" look at me, dear "
Jarum jam masih tetap berdenting.
Tuts-tuts piano terus ku tekan menciptakan nada bebas bagai burung yang berhasil mengeluarkan diri dari sangkar.
Rentetan peluru kuabaikan meski ruang besar tempatku kini bersimbah bagai samudera darah.
Gaun putih selutut yang diberikan ibu terciprat darah seseorang.
"Sangat indah, Nona."
Kali ini kami bertemu tanpa hujan yang menemani.
Kumpulan pria berjas hitam berdiri di belakangnya dengan siaga.
Puluhan penonton kompetisi piano mati terbunuh tanpa terkecuali.
Langkah kaki panjang miliknya semakin mendekat.
Tangan yang terlilit perban putih itu menyentuh permukaan piano dengan sentuhan halus.
"Nona bilang Anda tidak pandai memainkan piano meski sudah berusaha, tapi menurutku melodi yang Nona ciptakan sangatlah indah bagi seorang pendosa seperti saya."
Lirikan matanya menelisik ruang besar dengan lampu minim tempat kami berpijak.
Jemari indahnya menarik beberapa helai surai panjang ku.
Menciumnya dengan lembut sembari senyum menggoda terpampang di wajah rupawan miliknya.
"Keberatan kah jika Nona memainkan satu lagu untuk Tuan yang kesepian ini?"
³⁰/⁰³/²²
vote the story if u don't mind
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗽𝗹𝘂𝘃𝗶𝗼𝗽𝗵𝗶𝗹𝗲 [ ᴅᴀᴢᴀɪ ᴏꜱᴀᴍᴜ ] ✓
Fanfiction"ᵇᵘᵏᵃⁿᵏᵃʰ ⁱⁿᵈᵃʰ ʰᵘʲᵃⁿ ᵐᵉⁿʲᵃᵈⁱ ˢᵃᵏˢⁱ ᵖᵉʳᵗᵉᵐᵘᵃⁿ ᵖᵉʳᵗᵃᵐᵃ ᵈᵃⁿ ᵗᵉʳᵃᵏʰⁱʳ ᵏⁱᵗᵃ ᵇᵉʳᵈᵘᵃ" 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 𝐚𝐛𝐨𝐮𝐭• ·˚ ༘ ➳ 𝚔𝚎𝚍𝚞𝚊 𝚒𝚗𝚜𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚘𝚖𝚋𝚊𝚗𝚐-𝚊𝚖𝚋𝚒𝚗𝚐, 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚝𝚊𝚗𝚙𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚎𝚗𝚊𝚕 𝚗𝚊𝚖𝚊 𝚜𝚝...