Sembilan

1K 84 10
                                    

11 April tahun 2000 menjadi hari yang tak terlupakan oleh seorang lelaki yang sedang duduk sambil membaca sebuah buku. Sejak kejadian 12 hari yang lalu, lelaki dengan nama lengkap Bumi Pradipta Adiyaksa itu punya objek kesukaan baru selain kamera analognya, yaitu buku harian kekasihnya, mendiang Mentari Adiana.

Bumi selalu tersenyum saat membaca tulisan berwarna hitam itu, ia akan selalu megenang tulisan kekasihnya karena sampai kapanpun Mentari akan selalu abadi di dalam hatinya.

Bicara tentang kamera analog, hari ini Bumi akan mengambil hasil jepretannya di toko cuci film langganannya. Ia tersenyum saat mengenang kejadian tahun lalu. Ingat tidak, saat Bumi dan Mentari makan nasi goreng di malam hari? Padahal saat itu, Mentari janji akan menemaninya cuci film. Ah, tapi yasudahlah.

Bumi meletakkan buku harian itu di mejanya, kemudian ia langsung bergegas menuju tempat cuci film, ia tak sabar melihat hasil jepretannya yang mungkin sebagian besar adalah wajah sang kekasih.

Ketika ia sudah mendapatkan hasil dari foto itu, ia tersenyum puas. Hasil jepretannya memang tak pernah gagal. Banyak sekali wajahnya dan wajah Mentari di sana, ada Pemimpi, Gina bahkan Bulan.

Malam ini ia menatap foto itu sendirian, tanpa hadirnya Mentari di sisinya. Sepi, itulah yang ia rasakan. Ia juga rindu saat dimana Mentari bersandar padanya.

Bumi tertawa saat melihat salah satu foto dimana mereka berdua menonton serial populer di televisi bersama. Apalagi saat mengingat ada adegan bintang jatuh, masing-masing dari mereka berdua melontarkan permintaan yang sama tanpa mengetahui satu sama lain.

"Tar, waktu itu kemauanku bukan jadian sama Bulan, tapi aku pengen terus sama kamu, selamanya."

Ia tersenyum miring. "Kamu juga, kan? Kamu juga mau sama aku selamanya, kamu tulis di buku harianmu, halaman ke tiga puluh, aku inget. Aku inget semua hal tentang kamu."

Bumi berbicara seakan ia berbicara pada Mentari, padahal dari tadi ia hanya bisa menatap banyaknya bintang di langit.

Tak!

Bumi memukul kepalanya sendiri, ia tersadar akan hal bodoh yang akhir-akhir ini menjadi rutinitasnya, yaitu berbicara sendiri. Lebih baik ia pulang ke rumah sekarang.

Brumm... brumm...

Suara motor besar milik Bumi itu terlihat siap untuk ditumpangi, Bumi juga mengendarai motor itu dengan santai. Terkadang masih jelas rasanya saat Mentari memeluk perutnya erat, ia tersenyum saat merasakan rasa hangat itu. Kemudian kembali fokus pada jalanan.

Tin! Tin!

Suara klakson mobil itu menyadarkan Bumi, ia lantas terkejut dengan posisinya yang terlalu dekat dengan mobil itu hingga...

Brakk!

Motor itu terpental kencang akibat benturan yang terjadi, Bumi pun ikut jatuh tak berdaya di jalanan yang sepi.

Pada malam itu, 23 April tahun 2000 Bumi Pradipta Adiyaksa menyusul kekasihnya yang paling ia cintai, Mentari Adiana.

Semesta baik bukan? Menyatukan keduanya, setelah beberapa hari mereka berpisah. Permohonan mereka untuk bersama selamanya juga sudah terpenuhi.

Hidup di alam Semesta ini memang tak lepas dari rahasia-Nya.

Biarlah semesta menjadi saksi, kisah cinta mereka berdua yang abadi, selamanya.

***



















Seorang gadis dengan rambut coklat yang terurai menyirami kedua makam yang saling melengkapi. Ia tersenyum manis saat melihat kedua nama orang yang sangat berarti di dalam hidupnya.

Bumi Pradipta Adiyaksa dan Mentari Adiana.

Benar, gadis itu adalah Bulan Juliana, si manis.

"Maaf, sempat mengganggu kalian. Aku harap cinta kalian akan abadi selamanya di sana, ya."

"Di sini aku menjadi saksi kisah cinta kalian berdua."

"Selamat bertemu di kehidupan selanjutnya ya, Tar, Bum."

***

Halo, makasih banyak ya udah baca cerita ini, semoga suka ya! Maaf kalo misalnya gak dapet feel-nya atau aneh gitu, first time bikin yang begini, maaf juga kalo banyak typo, hehehe...

Kalo boleh, jangan lupa vote + comment nya juga ya! Stay safe and have a nice day all! <3

Oh iya, aku mau izin promosi cerita baruku nih, jenrina juga loh, cek di profilku yaa! See u! <3

Oh iya, aku mau izin promosi cerita baruku nih,  jenrina juga loh, cek di profilku yaa! See u! <3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semesta dan Rahasianya || JenRinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang