku, dengan wajah kesal Camilo menjawab "15." Oh? Sekarang aku mengerti..

Aku lebih tinggi darinya padahal aku lebih muda. "Pfft.. Cebol" Gumamku dan sepertinya dia mendengarnya.

"Hey! Saat aku sudah dewasa aku pasti lebih tinggi darimu!" Dia merajuk? Lucunya, "Coba saja."

"Jika aku benar-benar bisa lebih tinggi darimu apa taruhanmu?" -Camilo

Apa taruhanku? Apa ya? Oh! "Aku akan menikahimu." Jawabku santai dengan maksud BERCANDA dan tidak ada KESERIUSAN dalam perkataanku tadi.

Camilo tiba-tiba diam dan berhenti berjalan. "Ada apa?" Tanyaku terheran-heran.

Tiba-tiba saja dia tersenyum licik dan berlari berlawanan arah sambil berteriak, "LUISA BAWAKAN AKU 7—TIDAK! 10 TONG SUSU SAPI, KAMBING ATAU KEDELAI PUN TAK APA!!" What—!? Sialan, dia menganggap perkataan ku serius. Ok, tenang (Name), tenang. Tidak mungkin dia dapat tumbuh tinggi dalam sekejap mata okay.

Dan aku pun melanjutkan berkeliling Casita sembari membantu orang-orang.



















































Hae Hae Hae
Maaf pendek
Atau ini cukup aja?
Cuman chapter 2 yg kepanjangan keknya
Ok udh gt aj. Bye.

My New Home【 Camilo X Reader 】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang