Beberapa hari telah berlalu sejak pertemuan terakhir Dala dengan Rei. Selama beberapa hari itu, mereka sama sekali tak bertemu. Bahkan mereka juga tak lagi mengobrol meski hanya lewat panggilan telepon. Entah apa yang terjadi. Dala sampai membaca ulang pesannya dengan Rei untuk mencari tahu kira-kira apa penyebab dari perubahan ini. Tapi sayangnya, ia tak menemukan apa-apa disana.
Kebetulan saja, selama beberapa hari itu Dala menjadi lebih sibuk karena urusan pekerjaan. Perusahaan tempatnya bekerja telah menerima beberapa tawaran kerjasama dari perusahaan-perusahaan lain, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Dari sekian banyak perusahaan yang memberi tawaran, salah satunya adalah perusahaan milik ayahnya sendiri. Dan siang ini, Dala harus menghadiri pertemuan antara perusahaannya dan perusahaan ayahnya.
Entah ini hanya salah satu dari sekian banyak kebetulan yang terjadi atau bukan, orang yang menjadi perwakilan dari perusahaan ayahnya adalah Gerry. Pertemuan itu diadakan di aula pertemuan di salah satu hotel terkenal di kota itu. Pertemuan itu berjalan selama kurang lebih 3 jam lamanya. Dan hasil dari pertemuan itu pun sangat memuaskan bagi Dala.
Semua orang telah keluar dari aula pertemuan. Kini di dalam ruangan itu hanya tersisa Dala yang ditemani Maya dan Gerry yang juga ditemani oleh asistennya. Gerry memandangi Dala seolah mengisyaratkan kalau ia ingin membicarakan sesuatu dengan Dala. Akhirnya, Dala memberikan kunci mobilnya pada Maya lalu meminta agar Maya kembali ke kantor lebih dulu. Asisten Gerry juga pergi meninggalkan ruangan itu tak lama setelah Maya keluar.
Gerry berjalan menghampiri Dala dengan langkah yang lebar dan mantap. Raut wajahnya nampak datar seperti biasa.
"Kamu ada waktu buat ngobrol sebentar?" tanya Gerry tenang.
"Iya, ada kok. Kita mau ngobrol dimana?" balas Dala yang mengira kalau obrolan mereka nantinya masih akan membahas mengenai pekerjaan.
"Di lounge hotel ini aja."
Dala mengangguk setuju. Mereka berdua keluar dari ruangan itu lalu berjalan beriringan menuju lift yang berada tak jauh dari sana. Lokasi mereka saat ini adalah lantai 3 dan mereka hendak menuju ke lantai 1. Tak lama, pintu lift terbuka dan mereka masuk ke dalamnya. Gerry menekan tombol menuju lantai 1. Saat mereka baru sampai di lantai 2, lift tiba-tiba berhenti dan pintunya terbuka. Ada segerombolan tamu hotel yang setidaknya berjumlah 6 orang, masuk ke dalam lift. Kondisi lift tiba-tiba terasa sesak dan sempit karena segerombolan orang tadi membawa tas dan koper.
Dala hampir saja terdorong jatuh karena tersenggol oleh tas besar milik salah satu tamu hotel. Untungnya, tubuh Dala berhasil ditangkap oleh Gerry sebelum hilang keseimbangan. Gerry memberi isyarat agar Dala sedikit menggeser tubuhnya ke sudut lift. Lalu Gerry membentangkan tangannya dan menumpukan kedua sikunya ke dinding lift sembari menghadap Dala, demi melindungi Dala dari desakan para tamu hotel itu.
Dalam keadaan itu, Dala baru menyadari kalau Gerry bertubuh tinggi. Padahal Dala memiliki perawakan yang cukup tinggi dibanding gadis lain seusianya dan ia sedang mengenakan sepatu hak tinggi, tapi pandangan mata Dala sejajar dengan pundak Gerry. Bisa dibayangkan berapa tinggi Gerry. Dala masih terdiam di posisi itu. Samar-samar ia bisa mencium aroma parfum dari tubuh Gerry. Aromanya sangat maskulin dan manis. Ia tiba-tiba merasa gugup tanpa alasan.
Untungnya, lift sudah sampai di lantai 1. Satu per satu para tamu hotel mulai keluar dari dalam lift. Gerry dan Dala adalah orang terakhir yang keluar. Diam-diam Dala menarik napas lega.
Mereka duduk di salah satu meja yang berada di dekat taman. Dengan sigap Gerry memesankan secangkir teh hangat. Sedari tadi Dala masih diam tak bersuara karena tak tahu harus membahas soal apa.
Setelah teh dihidangkan, Gerry akhirnya membuka suara, "kamu tau gak kalo orang tua kita mau jodohin kita berdua?"
Dala yang sedang menyesap teh dibuat terkejut dengan obrolan pembuka itu dan hampir saja tersedak. Cepat-cepat ia menaruh kembali cangkir teh itu ke meja dan duduk dengan tegap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose: A First Love Story
Roman d'amourRasa deg-degan tak biasa yang pertama kali dirasakan saat berbicara, rasa menggelitik di perut yang tak bisa dijelaskan, dan senyum-senyum kecil yang terkembang saat diam-diam mencuri pandang dari kejauhan, perasaan cinta pertama yang begitu polos...