"Goodbye, my dear"
Jemarinya menelusuri sela-sela jemariku, menyatukannya dan menggenggam erat.
Kunci surai kami berlambaian mengikuti alunan angin.
Puluhan meter jarak kami dengan tanah.
Riungan bel malam terdengar meski hujan menghalangi.
Manik hazelnya menatap milikku lekat.
Dahi kami bersentuhan hangat, menyalurkan kebahagiaan terakhir pada diri.
Bibirnya terbuka,
"youre my favorite person. My favorite person to look at, to listen to, to talk to, to be with, youre my favorite person to miss, to love, to be everything. youre my everything. I want to give you everything I have. I want to share my life with you. To make more lives with you, I want to make memories with you, and be sure I havent missed out on anything because all I 've wanted is you"
Genggaman kami semakin mengerat.
Tangan kirinya melingkari pinggangku semakin mendekat padanya.
Kali ini giliran ku membalas ucapan manisnya.
"Let's meet in the next life"
Kesadarannya bangkit, manik hazel terbuka indah.
Ruangan putih dipenuhi aroma obat-obatan.
Orang-orang berpakaian perawat maupun dokter berlalu-lalang mengganggu pikirannya.
"Tuan, Anda baik-baik saja? Sudah sebulan sejak Anda ditemukan."
Perawat berwajah khawatir itu bertanya ragu padanya.
Tapi jawaban yang dilontarkannya tidak menjawab perkataan sang perawat.
"Di mana dia?"
Raut para perawat dan dokter di sampingnya menunduk seakan tanpa mengatakannya, sudah terjawab.
"Begitu ya," lirihnya serak.
Tangan yang penuh perban menyentuh letak jantungnya yang berdetak normal, sementara manik hazel indah itu memandangi hamparan bunga lewat jendela besar.
"I love you and I lost you, my beloved girl."
¹³/⁰⁴/²²
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗽𝗹𝘂𝘃𝗶𝗼𝗽𝗵𝗶𝗹𝗲 [ ᴅᴀᴢᴀɪ ᴏꜱᴀᴍᴜ ] ✓
Fanfiction"ᵇᵘᵏᵃⁿᵏᵃʰ ⁱⁿᵈᵃʰ ʰᵘʲᵃⁿ ᵐᵉⁿʲᵃᵈⁱ ˢᵃᵏˢⁱ ᵖᵉʳᵗᵉᵐᵘᵃⁿ ᵖᵉʳᵗᵃᵐᵃ ᵈᵃⁿ ᵗᵉʳᵃᵏʰⁱʳ ᵏⁱᵗᵃ ᵇᵉʳᵈᵘᵃ" 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 𝐚𝐛𝐨𝐮𝐭• ·˚ ༘ ➳ 𝚔𝚎𝚍𝚞𝚊 𝚒𝚗𝚜𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚘𝚖𝚋𝚊𝚗𝚐-𝚊𝚖𝚋𝚒𝚗𝚐, 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚝𝚊𝚗𝚙𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚎𝚗𝚊𝚕 𝚗𝚊𝚖𝚊 𝚜𝚝...