four

391 40 11
                                    

Di dalam gedung tinggi menjulang, atensi pria berparas tampan itu tengah sibuk mengerjakan beberapa pekerjaan penting. Di setiap harinya akan ada tumpukan berkas, dokumen penting yang ikut memenuhi meja kerjanya dan tak ayal pula waktunya akan banyak dihabiskan untuk menumpahkan segala waktu hanya di dalam ruangan kebesaran nya.

Hingga ketukan pintu mengalihkan kefokusan, namun dia masih bergeming di tempat dan hanya menggerakkan bibir untuk berseru,"Masuk."

Tidak lama, pintu terbuka. Menampilkan sosok pria  yang kini menatap penuh ke arah seorang pria yang sibuk dengan segala kertas miliknya. Berjalan dengan santai menghampiri lalu duduk di kursi tepat berhadapan, hanya meja kerjanya sebagai penghalang.

"Aku fikir hanya sibuk mengurus wanita simpanan? Ternyata, kau juga sedang sibuk dengan pekerjaan." Seringaian nya terbit, melihat pria di depan nya.

Lantas iris yang tadinya fokus menatap layar laptop nya beralih, melihat pria yang kini masih menatap nya lekat."Kau," geramnya, terlihat kedua manik itu menyiratkan tatapan tidak suka.

"Ya! Aku, Kim Namjoon," sahutnya,"apa kau merasa terkagetkan Park Jimin?"

Tatapan mereka saling menajam, seakan kedua manik itu dapat menghunus seperti pedang yang siap melumpuhkan sang lawan."Mau apa kau kemari?"

Namjoon mendengus, pertanyaan itu membawanya menyeringaikan kembali sudut bibirnya seraya memainkan lidahnya di dalam mulut."Aku kemari tentu akan menyatakan suatu hal penting! Dan ini berhubungan dengan Jina, Istrimu," ungkapnya,"ouh tunggu! Mungkin sebentar lagi akan menjadi mantan Istrimu."

Tangan Jimin mengepal kuat di atas meja bersamaan dengan rahang nya yang menegas."Apa maksudmu? Dan berhenti omong kosong Kim Namjoon!"

"Ck! Aku juga tidak akan membuang waktuku untuk bicara omong kosong padamu. Aku sudah katakan bukan? Bahwa ini mengenai Jina dan ini akan penting."

Jimin menggebrak meja kerjanya, berdiri dengan iris tajam nya."Apa yang kau inginkan sebenarnya?"

Pertanyaan Jimin membawa tubuh Namjoon berdiri. Berjalan menuju dinding kaca besar di ikuti oleh iris Jimin yang mengekori.

"Cepat atau lambat, Jina akan mengetahui semuanya. Soal perselingkuhan mu."

"Kau tidak tau apapun dengan persoalan itu, jadi berhenti bicara yang tidak penting," geramnya.

"Dasar brengsek! Kau pikir aku akan diam saja saat kau mempermainkan perasaan wanita yang aku cintai? Tentu tidak Park Jimin! Lihat saja, aku akan merebutnya kembali dari tangan mu."

Jimin sudah tidak tahan lagi, kaki nya melangkah cepat menghampiri Namjoon lalu mencengkram kuat kerah kemeja yang pria itu kenakan. Dengan iris tajam nya juga geraman yang ia perlihatkan namun tidak membuat Namjoon gentar, dia bahkan nampak santai mendapati prilaku Jimin tanpa berkeinginan melawan, dia membiarkan itu terjadi sampai dapat di dengar nya lantunan seruan yang keluar dari bibir lawan nya.

"Aku peringatkan! Istriku tidak akan pernah pergi dariku dan aku tidak akan membiarkan nya pergi dariku, kecamkan itu!" tegasnya.

Tak henti menyeringai, Namjoon malah mendengus. Dirasanya Park Jimin sudah sangat konyol dan merugikan dirinya sendiri. Seakan menutupi semua keburukan nya dengan bersikap sebagai pahlawan dan menjadi pria manis tanpa dosa. Begitu cantik permainan pria ini.

Hanya sekali tindakan, cengkraman Jimin terlepas. Namjoon memperbaiki tatanan kemeja juga jas hitam yang ia kenakan dan tak lupa mengibaskan. Raut wajahnya nampak tenang, tidak seperti Jimin yang sudah tersulut emosi menyiratkan gundahnya diri jika saja ancaman Namjoon benar-benar terjadi.

"Aku rasa, Jina tidak akan mau menerima mu kembali saat dia sudah mengetahui kebusukan Suaminya," ungkapnya,"bermain di belakang nya, berselingkuh dengan seorang wanita club malam dan menjadikan nya sebagai seorang wanita simpanan... jangan fikir aku tidak tau Park Jimin, aku tau semuanya dan tidak akan tinggal diam."

Life After Marriage (M)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang