two

493 64 5
                                    

“ don't hide your tears, dear ”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“ don't hide your tears, dear ”

“ don't hide your tears, dear ”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.











“ kita bertemu lagi. ”

Suara monoton khas miliknya kembali menyapa setelah beberapa Minggu tidak menampakkan diri.

Keadaan yang sama, hanya saja kali ini 'tak ada noda darah yang mengotori perban putih miliknya.

“kau masih terluka?”

Sebuah gelengan lambat ia berikan.

Menunjuk perban yang melilit tubuhnya dengan telunjuk panjang dan sedikit kasar itu.

“Ini hanya kebiasaan.”

Ku perhatikan perban-perban itu kembali dengan cermat.

“Nona sendiri kenapa melilit seluruh jemari tangan indahmu dengan perban yang sama?”

Tuan di depanku kembali berucap, masih dengan nada datar dan dinginnya.

Sepuluh jari yang sepenuhnya tertutupi perban kuangkat dan menunjukkan padanya.

“Sejak kecil aku bermain piano, tapi usahaku 'tak pernah membuahkan hasil. Dan hanya menorehkan luka-luka di jariku.”

Benar. Ibu selalu memukul jemariku tiap kesalahan yang kubuat.

Tuan itu menatap lekat pada rintik-rintik hujan yang 'tak berhenti.

“Aku... 'tak pernah berhasil disemua percobaan bunuh diri yang selama ini kulakukan.”

Ku tundukkan kepalaku menatap genangan air di bentala kokoh.

“Lalu, kenapa tidak berhenti saja?”

Sekali lagi Tuan di depanku menatapku kembali.

Tatapan hampa seakan 'tak ada kehidupan yang terciprat sedikit saja pada dirinya

“Nona, menurutmu apa arti kehidupan?”



















“Nona, menurutmu apa arti kehidupan?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

²⁰/⁰³/²²

𝗽𝗹𝘂𝘃𝗶𝗼𝗽𝗵𝗶𝗹𝗲  [ ᴅᴀᴢᴀɪ ᴏꜱᴀᴍᴜ ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang