Beberapa hari telah berselang semenjak pertemuan pertama antara Dala dan Rei. Sesekali mereka mengobrol via sambungan telepon yang berlangsung hingga berjam-jam. Banyak hal yang mereka bicarakan selama itu, mulai dari topik tentang film terbaru yang sedang tayang di bioskop hingga koki selebriti yang baru-baru ini menjadi viral di salah satu platform pemutaran video. Bahkan sekarang mereka rutin saling mengirim menu makanan yang akan mereka santap.
Seperti pagi ini, ponsel Dala berdering menandakan ada pesan masuk. Dala yang sedang fokus berdandan sebelum pergi kerja pun berhenti sejenak untuk membuka pesan itu. Ia tersenyum saat membacanya. Rei mengirimkan pesan bergambar menu sarapan paginya berupa English Breakfast.
Nice and fulfilling breakfast, as always.
Begitu isi pesan balasan yang dikirim Dala pada Rei. Ia kembali melanjutkan kegiatannya setelah membalas pesan. Dan tak lama, ia sudah siap berangkat menuju tempat kerja.
Sesampainya di tempat kerja, Dala langsung menenggelamkan diri ke dalam serbuan berkas yang keluar masuk di atas mejanya. Ia sama sekali tak membiarkan dirinya bersantai-santai, karena memang begitulah Dala, si gila kerja. Ia sampai mendapat julukan "Junior Tyrant" di departemennya.
"Maya, meeting hari ini usahakan selesai dengan tepat waktu, semakin lama meeting berjalan, hasilnya akan semakin merugikan kita. Jadi pastikan semua siap ya," ujar Dala pada Maya, asistennya.
"Baik, bu." sahut Maya yang sudah hapal dengan cara kerja Dala meski belum lama ini dia bekerja sebagai asisten Dala.
Beberapa saat kemudian, Maya pergi meninggalkan Dala untuk menyiapkan berkas-berkas yang akan mereka gunakan saat meeting. Akhirnya Dala punya kesempatan untuk bersantai sejenak. Ia meraih ponselnya dari atas meja.
Aku menantikan menu makan siangmu.
Dala mengirim pesan pada Rei. Ia menunggu sejenak dan tak lama balasan telah ia terima.
Aku juga menunggu menu makan siangmu.
Lagi-lagi Dala tersenyum saat membaca pesan dari Rei. Ada suatu rasa yang begitu asing yang dirasakan oleh Dala setiap ia bertukar pesan dengan Rei. Rasa itu tidak terjelaskan. Dala merasa hari-harinya kini begitu menarik, seperti ada yang ia tunggu-tunggu di sela-sela kesibukannya. Dan setiap Rei mengirim pesan, entah mengapa jantung Dala berdegup kencang dipenuhi antusiasme seolah sedang bersiap membuka kado misterius.
Nggak, jangan menungguku, karena aku akan menghabiskan jam makan siang di ruang meeting 😣
Tulis Dala dalam pesannya sebelum akhirnya kembali meletakkan ponselnya di atas meja dan melanjutkan pekerjaan.
Hari itu, semua berjalan lancar bagi Dala. Meeting selesai tepat waktu dengan hasil memuaskan sesuai rencana Dala. Langit sudah bersemu jingga saat ia keluar dari lobi kantornya. Ia bergegas menuju parkiran di basement saat seseorang tiba-tiba memanggil namanya.
"Dala!"
Dala menengok ke arah suara itu berasal dan betapa terkejutnya ia saat melihat sosok orang yang memanggilnya. Rei berdiri tak jauh dari sana, ia membawa bouquet mawar sembari tersenyum dan melambaikan tangan ke arah Dala.
Melihat senyum Rei, Dala merasa waktu berhenti dan semua hal di sekitarnya seperti membeku. Tatapannya hanya tertuju pada Rei seorang. Kini Rei berjalan menghampiri Dala yang tengah mematung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose: A First Love Story
RomantikRasa deg-degan tak biasa yang pertama kali dirasakan saat berbicara, rasa menggelitik di perut yang tak bisa dijelaskan, dan senyum-senyum kecil yang terkembang saat diam-diam mencuri pandang dari kejauhan, perasaan cinta pertama yang begitu polos...