eight

241 46 8
                                    

"I hope we can be together, dear"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I hope we can be together, dear"

"I hope we can be together, dear"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Aku bersembunyi di balik pintu.
Teriakan Ibu bergetar dari dapur sampai kamarku.


Mereka kembali bertengkar, aku tidak tau apa permasalahannya.


Ku putar musik keras-keras mencoba menghalangi suara-suara mereka.


Mengubur diri di bawah selimut dengan gemetar sampai air mataku keluar tanpa izin.


Saat itu aku masih kecil untuk mengetahui apa yang selalu mereka debatkan.


Ibu yang ingin aku mengikuti jalan karirnya sebagai pianis, dan Ayah yang menginginkan aku meneruskan bisnisnya.


Teriakan-teriakan itu masih bisa kudengar dalam kepala meski kini aku berdiri di depan halte bus sendirian di tengah hujan.


Kenapa hujan selalu mengingatkanku tentang dia?


"Kau menangis lagi, Nona."


Entah kenapa suara yang kurindukan kembali kudengar setelah ia pergi tanpa kabar.


"Tuan, kenapa kau selalu datang tiba-tiba?"


Aku bisa mendengar kekehan kecilnya yang bahkan terdengar menggoda itu.


"Setiap kali Nona di sini untuk menguras air mata, aku selalu berada di belakangmu tanpa kau sadari. Nona mengingatkanku pada diriku yang lalu, di mana aku selalu menangis karena luka-luka ku."


Seorang pendengar yang baik, kah?




















Seorang pendengar yang baik, kah?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


¹³/⁰⁴/²²

𝗽𝗹𝘂𝘃𝗶𝗼𝗽𝗵𝗶𝗹𝗲  [ ᴅᴀᴢᴀɪ ᴏꜱᴀᴍᴜ ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang