0.23

324 38 10
                                    

Tokyo, disneyland 29 september |

***

Momen yang paling terbahagia bagi seorang Jina adalah melihat sang anak tersenyum, tertawa lepas seraya menggenggam tangan nya berada di sisi siap untuk selalu menemani langkah kecil nya. Jina akan menjadi kaki serta jalan untuk sang anak terkasih nya, Jiwon.

"Amy. Jiwon mau naik itu," tunjuknya pada kereta naga yang siap menggoyangkan mental. Jina menggeleng tidak setuju sebab itu terlalu berbahaya jika untuk anak kecil, apa Jiwon nya juga bakalan kuat jika naga besar itu menggoyangkan tubuhnya?

"Apa itu tidak terlihat menyeramkan, sayang? Lihatlah, semua orang berteriak ketakutan. Amy rasa itu tidak cocok untuk anak kecil," tolak Jina halus. Namun si anak malah mengerucutkan bibir nya.

"Tapi Amy, lihatlah gadis kecil yang memakai jaket beruang itu. Dia nampak tertawa di tengah kerumunan orang yang berteriak. Sepertinya tidak berbahaya," sahut Jiwon terdengar sedih, menatap kereta naga dengan sendu.

Jina tidak melarang anak nya main apa saja. Hanya saja, Jina takut anaknya kenapa-napa. Jina sendiri tidak akan membatasi Jiwon bermain, dia memperbolehkan semua yang Jiwon sukai namun harus seijin nya juga. Di usia Jiwon sekarag, dia butuh yang namanya kesenangan apalagi dunia Jiwon adalah dunianya bermain. Jina tidak ingin membuat masa kecil anak nya tanpa warna.

"Jina. Aku tau kau pasti takut 'kan? Tidak apa, Jiwon naik bersama ku saja," timpalnya pada kemudian. Melihat Jina yang masih menimang fikirnya membuat nya tidak tega melihat raut wajah anak kecil itu menyendu.

"Tapi Namjoon. Apa itu tidak berbahaya?"

"Tidak. Kau percayakan saja padaku jika Jiwon akan baik-baik saja dan aman bersamaku," terang Namjoon yang kini sudah menuntun tangan mungil Jiwon.

Lantas Jina merendah, menyamakan tinggi badan nya dengan sang anak lalu mengulas senyum. Seraya mengusap lembut pipi gembul sang anak."Amy ijinkan. Tapi, harus menurut dengan Uncle Namjoon. Mengerti anak Amy yang tampan?"

Senyum merekah nya terbit. Irisnya berbinar menatap Jina begitu bahagia lantas ia mengangguk dengan segera."I promise Amy." Jiwon mengulurkan jari kelingkingan nya kemudian bertaut dengan Jina. Selepas dari itu anak kecil tersebut berlari mendahului langkah Namjoon menarik tangan nya untuk segera sampai di kereta naga.

Jina tentu merasa hangat dan bahagia melihat sang anak yang terlihat senang. Melihat lagi bahu kokoh Namjoon yang setia menemaninya bahkan selalu menolongnya secara percuma. Jina bimbang, apa yang dikatakan Lea benar. Namjoon pria baik dan sangat cocok sekali menjadi seorang ayah, mungkin ayah dari Jiwon juga.

Menggeleng dengan lirih, menatap kedua orang itu yang kini terlihat bahagia menaiki wahana kereta naga tersebut. Jiwon melambaikan tangan mungilnya sedangkan Namjoom tersenyum sampai lesung pipi nya terbit. Manis sekali.

Setelah mereka berdua naik. Jina memilih duduk di kursi putih panjang yang di duduki oleh beberapa atensi. Menatap ke arah sekeliling dan iris Jina jatuh pada lansia yang duduk tepat di samping nya. Mereka terlihat berpegangan tangan dan satu tangan mereka lagi sama-sama memegang tongkat.

Senyum di wajah mereka terpancar bahagia. Meski keriput sudah meliputi wajah keduanya namun mereka nampak terlihat bahagia menatap wahana di sekitar yang tengah di penuhi beberapa pengguna.

Life After Marriage (M)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang