CHAPTER 5 GEMETAR DAN BERDEBAR

2 1 0
                                    

Pagi ini, tak seperti biasanya, ayah Dala masih ada di rumah dan menyantap sarapan pagi bersama Dala dan ibunya. Ayahnya pun masih berpakaian santai.

"Papi gak ke kantor?" tanya Dala sembari mengunyah roti bakar isi cokelat.

"Enggak, hari ini papi mau istirahat aja di rumah sama mami."

Dala melirik ke arah ibunya yang kini tengah tersenyum girang. Tak heran, ayah Dala memang jarang berada di rumah, jadi momen semacam ini cukup langka terjadi.

"Pantes aja mami senyum-senyum mulu dari tadi. Ternyata gara-gara mau pacaran berdua selagi Dala kerja," goda Dala.

"Iya dong. Masa kalah sama kamu?" ujar ibu Dala.

"Dala aja gak punya pacar."

Mendengar perkataan Dala, ayah dan ibunya kini saling tatap lalu saling mengangguk. Mereka terlihat seolah sedang melakukan telepati.

"Menurut kamu, Gerry gimana, sayang?" tanya ibu Dala.

"Gerry siapa, mam?" tanya Dala yang merasa asing dengan nama itu.

"Itu loh, anaknya om Johan yang magang di kantor papi, yang tempo hari kesini itu,"

"Oh, yang itu? Menurut Dala gak gimana-gimana sih. Emang kenapa, mam?" tanya Dala sembari meneguk habis segelas susu.

Ibunya seketika meletakkan sendok dan garpu yang tadi ada di kedua tangannya. Lalu menyerongkan posisi duduknya sehingga menghadap Dala. Ini adalah posisi khas ibu Dala saat hendak menceritakan sesuatu dengan penuh semangat. Dala tahu betul soal ciri khas ini.

"Gerry itu lulusan universitas ternama, nilainya juga bagus. Badannya tinggi, fit dan ganteng. Apalagi dia juga masih jomblo. Terus dia itu sopan, pekerja keras juga. Kamu mau gak mami jodohin sama Gerry?" jelas ibu Dala dengan penuh semangat.

"Ih mami, jaman sekarang masih jodoh-jodohan. Emangnya Dala ini Siti Nurbaya? Enggak, ah. Biar Dala cari pacar sendiri aja."

"Sayang, tapi cowok kayak Gerry itu gak banyak loh. Nanti keburu diambil orang lain," ujar ibu Dala tak mau kalah.

"Udah ya, mami. Dala berangkat ke kantor ya. Dah, mami! Dah, papi!" pamit Dala sembari mencium pipi kedua orang tuanya.

"Ehhhh, tapi... "

Belum sempat ibunya melanjutkan perkataannya, Dala sudah menghilang dari pandangan.

Pagi ini, Dala memutuskan untuk berangkat ke kantor dengan taksi online. Ia merasa masih kurang nyaman kalau harus dijemput Rei. Bagaimanapun, mereka baru saja kenal. Ia merasa tak enak kalau harus merepotkan Rei sepagi ini, terlebih karena tempat tinggal mereka berjauhan.

Dala tengah mengetik sebuah pesan yang akan dikirimkan pada Rei saat secara tiba-tiba, mobil yang ia tumpangi mengalami kecelakaan. Ada sebuah mobil yang menabrak mobil yang ia tumpangi dari belakang. Peristiwa itu terjadi begitu cepat, Dala masih dalam keadaan terkejut saat sopir taksi online menanyakan keadaannya.

"Mbak? Mbak gak apa-apa kan, mbak?" tanya sopir taksi online.

Dala tersadar dari keterkejutannya, lalu cepat-cepat menimpali, "g-gak apa-apa. Saya gak apa-apa, pak."

"Tunggu disini sebentar ya, mbak. Biar saya cek dulu," ujar sopir taksi online seraya bergegas memeriksa kondisi mobilnya.

Dala masih terdiam di dalam mobil itu. Ia berusaha mengatur napasnya yang tersengal akibat terkejut tadi. Kini ia mulai bisa mencerna situasi di sekitarnya. Ia segera mencari ponselnya yang terjatuh saat peristiwa itu terjadi. Setelah menemukan ponselnya, cepat-cepat ia memencet angka 1 pada panel panggilan cepat.

Rose: A First Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang