"Amy. Nanti Jiwon mau beli sereal cokelat dan permen gula, boleh 'kan?" Iris sang anak menatap amy nya berbinar, berharap apa yang dia inginkan terpenuhi.
Jina mendorong troli belanjaan dengan Jiwon berada di dalam nya, duduk seraya memperhatikan kesekitar tempat Jina memilih beberapa makanan yang habis.
"Boleh, tapi buat permen gula tidak boleh dari satu kemasan ya, nanti gigi Jiwon sakit," sahut Jina kemudian seraya memasukkan bumbu dapur kedalam troli nya.
Jiwon memanyunkan bibirnya. Amy nya selalu saja memberi batasan jika sedang belanja bulanan. Seperti tidak boleh makan cokelat lebih dari setengah batang, lalu permen gula yang tidak diperbolehkan memakan nya banyak. Hanya boleh makanan sehat, bergiji, sempurna. Seperti makan sayuran yang membuat Jiwon kurang suka pada makanan hijau itu.
"Kalo sereal nya beli banyak saja, Amy. Buat stok soalnya Uncle sering memakan milik Jiwon," keluhnya. Memang Jeon sering memakan milik keponakan lelaki nya ini, tidak peduli setelah nya Jiwon akan marah dan mengumpatinya dengan bibir yang menggemaskan.
"Iya, sayang. Ambil semua sereal yang Jiwon suka," tutur Jina mempersilahkan. Sereal juga bergizi, sangat baik untuk sang anak.
Dengan satu mainan mobilan nya, Jiwon asik bermain di dalam troli membuat Jina gemas sendiri dengan tingkah putra nya yang tampan. Dia selalu saja membuat Jina tambah sayang dan ingin mencubit pipi gembul nya.
"Amy, mau itu," tunjuk Jiwon pada cemilan yang berbentuk bintang.
Jina melihat kemasan sebentar, lalu menaruh di dalam trolinya."Mau apa lagi?" tanyanya.
Dengan iris yang berbinar, Jiwon memperhatikan kesekitar rak-rak besar yang di penuhi makanan ringan juga permen-permen kesukaan nya. Ingin rasanya Jiwon membeli semuanya karena dia suka manis dan suka pada cemilan banyak warna. Begitu menarik sekali dan itu membuat Jiwon ingin semuanya, andai amy nya mau membelikan.
"Amy. Satu permen gula lagi boleh 'kan?" bujuknya menatap Jina dengan lekat, iris nya berkaca-kaca.
"Sayang. Nanti jika Jiwon sakit gigi bagaimana, hm?"
"Kan, kata Uncle Dokter Hoseok, gigi Jiwon sehat."
"Iya, Amy tau. Tapi setelahnya, jika Jiwon makan yang manis-manis terus giginya bakalan tidak sehat lagi. Mau giginya nanti berlubang atau ompong seperti Ahjussi di parkiran sana, hm?"
Jiwon menggeleng, ia ingat sekali tadi saat memasuki basemant super market melihat ada seorang pria yang sudah berumur tersenyum ke arahnya namun dua gigi di depan nya sudah hilang entah kemana, sesaat membuat Jiwon bergidik ngeri.
"Tidak jadi, Amy. Satu saja kalau begitu."
Jina tersenyum tipis, kembali mendorong troli nya sampai pada suara pria yang memanggilnya membuat langkahnya terhenti dan menoleh.
"Jina." Pria itu mendekat seraya tersenyum sampai lesung pipi nya berbentuk begitu manis, dia masih sama seperti dulu ternyata, manis dengan tatapan nya yang lembut.
"Namjoon." Suara Jina terdengar samar, namun tetap bisa didengar oleh si pria.
"Ini anak mu?" tanyanya melihat Jiwon yang berada di dalam troli, melihatnya dengan ekspresi penuh tanya.
"Uncle ini siapa, Amy?"
Jina mengulas senyum nya kemudian berseru,"Dia Uncle Namjoon, teman Amy."
Ada rasa perih tatkala bibir Jina menganggap nya hanya sekedar teman, ya meski kenyataan nya begitu. Tidak ada lagi gelar kekasih karena mereka juga sudah lama sekali berpisah. Tujuh tahun lamanya dan itu tidak membuat pria bertubuh atletis itu bisa melupakan sampai sekarang. Nyatanya, Jina adalah sosok wanita yang tidak bisa dia lupa meski dengan cara apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life After Marriage (M)
Roman d'amourEnd Tentang rasa yang tidak bisa berpaling. Bersikekeh ingin memiliki namun jalan sulit terus saja menyelimuti.