Saat mobil Jimin meninggalkan pekarangan, Jina juga ikut melesak masuk menuju mobilnya. Berniat mengikuti kemana Jimin akan pergi yang tadi malam sempat ia lihat, jika pesan masuk tersebut mengatakan bahwa dia akan bertemu dengan seseorang. Untuk kali ini, Jina tidak ingin ketinggalan jejak lagi dan dia harus tau siapa sebenarnya seseorang misterius itu.
Jina sengaja tidak terlalu dekat dengan mobil suaminya takut Jimin malah curiga karena ia tau jika Jimin pasti mengenal betul mobil pribadi milik istrinya yang sekarang Jina kendarai.
Tiga puluh menit lamanya, Jina sampai di tujuan. Sebuah cafe di pusat kota dan melihat Jimin masuk kedalam tepat bertemu dengan seorang wanita yang dapat Jina lihat di dinding kaca besar sebagai penghalang.
"Siapa wanita itu?" bisiknya. Jina mulai menggebu, sudah tidak tahan sebenarnya ingin turun menangkap basah dua orang itu namun nyatanya tidak lama mereka malah keluar ruangan.
Dan bisa Jina lihat sendiri wanita itu memasuki mobil suaminya dan apa itu? Jimin membukakan nya dengan antusias di hadiahi oleh senyuman manis yang di berikan oleh si wanita. Tunggu! Jina sepertinya pernah bertemu dengan wanita itu, tapi dimana? Dia sama sekali tidak merasa asing dengan atensi wanita tersebut.
Tidak bisa memikirkan dengan baik dimana ia pernah bertemu namun saat ini Jina mengikuti mobil itu kembali sampai melaju di jalanan kota. dan sial! Jina kehilangan jejak karena lampu merah menyapanya membuat mobil nya harus berhenti.
Menunggu satu menit lamanya malah membuat Jina kesal sendiri, kenapa disaat penting begini ia harus dihadapkan dengan jebakan merah. Jina hanya butuh jalan lurus agar ia mengetahui siapa sebenarnya wanita itu, apa benar dia simpanan suaminya?
Di rogohnya ponsel dalam tas nya. Menaruh di dekat stir untung saja dia sudah menyambungkan koneksi ponselnya dengan Jimin sehingga ia dapat mengetahui kemana perginya mobil suaminya itu. Sampai hijau, dengan terburu Jina melaju memacu kecepatan tidak seperti biasa.
Bagaimana pun juga perasaan Jina tengah kalut. Melihat apa yang barusan dia lihat, suaminya dan seorang wanita. Jina tidak mungkin bisa berfikiran positif dengan semua ini.
Di berhentikan nya mobil di sebuah apartemen. Jina terperanjat, apa yang suaminya lakukan di siang ini di sebuah apartemen bersama wanita? Sudah tidak dapat di fikirkan dengan jernih lagi apalagi ia melihat sendiri mobil suaminya yang berada tepat di basemant.
"Brengsek!"
Jina mencengkram stir. Air matanya menitik detik itu juga melihat apa yang terjadi sekarang. Maniknya memerah, tidak ada kecerahan lagi dalam bola matanya melihat dia.
Park Jimin, masih berada di dalam mobilnya bersama wanita itu dan melakukan hal diluar dugaan Jina. Mereka, berciuman! Brengsek! Muak sangat-sangat muak melihat. Bahkan saat ini Jina seperti tidak punya kuasa untuk melabrak, dia hanya mampu menangis meluruhi pipinya untuk pertama kali ia sakit hati sebegitu dalam dan menyayat. Hatinya bagai di gores sembilu yang teramat tajam sampai meninggalkan bekas yang sulit untuk dihilangkan. Kini, hatinya hancur dan detik ini juga ia melihat betapa menyedihkan nya Jina saat apa yang dia lihat namun ia tak bisa berbuat apa-apa untuk perlawanan. Barang ia menampar Jimin ataupun menghancurkan wanita itu yang mana Jina sudah ingat.
Dia adalah Irene. Wanita muda yang dia temui di butik, wanita yang memperkenalkan dirinya dan berdalih ingin memanggil Jina dengan sebutan Eonni.
Air mata meluruhi terus menerus. Bagai di hujami jutaan peluru yang menghunus tepat di jantung, hati memenuhi dadanya. Bahkan jiwa nya terasa sudah melayang jauh meninggalkan raganya. Apa ini mimpi? Jina ingin bangun saat ini juga dan memilih untuk tidak akan bermimpi lagi, biarkan saja saat ia memejamkan matanya yang ia lihat hanya kegelapan. Sungguh, Jina rela asal jangan bermimpi buruk seperti ini. Ia tidak sanggup, dadanya sesak sekali, sudah berulang kali Jina pukul dada itu agar membaik namun nyatanya masih saja sakit dan sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life After Marriage (M)
RomanceEnd Tentang rasa yang tidak bisa berpaling. Bersikekeh ingin memiliki namun jalan sulit terus saja menyelimuti.